Mohon tunggu...
Rizkhi Aswariyan
Rizkhi Aswariyan Mohon Tunggu... Lainnya - Hello!

A 25-year-old girl who tries to express her thoughts through writing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jogja, Seistimewa Apa?

23 Oktober 2021   11:48 Diperbarui: 23 Oktober 2021   12:21 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mendengar cetusan:

"Jogja ditinggal ngangeni, ditunggoni ora sugih-sugih"?

Kalimat ini kurang lebih memiliki arti sangat sulit meninggalkan Jogja, tetapi juga tidak mudah bertahan hidup di Jogja.

Terdapat dua klausa dalam kalimat tersebut; "Jogja ditinggal ngangeni" dan "Jogja ditunggoni ora sugih-sugih".

Pada artikel ini, saya akan lebih membahas klausa pertama. Jika harus menengok ke klausa kedua, seperti yang kita tahu, UMR beberapa kabupaten di provinsi DIY adalah yang terendah di seluruh Indonesia dengan nominal di bawah 2 juta. Banyak dalih yang mengatakan karena biaya hidup di Jogja yang juga rendah. Beberapa orang merasa cukup dengan gaji tersebut, beberapa merasa sangat kurang, dan beberapa mengatakan 'dicukup-cukupkan'. Mari kita serahkan kepada masing-masing pribadi karena kebutuhan setiap orang pun berbeda-beda.

Seperti yang saya katakan, di sini saya akan membahas apakah memang benar Jogja senyaman dan se-istimewa itu hingga banyak orang merasa berat meninggalkan provinsi ini dan memilih salah satu yang saya sebutkan di atas, hidup dengan dicukup-cukupkan.

Memang benar, beberapa teman saya yang harus meninggalkan kampung halamannya untuk menempuh pendidikan di Jogja, mengatakan Jogja merupakan tempat yang benar-benar nyaman. Mereka pun merasa sangat sedih ketika harus meninggalkan Jogja setelah lulus. Beberapa bahkan memilih untuk mencari kerja di Jogja karena sudah terlalu nyaman.

Hal lain yang membuat saya cukup kaget adalah saat teman saya mengatakan, "Saya ini perantau. Sudah beberapa tempat saya singgahi, tapi Jogja memang berbeda. Saya merasa sangat berat saat harus meninggalkannya. Padahal saat meninggalkan kota lain, saya tidak seperti ini". Teman saya yang lain pun tak kalah mengagetkan. Katanya, "Entah ada apa dengan Jogja. Rasanya selalu ingin kembali ke sini. Ada sesuatu yang membuatnya istimewa".

Mengapa saya kaget? Sebagai warga asli Jogja, saya tidak terlalu menyadari bahwa tempat ini benar-benar istimewa, sebelum perkataan mereka menyadarkan saya. Setelah cukup berpikir, akhirnya saya menyadari apa yang menjadikan Jogja se-istimewa ini. Sebelumnya, izinkan saya menjelaskan bahwa dalam artikel ini saya tidak akan membahas keistimewaan Jogja dari segi pemerintahan berdasarkan undang-undang, melainkan ‘keistimewaan’ lain yang dirasakan oleh sebagian besar orang yang pernah tinggal di Jogja.

Mari kita lihat. Provinsi DIY memiliki luas 3178,79 km persegi (bappeda.jogjaprov.go.id) yang bisa dibilang cukup kecil dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Sekarang mari kita tengok apa yang ada di sini.

Dari sisi wisata, terdapat banyak sekali objek wisata di Jogja.

Mulai dari objek wisata alam pegunungan seperti Gunung Merapi dan Nglanggeran, berbagai pantai dari pasir hitam hingga pasir putih, air terjun, tebing, embung, bukit, sumber air, goa, curug, sungai, dan lain-lain. Objek wisata bersejarah, ada keraton, candi-candi yang beragam, dan juga museum. Wisata edukasi seperti Sindu Kusuma Edupark, Taman Pintar, dan kebun binatang Gembiraloka. Berbagai macam tempat hiburan dan rekreasi dalam satu provinsi tentu menjadi daya tarik yang luar biasa bagi Jogja.

Bergeser ke kebutuhan utama yaitu makanan, Jogja menyuguhkan banyak sekali makanan khas, mulai dari makanan tradisional hingga modern. Beragam cafe, resto, warung, hingga angkringan bisa kita temui di setiap sudut Jogja dengan berbagai varian menu dan harga.

Selain itu, sebagai dampak dari rendahnya UMR di sini, banyak perusahaan yang kemudian memilih mendirikan cabang atau bahkan menempatkan kantor pusatnya di Jogja, dengan harapan meminimalisir pengeluaran gaji karyawan. Hal positifnya adalah, warga Jogja tidak perlu repot-repot pergi ke kota lain saat perlu menyelesaikan urusan mereka di pusat-pusat servis, kantor-kantor provider, dan lain sebagainya. Terlebih lagi ukuran Jogja yang tidak terlalu luas memudahkan akses ke tempat-tempat tersebut.

Alasan lain tentu saja masyarakat Jogja itu sendiri.

Sepertinya sudah bukan rahasia lagi jika orang-orang Jogja sangat ramah dan suka membantu satu sama lain. Suasana Jogja yang adem-ayem ini menjadi salah satu faktor yang menjadikan Jogja nyaman.

Kemudahan dalam segala hal dan keramahan warga Jogja inilah yang kemudian menyadarkan saya mengapa Jogja menjadi tempat yang begitu nyaman untuk ditinggali. Setiap orang yang sudah terbiasa dengan semua kemudahan dan kenyamanan itu, di saat harus berpindah ke tempat lain, tentulah akan merasakan gap yang signifikan.

Mungkin tagline yang bisa menggambarkan keadaan ini adalah "Opo-opo ono ing Ngayogyokarto" ("Apa-apa ada di Yogyakarta").

Demikianlah ulasan singkat saya yang sangat bangga menjadi warga Jogja yang nyaman ini. Sedikit dari berbagai alasan mengapa banyak orang merasa nyaman tinggal di sini. Dan tentu saja, mungkin ada alasan-alasan lain yang menjadikan Jogja se-istimewa ini.

Tertarik untuk menjadi warga Jogja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun