Sam tahu. Ia mengetahui semuanya dari cerita si bapak tua tadi pagi.
      "Terus, sekarang kamu tinggal di mana?", tanya Sam. Orin menunjuk ke arah selatan dengan gemetar di sela tangisnya. Ah, entahlah! Sam tidak tahu di mana tepatya maksut Orin. Tapi, paling tidak ia tahu bahwa gadis itu sudah punya tempat tinggal untuk beristirahat.
      Sejak saat itu, setiap sore Sam selalu menemani Orin menari dan mendengarkan semua ceritanya. Sejak saat itu juga...diam-diam Sam mulai menyukai Orin...
      Awalnya semua berjalan dengan normal. Sampai pada hari ke tiga, Sam mulai mencium bau tidak sedap dan anehnya...hanya dialah yang sadar. Pada hari ke empat, entah mengapa Orin tidak sampai berbicara sedikitpun. Ia terus menari sampai sore dengan wajah datar tanpa ekspresi dan setelah itu, pulang tanpa memandang dan berucap sepatah kata pun kepada Sam. Sam kebingungan, tentunya. Ada apa dengan Orin? Apa Sam berbuat salah?
      Hari berikutnya Sam kembali datang namun, kosong! Tidak ada Orin di sana! Ia hanya menemukan secarik kertas lusuh yang ternyata ditujukan kepadanya.
Untuk Sam,
     Â
                  Terimakasih karena sudah mau menemani dan mendengarkan semua ceritaku, Sam. Aku sangat senang karena bisa mengenalmu, walau kita sudah sangat jauh berbeda. Sam, kamu tahu? Jika boleh meminta, harusnya malam itu aku ingin di luar rumah saja agar "dia" tidak bisa menyakitiku. Tapi, ah... ini memang sudah menjadi takdirku. Lagi pula, aku sudah sangat merasa cukup karena telah bertemu denganmu. Akan sangat membahagiakan lagi jika kamu mau membantuku sekali lagi, Sam
                  Tolong, masuklah ke gudang belakang bersama pembantu rumahku dan kita akan bertemu kembali...
      Morina Athenia