Anak kerap menjadi pertimbangan untuk seseorang yang ingin mengambil sebuah keputusan besar. Kekhawatiran jika sang anak akan menjadi anak broken home menjadi alasan korban KDRT tetap bertahan walau pahit untuknya. Terlebih lagi jika sang anak yang masih kecil yang kerap menanyakan ke mana orangtuanya, hal tersebut tentunya cukup sulit untuk menjelaskannya kepada sang anak. Jika begini lagi-lagi korban KDRT memutuskan untuk tetap bertahan dalam pernikahannya.
KDRT dan perceraian adalah dua hal yang sangat bergantung satu sama lain. Tidak mudah memutuskan hubungan pernikahan yang sudah susah payah untuk dibangun. Kerugian yang ditimbulkan juga banyak, gangguan psikis adalah salah satu kerugian yang terparah.Â
Namun alasan apapun KDRT tetap tidak dibenarkan dalam suatu ikatan pernikahan. Karena pasangan yang benar-benar sayang tidak akan tega melakukan kekerasan hingga melukai pasangan hidupnya. Jangan ragu untuk melaporkan dan menceritakan kepada orang yang bisa dipercaya agar bisa mencari solusi dari permasalahan yang ada. Agar pelaku KDRT menjadi jera dan korbannya tetap bisa menjalani kembali kehidupan normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H