Mohon tunggu...
Mbak Rizka
Mbak Rizka Mohon Tunggu... Buruh - Tukang tik

Nulis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenali 3 Jenis Burnout Ini, Kamu Pernah Mengalami Salah Satunya?

4 Juni 2021   13:51 Diperbarui: 4 Juni 2021   17:50 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi burnout (Photo by Elisa Ventur on Unsplash)

Ketika berbicara mengenai burnout, gambaran paling umum yang terlintas di pikiran kita adalah perihal stres tanpa ujung akibat beban kerja berlebih. Namun, tahukah Anda bahwa itu hanyalah salah satu versi dari burnout?

Ilustrasi burnout (Foto oleh Anna Tarazevich dari Pexels)
Ilustrasi burnout (Foto oleh Anna Tarazevich dari Pexels)
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga tipe burnout. 

Laporan tersebut mempelajari 429 karyawan di sebuah institusi akademik untuk menganalisis pola karyawan yang mengalami burnout dan bagaimana strategi coping stress yang mereka lakukan tidak benar-benar efektif. Ketiga tipe ini, yaitu:

Kelebihan beban kerja (overload burnout)

Jenis ini adalah versi stereotip yang sudah disebutkan di atas. Karyawan yang mengalami overload burnout dipicu akibat terus-menerus bekerja dengan sangat keras hingga mengorbankan kehidupan dan kebutuhan pribadi. Bahkan hingga mengabaikan rasa kewalahan yang muncul.

Beberapa di antaranya didorong oleh ambisi kesuksesan dan sebagiannya lagi karena tekanan dan tuntutan pekerjaan yang tiada henti.

Menurut penelitian ini, 15% karyawan yang ikut serta dalam survei cenderung mengatasi overload burnout dengan melampiaskannya kepada orang lain dan terus-menerus mengeluh. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini tentu akan berpengaruh buruk pada kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Kurang tantangan kerja (under-challenge burnout)

Siapa bilang stres berat selalu dipicu oleh beban kerja berlebih? Rupanya, karyawan yang terjebak pada kondisi monoton dan jenuh di pekerjaannya pun bisa mengalami burnout. Under-challenge burnout merupakan kebalikan dari overload burnout.

Karyawan merasa frustrasi karena selalu menghadapi pekerjaan yang tak membuka kesempatan belajar dan ruang untuk bertumbuh secara profesional. Mereka membutuhkan suatu perubahan dan tantangan baru di dalam dinamika karier.

Saat mengalami under-challenge burnout, karyawan tidak lagi menemukan gairah ataupun kesenangan pada pekerjaannya.

Sebanyak 9% karyawan dalam survei mengatasi burnout ini dengan cara menjauhkan diri dari pekerjaan. Rasa ketidakpedulian yang muncul dapat mengarah pada sinisme, menghindar hingga melepaskan tanggung jawab secara total. Tak jarang karyawan yang terjebak pada kondisi ini tergoda untuk mengajukan resign.

Pengabaian (neglect burnout)

Sebanyak 21% karyawan dalam survei mengalami neglect burnout. Tipe burnout ini disebabkan oleh perasaan tidak berdaya atas tuntutan di tempat kerja, entah karena terlalu banyak bekerja atau tak mampu menyelesaikan pekerjaan.

Karyawan merasa memiliki sedikit kendali atas hasil dan usaha dalam pekerjaannya tidak diakui, tidak diapresiasi, atau diabaikan.

Saat hasil pekerjaan tidak berjalan sebagaimana mestinya, karyawan yang mengalami neglect burnout akan berhenti mencoba. Ujung-ujungnya, mereka menganggap dirinya sendiri tidak kompeten. Tipe burnout ini ditandai dengan sikap pasif dan kurang motivasi.

Baca juga: Mau Kerja Sampingan? Boleh, Asalkan...

Ilustrasi burnout (Photo by Pim Chu on Unsplash)
Ilustrasi burnout (Photo by Pim Chu on Unsplash)
Meski WHO belum mengklasifikasikan burnout sebagai kondisi medis, kini burnout telah masuk dalam 11th Revision of the International Classification of Diseases (ICD-11) sebagai fenomena atau masalah yang terkait dengan pekerjaan maupun pengangguran.

WHO mengakui bahwa burnout merupakan bentuk stres kronis yang disebabkan oleh pekerjaan. Menurut WHO, burnout adalah sindrom yang dikonseptualisasikan sebagai akibat dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola.

Burnout mungkin hasil dari akumulasi stres yang tak kunjung berhenti, tetapi tidaklah sama persis dengan stres biasa.

Seseorang yang mengalami stres dalam kadar wajar biasanya masih mampu membayangkan tentang cara-cara mengendalikan keadaan dan merasa lebih baik saat stresnya teratasi. Namun, burnout jauh lebih buruk dari itu.

Burnout berarti merasa kosong dan lelah mental. Pada kondisi ini, energi dan emosi seseorang terkuras habis sehingga dapat mengganggu produktivitas sehari-hari. Burnout juga menyebabkan seseorang kehilangan minat dan motivasi.

Oleh sebab itu, semakin Anda mengenal baik jenis-jenis burnout dan tanda-tandanya sejak dini serta mengambil tindakan untuk mengendalikan pikiran, semakin baik pula saat menghadapi masa-masa tersulit beserta tekanan kerja yang menghampiri.

Ilustrasi burnout (Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels)
Ilustrasi burnout (Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels)
Jika Anda mulai merasakan hal-hal ini, sebaiknya Anda perlu waspada sebab ada kemungkinan Anda tengah menuju fase burnout. Refleksikan kembali hal-hal berikut ini.
  • Anda merasa bahwa setiap hari selalu merupakan hari yang buruk

  • Memberi perhatian pada pekerjaan ataupun kehidupan rumah tampak seperti membuang-buang energi

  • Anda lelah sepanjang waktu

  • Sebagian besar hari dihabiskan untuk tugas-tugas yang menurut Anda membosankan atau berlebihan

  • Merasa apa yang telah Anda lakukan tak akan membuat perubahan atau merasa tak dihargai

Ilustrasi burnout (Photo by Annie Spratt on Unsplash)
Ilustrasi burnout (Photo by Annie Spratt on Unsplash)
Perlu Anda sadari bahwa burnout tidak terjadi secara tiba-tiba. Burnout terjadi secara bertahap demi tahap dan hal ini mungkin saja tak disadari oleh sebagian besar karyawan.

Psikolog Herbert Freudenberger dan Gail North mengungkapkan, setidaknya ada 12 fase menuju burnout.

  1. Pada awalnya, muncul ambisi yang berlebihan
  2. Dorongan untuk bekerja lebih keras
  3. Mulai mengabaikan kebutuhan diri sendiri
  4. Melempar konflik dengan menyalahkan tuntutan atau rekan kerja
  5. Merasa tak ada waktu untuk hal-hal yang tak berhubungan dengan pekerjaan
  6. Mulai menyangkal dan tak mengambil tanggung jawab
  7. Menarik diri dari lingkungan sosial
  8. Perilaku yang berubah menjadi lebih agresif
  9. Merasa tak mampu mengendalikan hidup
  10. Merasa kosong atau cemas
  11. Depresi
  12. Mental atau fisik pun tumbang

Saat psikis maupun fisik Anda memberi sinyal ke arah tanda-tanda burnout, langkah pertama yang harus dilakukan adalah sadari dan terima. Jangan menyangkal dan mengabaikan kondisi Anda.

Ambil waktu untuk merefleksikan pikiran Anda sejenak. Kalau merasa butuh ambil cuti atau liburan, jangan ragu untuk melakukannya. Tak ada yang salah dengan keputusan untuk rehat sejenak.

Ilustrasi burnout (Photo by Anthony Tran on Unsplash)
Ilustrasi burnout (Photo by Anthony Tran on Unsplash)
Setiap pribadi adalah unik. Cara-cara mengatasi burnout antara satu orang dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Jika Anda tak mampu mengatasi kekalutan sendirian, Anda bisa menceritakan kesulitan-kesulitan yang dialami kepada orang yang Anda percayai. 

Jika memungkinkan, Anda juga bisa menjelaskan kondisi Anda kepada atasan. Opsi lainnya, Anda bisa menghubungi psikolog atau profesional untuk penanganan yang lebih objektif.

Di era keterbukaan informasi seperti sekarang, seharusnya kesehatan mental tak lagi tabu dibicarakan. Baik pihak perusahaan maupun pekerja harus saling membuka komunikasi yang lebih asertif. Sebab, kesejahteraan karyawan bukan melulu perihal upah ataupun jam kerja, kesejahteraan mental pun tak kalah penting dan tak boleh disepelekan. Kondisi yang sehat akan berdampak pada produktivitas yang semakin membaik, entah dari sisi perusahaan maupun pekerja.

Baca juga artikel lainnya terkait burnout:

Burnout Karena Pekerjaan? Berikut Solusinya! oleh Stefani Ditamei 

Tips Mengatasi Burnout Syndrome bagi Para Pekerja oleh Anjas Permata

Hindari Burnout, WFH Bukan Berarti Kamu Bekerja Sendiri oleh Muhammad Arief Ardiansyah 

Guru Alami Burnout di Masa Pandemi, Pantaskah Diberi Rapor Merah oleh Atasan? oleh Paulus Tukan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun