Mohon tunggu...
RIZKA VIONI SHAUMITA
RIZKA VIONI SHAUMITA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang sedang mengampu pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di Universitas Negeri Semarang:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bersama Mahasiswa UNNES GIAT 5, Tradisi Suro Kuatkan Desa Sungapan Jadi Desa Pancasila

8 Agustus 2023   15:04 Diperbarui: 8 Agustus 2023   15:11 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemalang, 19 Juli 2023 - Malam satu Suro merupakan hari yang dianggap istimewa oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Pada tahun ini, Masyarakat di desa Sungapan Kecamatan Pemalang memiliki perayaan malam satu suro yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam peringatan kali ini, ribuan warga berkumpul bersama untuk merayakan acara dengan penuh sukacita dan persaudaraan.

Bersama Mahasiswa UNNES GIAT 5, rangkaian perayaan Malam Satu Suro desa Sungapan dimulai dengan arakan gunungan yang dihiasi berbagai macam bahan makanan seperti, buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya. Sebagian warga desa berpartisipasi dalam pawai ini dengan mengenakan pakaian muslim serta beberapa warga memakai baju adat. Arakan gunungan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan kekompakan warga desa.

Selanjutnya, tradisi membuat gunungan menjadi momen yang menarik dan menggugah rasa persatuan. Seluruh warga desa berkumpul di tempat yang telah ditentukan untuk bersama-sama merangkai gunungan dari berbagai bahan alam. Proses pembuatan gunungan ini melibatkan semua lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua, yang saling bergandengan tangan dan bekerja sama dengan penuh semangat.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pembuatan gunungan yang dibuat oleh masing-masing RW ini kemudian diarak dari balai desa Sungapan sampai dengan jalan Walisongo RW 6, yang diiringi dengan pawai obor. Selain membuat gunungan, warga masing-masing RW juga membuat tumpeng yang kemudian diarak bersama gunungan. Setelah berkumpul di jalan Walisongo kemudian masyarakat melakukan doa bersama dan dilanjut dengan merebut gunungan serta memakan tumpeng bersama.

Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Rangkaian acara satu suro lainnya yaitu gugur gunung. Gugur Gunung merupakan tradisi membersihkan makam para leluhur desa sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas jasa-jasa mereka dalam membangun desa ini. Warga desa membersihkan makam-makam dengan penuh keikhlasan. Tradisi ini juga menjadi kesempatan bagi warga desa untuk saling berbagi cerita dan mengenang kenangan bersama orang-orang tercinta yang telah meninggalkan dunia.

Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Puncak dari perayaan Malam Satu Suro adalah khaul bersama KH. Alam Muhajirin di Makam desa. Khaul merupakan bentuk pengajian dan doa bersama. Seluruh warga desa berkumpul di makam ini tanpa terkecuali, tanpa memandang perbedaan keyakinan. Khaul menjadi wadah bagi warga desa untuk merenung, bersatu, dan memohon keberkahan serta keselamatan bagi desa dan seluruh penghuninya.

Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi

"Perayaan Malam Satu Suro bukan hanya sebagai tradisi, tapi juga sebagai momentum untuk menjaga dan memperkuat persatuan warga desa. Melalui rangkaian kegiatan ini, kita ingin mengingatkan betapa pentingnya gotong royong dan rasa kebersamaan dalam membangun desa yang lebih maju dan harmonis." Luqmanul Hakim, Kormades UNNES GIAT 5.

Tradisi perayaan Malam Satu Suro di desa ini telah menjadi contoh bagi desa-desa di sekitarnya, tentang bagaimana sebuah perayaan dapat menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan persatuan antar warga. Adanya tradisi perayaan satu suro ini sejalan dengan penguatan desa Sungapan sebagai desa Pancasila. Semoga semangat kebersamaan ini tetap terjaga dan menjadi cikal bakal perayaan-perayaan lain yang menguatkan ikatan sosial di tengah masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun