Mohon tunggu...
Rizieq Ramadhan
Rizieq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Trilogi; Baca-Diskusi-Nulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jean Paul Sartre dan Pemikirannya tentang Cinta

6 Juli 2023   19:57 Diperbarui: 6 Juli 2023   20:15 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cinta menjadi topik menarik yang layak untuk di bahas dan dipelajari. Fenomena ini menarik perhatian karena cinta memiliki karateristik yang unik. Setiap individu memiliki interpretasi dan pengertian yang berbeda-beda terkait dengan makna cinta tanpa batas, sehingga menghasilkan beragam pandangan yang berbeda satu sama lain. 

Dalam bukunya yang berjudul Filsafat Cinta, Maharini (2009) menjelaskan bahwa cinta merupakan sebuah tindakan aktif yang dilakukan oleh manusia terhadap objek lain. 

Tindakan ini dapat mencakup pengorbanan diri, empati, kasih sayang, perhatian, keinginan untuk membantu, kepatuhan, serta kesiapan untuk melakukan apa pun yang diinginkan oleh objek yang dicintai. Dalam konteks ini, cinta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menghasilkan perubahan luar biasa bagi mereka yang sedang mencintai. 

Cinta merupakan bagian tak terpisahkan dari sifat manusia sebagai makhluk sosial, karena manusia selalu membutuhkan hubungan dengan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Seperti yang diungkapkan oleh Marsel dalam karya Dagun (1990), manusia tidak dapat bertahan hidup secara sendirian, melainkan selalu terlibat dengan orang lain dalam kehidupannya. 

Oleh karena itu, cinta memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Cinta memiliki kemampuan untuk menghubungkan manusia satu sama lain dalam kerangka keharmonisan dan kasih sayang. Tanpa adanya cinta yang dimiliki oleh manusia, kasih sayang. Tanpa adanya cinta yang dimiliki oleh manusia, kasih sayang tersebut tidak dapat terwujud. 

Pemahaman tentang hakikat cinta saat ini semakin kompleks seiring dengan perkembangannya. Bahkan dalam era kehidupan modern, banyak penyair dan penulis tentang cinta yang berusaha menyampaikan pemikiran mereka perihal cinta terhadap dunia. Salah satu tokoh yang berperan dalam diskusi mengenai cinta adalah Erick Fromm, yang memiliki latar belakang psikiater. 

Dalam buku Maharani (2009), Fromm mengemukakan pandangannya tentang cinta. Bagi Fromm, cinta merupakan sebuah seni yang melibatkan teori dan praktik. Dalam konteks ini, untuk bisa mencintai seseorang, diperlukan pemahaman teoritis dan praktis yang terpadu, yang kemudian menjadi satu kesatuan yang terpadu dalam bentuk intuisi.

Al-Ghazali memberikan penjelasan bahwa cinta merupakan inti dari keberagamaan, yang menjadi titik awal dan akhir dari perjalanan manusia (Rahkmat, 2001). Sebaliknya Abraham Maslom dalam karya Loka & Yulianti (2019) merumuskan konsep cinta sebagai bagian dari piramida atau hierarki kebutuhan, yang berada pada urutan ketiga setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman. 

Menurut Maslow, setelah kebutuhan dasar seperti makanan dan keamanan terpenuhi, kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki dan dimiliki. Cinta juga terkait dengan hubungan kasih sayang yang sehat dan intim antara dua individu, yang didasari oleh saling percaya dan keterlibatan dalam memberi dan menerima.

Iqbal mengungkapkan bahwa cinta adalah sumber kehidupan manusia, dan menurutnya cinta memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan tantangan. Baginya, cinta adalah seperti pasang air yang mengalir, yang dapat menaklukan banjir dan badai. Secara singkat, Iqbal memandang cinta sebagai semangat atau dasar kehidupan manusia. 

Filsuf Yunani, Plato, meyakini bahwa cinta adalah keindahan yang melahirkan keindahan. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Lauren Slater dalam karya Gunawan (2018), yang menjelaskan bahwa jatuh cinta adalah pengalaman eros. Eros merupakan pengalaman keindahan dalam hubungan antara pria dan wanita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun