"Kalah, kan! Kamu berisik banget sih, Nton!"
"Lah, aku yang salah?"
Galang mendengkus kelas, menatap Anton galak. Ia kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya dengan sedikit hentakan.
"Astaghfirullah, anak siapa sih kamu Lang?" tukas Anton seraya mengurut dada. Ia beranjak menuju kamarnya juga, sekilas menatap langit yang sudah mulai merah. Sayup-sayup suara mengaji dari surau terdekat mulai berkumandang.
***
Hampir isya saat Anton keluar dari kamarnya. Dilihatnya kamr sebelah gelap, tempat Galang berada. Bahkan lampu teras lelaki itu juga gak nyala.
Penasaran Anton menuju ke kamar Galang. Mengetuk  pintunya dengan keras.
"Lang! Kamu gak lapar? Ayo kita beli makan!" teriak Anton keras. Namun, tak ada sahutan dari dalam kamar Galang.
"Galang!" panggil Anton lagi sembari mencoba membuka pintu kamaf kos Galang. Tak dikunci, membuat ia leluasa untuk masuk.
Suasana kamar gelap gulita, bias cahaya dari pintu yang terbuka menerangi kamar tersebut. Terdengar suara nafas berat dan deru nafas tak beraturan.
"Lang!" panggil Anton cemas, apalagi dalam keremangan cahaya ia melihat Galang tengah melotot padanya.