Dalam era digital yang dipenuhi dengan berbagai bentuk hiburan dan informasi, komunikasi yang efektif tentang agama menjadi semakin penting. Untuk merevitalisasi komunikasi Islam, kita perlu mengadopsi pendekatan yang sesuai dengan zaman ini. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana infotainment, gabungan antara informasi dan hiburan, dapat menjadi media dakwah yang efektif untuk membawa Islam lebih dekat kepada masyarakat luas.
Menurut KBBI, revitalisasi sendiri adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa revitalisasi adalah suatu proses atau cara yang dilakukan guna menggiatkan kembali program yang belum maksimal.
Komunikasi dalam Islam memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarkan ajaran agama kepada umat muslim maupun non-muslim. Dalam era digital dan teknologi informasi seperti sekarang ini, penting bagi umat Islam untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman agar pesan-pesan dakwah dapat disampaikan dengan lebih efektif dan menjangkau khalayak yang lebih luas. Salah satu bentuk revolusi komunikasi yang dapat digunakan adalah melalui media infotainment.
Infotainment sendiri merupakan singkatan dari informasi dan hiburan yang dapat diartikan sebagai salah satu media populer di era digital ini. Infotainment biasanya menggabungkan informasi yang relevan dengan hiburan untuk menarik perhatian penonton, menambah pengetahuan secara cepat dan mengembangkan informasi yang ada saat ini.Â
Dalam konteks komunikasi Islam, infotainment dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan dakwah kepada generasi muda yang lebih terbiasa dengan format hiburan yang menarik.Â
Dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada pesan yang disampaikan dalam dakwah dapat dikemas sedemikian rupa sehingga mudah diterima oleh generasi-generasi muda dengan tidak mengurangi atau menambah nilai yang ada didalamnya. Perkembangan zaman juga menjadi hal yang perlu diperhatikan, karena dizaman yang serba digital ini sebagai pemberi dakwah kita dituntut untuk ikut serta dalam perkembangan zaman agar memudahkan penyampaian komunikasi sehingga dapat terjadilah komunikasi dua arah.Â
Pertama, melalui infotainment, pesan-pesan agama dapat disampaikan dengan cara yang lebih menarik dan menghibur. Dalam banyak kasus, pendekatan yang kaku dan formal dalam dakwah seringkali kurang diminati oleh generasi muda. Dengan menggabungkan elemen hiburan, seperti musik, tari, atau cerita menarik, infotainment dapat membuat pesan-pesan yang ada dalam dakwah menjadi lebih menarik dan mudah dicerna. Hal tersebut menjadi tantangan bagi pemberi informasi demi berjalannya komunikasi yang baik.Â
Dengan mengikuti trend tersebut akan membantu menarik perhatian generasi muda dan membuat mereka lebih tertarik untuk mendengarkan dan mempelajari nilai-nilai Islam.
Kedua, infotainment memiliki potensi untuk mencapai khalayak yang lebih luas. Dalam era digital ini, media sosial dan platform streaming memungkinkan infotainment untuk dengan mudah diakses oleh orang-orang dari berbagai latar belakang dan lokasi.Â
Kemudahan dalam mengakses informasi merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan jika ingin pesan yang ada dalam dakwah berhasil. Seringkali kendala hal tersebut menjadi salah satu yang sering terjadi. Mudahnya pesan dakwah diakses dimana pun si penerima informasi berada, baik yang muda atau yang tua merupakan point penting berhasilnya suatu komunikasi.Â
Dengan memanfaatkan kepopuleran media sosial, infotainment Islam dapat menjangkau orang-orang yang sebelumnya sulit dijangkau melalui metode dakwah konvensional. Ini membuka peluang untuk menyebarkan pesan-pesan agama kepada lebih banyak orang, baik di dalam maupun di luar komunitas Muslim.
Namun, tentu saja, penting bagi para produser infotainment Islam untuk tetap mempertahankan keaslian dan integritas pesan agama dalam produksi mereka. Infotainment tidak boleh menjadi sekadar hiburan semata, tetapi harus mengandung nilai-nilai Islam yang kuat. Dalam hal ini, dibutuhkan kerjasama antara ulama, pendakwah, dan produser infotainment untuk memastikan bahwa pesan-pesan agama yang disampaikan tetap sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Dalam konteks komunikasi Islam, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan infotainment. Prinsip-prinsip ini termasuk dalam konsep "Qaulan Sadidan" (ucapan yang benar), "Qaulan Balighan" (ucapan yang jelas), "Qaulan Ma'rufan" (ucapan yang baik), "Qaulan Kariman" (ucapan yang mulia), "Qaulan Layinan" (ucapan yang lembut), dan "Qaulan Maysura" (ucapan yang mudah dimengerti).Â
Qaulan Sadidan (Ucapan yang Benar):
Dalam komunikasi Islam, kejujuran dan kebenaran adalah nilai yang sangat dihargai. Infotainment sebagai media dakwah harus berusaha menyampaikan informasi yang akurat, tidak memanipulasi fakta, dan menghindari penyebaran berita palsu atau informasi yang menyesatkan. Kredibilitas dan integritas dalam menyampaikan pesan menjadi sangat penting dalam menjaga prinsip qaulan sadiqan.
Qaulan Balighan (Ucapan yang Jelas):
Komunikasi yang jelas dan lugas adalah prinsip yang penting dalam Islam. Infotainment harus mampu menyampaikan pesan-pesan agama secara tegas dan jelas, menghindari kebingungan atau ambiguitas. Bahasa yang digunakan harus dipilih dengan hati-hati, mudah dipahami, dan sesuai dengan tingkat pemahaman target audiens. Infotainment juga harus mampu mengemukakan argumen dan konsep agama dengan cara yang terstruktur dan sistematis.
Qaulan Ma'rufan (Ucapan yang Baik):
Prinsip qaulan ma'rufan menekankan pentingnya menyampaikan pesan agama dengan kebaikan dan kelembutan. Infotainment sebagai media dakwah harus menggunakan bahasa yang santun, menghindari retorika yang merugikan atau menyerang, serta mengutamakan pemikiran yang inklusif dan membangun. Konten infotainment harus mampu menyampaikan nilai-nilai kebaikan dan menjunjung tinggi etika yang sesuai dengan ajaran Islam.
Qaulan Kariman (Ucapan yang Mulia):
Qaulan kariman menggarisbawahi pentingnya menyampaikan pesan agama dengan kemuliaan dan martabat. Infotainment harus menjaga integritas dan menghindari tindakan atau konten yang merendahkan atau menghina individu atau kelompok agama tertentu. Bahasa dan presentasi yang digunakan harus mencerminkan kesopanan dan penghargaan terhadap martabat manusia, mengingat bahwa setiap individu memiliki hak untuk dihormati.
Qaulan Layinan (Ucapan yang Lembut):
Infotainment dalam komunikasi Islam harus mampu menyampaikan pesan dengan kelembutan dan kesantunan. Penggunaan bahasa yang kasar, menghakimi, atau agresif harus dihindari. Infotainment harus mencoba membangun hubungan yang baik dengan audiens, mengedepankan dialog yang saling menghormati, dan merespons pertanyaan atau kritik dengan sikap yang lembut dan penuh kesabaran.
Qaulan Maysura (Ucapan yang Penuh Berkah):
Prinsip qaulan maysura menekankan pentingnya menyampaikan pesan-pesan agama dengan penuh keberkahan dan kebaikan. Infotainment harus berusaha menghadirkan konten yang memberikan inspirasi, harapan, dan kegembiraan bagi audiens. Pesan-pesan positif dan penuh keberkahan dari Islam harus ditonjolkan dalam infotainment, sehingga mampu memberikan dampak yang positif bagi kehidupan individu dan masyarakat.
Dalam penggunaan infotainment sebagai media dakwah, prinsip-prinsip komunikasi Islam seperti qaulan sadiqan, qaulan balighan, qaulan ma'rufan, qaulan kariman, qaulan layinan, dan qaulan maysura harus menjadi panduan. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ini, infotainment dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan pesan-pesan agama dengan cara yang benar, jelas, baik, mulia, lembut, dan penuh berkah. Dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan dakwah dalam membangun pemahaman yang positif, inklusif, dan bermanfaat tentang Islam di kalangan masyarakat luas.
Daftar Pustaka
Haramain, M. (2019). Prinsip-prinsip Komunikasi dalam al-Qur'an. OSF Preprints. July, 21.
Saggaf, M. I., Arif, M. W., Habibie, M., & Atqiya, K. (2021). Prinsip Komunikasi Islam Sebagai Etika Bermedia Sosial. Journal of Communication Studies, 1(01), 15-29.
Harjani Hefni, L. (2017). Komunikasi islam. Prenada Media.
Kurniawati, E. (2020). Analisis Prinsip-Prinsip Komunikasi Dalam Persektif Al-Qur'an. Al-Munzir, 12(2), 225-248.
Saputra, R. (2023). Jurnalisme Infotainment Dalam Perspektif Etika Komunikasi Islam (Study Analisis Pada Tayangan Brownis Trans Tv. Tabayyun: Journal of Journalism, 4(1), 95-122.
Batubara, A. K. (2013). Studi Media Dalam Perspektif Komunikasi Islam (Analisis Esensi Komunikasi Islam Dalam Diseminasi Informasi).
Al-Rasyid, H. H. (2014). Dakwah Islam di era globalisasi: Revitalisasi prinsip moderasi Islam. Al-Qalam, 20(3), 1-12.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H