Hingga sampai usia kehamilan 9 bulan kurang, saya tetap bisa duduk dengan nyaman tanpa harus terlibat drama di dalam KRL.Â
Selain kenyamanan yang didapat saat naik kereta, alasan lain yang tak kalah penting adalah ekonomis alias murah meriah. Sekali perjalanan dari Stasiun Depok ke Stasiun Sudirman cukup mengeluarkan kocek Rp4 ribu saja, sehingga jika saya PP naik KRL ke kantor hanya habis Rp8 ribu saja.
Kebetulan kantor saya tidak jauh dari Stasiun Sudirman, sehingga ongkos yang saya keluarkan per-harinya sangat kecil. Jika diakumulasikan selama satu bulan, maka ongkos yang saya habiskan untuk naik KRL kira-kira 20 hari x 8 ribu= Rp160 ribu. Sungguh amat sangat membantu untuk kaum-kaum gaji UMR macam saya kala itu.
Bandingkan jika saya harus naik sepeda motor, taruhlah dalam satu hari PP Depok-Sudirman membutuhkan 2 liter bensin, sehingga untuk bensin saja per-harinya saya membutuhkan sekitar Rp30 ribu. Belum lagi bayar parkir di daerah Sudirman, yang satu harinya paling murah 5-8 ribu, itupun parkir liar bukan parkir resmi yang tentunya bisa jauh lebih mahal.
Kalau saya menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor, berarti harus mengeluarkan kocek sekitar Rp35 ribu per-hari, maka jika dikalikan sebulan atau sekitar 20 hari kerja berarti harus menyediakan Rp700 ribu. Sungguh perbandingan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan ongkos naik KRL.
Itulah yang menyebabkan saya memilih jasa angkutan KRL. Selain nyaman dan murah, kecepatan juga menjadi hal yang utama, tak perlu macet-macetan dan tak perlu keluar uang bensin.Â
Yuk jangan ragu naik KRL, walau hamilpun tetap terasa nyaman dan yang pasti dijamin irit!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H