"Kamu tahu dari mana?", tanya Sam. Ia kemudia ikut berselonjor kaki di samping Orin. Perempuan itu tertawa riang sambil mengibaskan tangannya di depan wajah.
      "Udahlah! Nggak penting. Oh iya, kamu ngapain ke sini sendirian?"
      Sam mengedikkan bahunya. Â
      "Lagi pengen aja. Kamu sendiri?".
      Orin menghela napas. Tatapan riangnya berubah menjadi suram. Kemudian, ia menangis tersedu-sedu.
      "Eh, kenapa?", tanya Sam kebingungan.
      Tiba-tiba Orin memeluknya dengan cukup erat.
      "Aku takut pulang, Sam. Ada orang jahat. Dia siksa aku terus...", adunya dengan air mata bercucuran. Sam, entah mendapat dorongan dari mana mulai mengelus punggung kecil Orin.
      "Siapa...siapa yang jahat, Rin?", tanya Sam.
      Orin melepas pelukan dan menghapus air matanya.
      "Kak Mawar...dia...kakak tiriku, Sam. Awalnya hubungan kami cukup baik, tapi semenjak ayah dan ibu pergi ke luar pulau dua bulan lalu,...dia siksa aku terus...aku capek, Sam...", adu Orin.Â