Mohon tunggu...
rizkaita
rizkaita Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca, penulis, dan kawan seperjalanan

Mari berbicara lewat barisan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mandiri Jogja Marathon, Cara Lain Menikmati Wisata dan Mendapatkan Tubuh yang Prima

21 April 2018   16:38 Diperbarui: 21 April 2018   19:35 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Jogja Mandiri Marathon bersantai setelah berkompetisi (doc. pribadi)

Pengalaman berkunjung ke Candi Prambanan mungkin bukan lagi hal yang eksklusif. Mengingat setiap harinya, candi yang terletak diantara Provinsi DIY dan Jawa Tengah ini, bisa dikunjungi ribuan orang. 

Tapi tidak jika Anda bisa mendapat kesempatan seperti saya, tim Kompasiana on Loc, dan 8000an pelari Jogja Marathon 2018 yang digelar pada hari minggu lalu (14/4). Langkah kaki kami sudah memasuki komplek candi ketika bangunan peninggalan abad ke-9 M ini baru tampak siluetnya meski dari dekat.

whatsapp-image-2018-04-21-at-4-32-58-pm-5adb0405bde5754a5469cd32.jpeg
whatsapp-image-2018-04-21-at-4-32-58-pm-5adb0405bde5754a5469cd32.jpeg
Saya yang awalnya berjalan terkantuk-kantuk dari parkiran, mulai menegapkan badan ketika berpapasan dengan para pelari yang sudah memakai kaos bernomor dada dan lengkap dengan sepatu yang terikat rapih. 

Semakin mendekat ke area panggung dan food zone, jumlah pelari yang saya temui lebih banyak. Ternyata, Bank Mandiri sudah menyiapkan instruktur senam untuk melakukan peregangan badan agar peserta tidak cedera. Selain di depan panggung, peserta Mandiri Jogja Marathon ini juga melakukan pemanasan di berbagai tempat tak jauh dari titik start. 

Kebanyakan dari mereka melakukannya dalam kelompok, karena datang dari komunitas yang sama. Bukan hanya itu, di jam 4 pagi berbagai tenant di dalam food zone juga sudah siap untuk melayani pelari atau kerabat yang menemani untuk sarapan dan mengisi energi. 

Berbagai stand kuliner yang ada di sini menerima pembayaran non-tunai dengan menggunakan E-money atau Ecash, sehingga tidak menyulitkan pembeli untuk mencari pecahan rupiah yang pas atau menyimpan uang kembalian.

ffood-zone-5adb027cab12ae2385160812.jpg
ffood-zone-5adb027cab12ae2385160812.jpg
Saking asyiknya memperhatikan berbagai persiapan peserta, saya melewatkan kesempatan melihat wajah-wajah pelari Full Marathon yang dilepas pukul 04.45 WIB yang menempuh perlombaan di jarak 42 km ini. 

Tak mau ketinggalan lagi, saya bersiap di titik start untuk melihat bagaimana kerja hormon insulin, endorfin, dan entah apalagi yang menghasilkan semangat dan antusiasme mereka ketika mulai berlari.

Start Peserta 10K (doc. pribadi)
Start Peserta 10K (doc. pribadi)
Tentu saja saya tak sendiri menikmati pemandangan ini, ada Bapak Kartika Wirjoatmodjo selaku Direktur Utama Bank Mandiri beserta jajarannya, Menteri BUMN Ibu Rini Soemarno, Bupati Sleman Bapak Sri Purnomo, dan awak media lainnya. 

Ketiganya bertugas melepas para peserta lari untuk berkompetisi di berbagai kategori yakni Full Marathon, Half Marathon (21K) ,dan 10K. Khusus di kategori 5K, selain mengibarkan bendera dan membunyikan terompet sebagai aba-aba mulai berlari, mereka kemudian juga ikut dalam kompetisi, tak mau kalah dengan peserta yang datang dari berbagai usia dan tempat ini.

***

Setengah jam sejak kategori terakhir dilepas, beberapa teman mengupdate status di Twitter yang menyatakan para pelari mulai melintasi garis finish. Saya yang sedang mengisi daya baterai ponsel langsung menuju ke sana tapi tidak dengan langkah yang terburu-buru. 

Sebab, pemandangan Candi Prambanan yang menjulang ditingkahi sinar matahari yang belum terlalu terik, membuat langkah saya melambat dan tersenyum-senyum sendiri saking kagumnya akan perpaduan hasil karya manusia yang dibuat pada zaman purba dengan lanskap Gunung Merapi dan rimbun hijau pohon dan rerumputan.

Komplek Prambanan (doc. Pribadi)
Komplek Prambanan (doc. Pribadi)
Pemandangan ini baru di dalam komplek Candi Prambanan, peserta Mandiri Jogja Marathon yang berlari sejak pagi melihat lebih banyak lagi. Karena semakin jauh jarak yang mereka tempuh, semakin banyak pemandangan alam khas pedesaan, komplek candi, dan atraksi budaya yang bisa mereka saksikan. 

Beberapa kesenian seperti Jathilan, Karawitan, dan Reog ini memang merupakan kerjasama antara pihak penyelenggara, yakni Bank Mandiri dengan warga sekitar untuk mengenalkan sekaligus melestarikan budaya yang ada.

Pelari pertama kategori full marathon, Jogja Mandiri Marathon 2018 (doc. pribadi)
Pelari pertama kategori full marathon, Jogja Mandiri Marathon 2018 (doc. pribadi)
Benar saja, beberapa menit setelah ketibaan saya di garis finish, pelari di kategori 10K  dan Half Marathon satu-persatu menyelesaikan perjuangan mereka. Sedangkan hampir seluruh peserta yang mengambil kategori 5K, sudah sampai lebih dulu dan menunggu teman-temannya di posisi yang tak jauh dari saya. 

Tak berapa lama, pelari pertama pada kategori Full Marathon melintas langsung di depan hidung saya. Ia menyelesaikan jarak 42 km dalam waktu 2 jam 21 menit saja! Tentu, pelari yang ternyata berkebangsaan Kenya ini, mendapat sambutan hangat dari penonton yang berkumpul di lintasan akhir. 

Salah satu finisher (doc. pribadi)
Salah satu finisher (doc. pribadi)
Peserta Jogja Mandiri Marathon bersantai setelah berkompetisi (doc. pribadi)
Peserta Jogja Mandiri Marathon bersantai setelah berkompetisi (doc. pribadi)
Meskipun tak bisa berpartisipasi langsung dalam wisata berbasis olahraga seperti ini, namun berbagai ekspresi pelari di garis finish membuat saya tertular bangga dan bahagia. 

Sebab, di kompetisi ini semua pelari bagi saya adalah pemenang yang mampu menantang diri sendiri menyiapkan tubuh dan pikiran jauh sebelum hari lomba, termasuk bertandang langsung ke Jogja (karena 80% peserta berasal dari luar kota dan mancanegara) di tengah hari sibuk mereka. 

Kemudian pada hari H harus bangun di pagi buta, berlari sekian kilometer, menahan tumpukan asam laktat di persendian yang membuat pegal dan lelah. Tak hanya itu, mereka yang kebanyakan datang dengan komunitas atau kelompok juga berhasil menahan ego dengan menyemangati satu sama lain, baik sebelum lomba dimulai hingga pertandingan selesai. 

Tapi sejauh yang saya tahu, tak ada yang menyerah. Seluruh peserta membiarkan medali yang dikalungkan panitia menggantung di dada hingga acara ini ditutup GAC, trio muda bersuara emas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun