Mohon tunggu...
Rys
Rys Mohon Tunggu... -

Hobi saya travel dengan pesawat terbang :) Ikuti Instagram saya: https://www.instagram.com/rizayosia/ dan website saya: My Flying Doctor

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman Mencoba "Garuda Indonesia First Class" dari Jakarta ke London

18 Juli 2018   19:20 Diperbarui: 19 Juli 2018   19:32 5679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat yang ditunggu-tunggu. Akhirnya saya berkesempatan mencoba Garuda Indonesia First Class. Agak susah untuk mencoba kelas ini dengan Garuda Indonesia karena rute yang tersedia sangat terbatas and Garuda hanya mempunyai 2 pesawat B777-300ER dengan first class. Penerbangan ini dari Jakarta ke London dengan nomor penerbangan GA86. 

Pada saat saya mencoba penerbangan ini, pesawat harus transit di Singapura terlebih dahulu sebelum menuju London karena, setahu saya, landasan di Bandara Soekarno-Hatta tidak kuat untuk menahan beban B777-300ER yang penuh penumpang dan bahan bakar. Sekarang sudah bisa langsung dari Jakarta ke London tanpa melalui Singapura. Penerbangan dari Jakarta ke Singapura memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit. Setelah transit di Singapura selama 1.5 jam, penerbangan ke London membutuhkan waktu sekitar 13 jam.

Rute penerbangan
Rute penerbangan
Perjalanan saya dimulai dengan email dari Garuda satu hari sebelumnya yang menanyakan pilihan saya terhadap 4 hal. Yang pertama, pilihan mobil untuk limousine service. Mobile yang tersedia adalah Toyota Alphard dan Mercedez Benz E320. Saya memilih Mercedez. Yang kedua, ukuran piyama. 

Saya memberikan tinggi dan tipe badan saya dan menyuruh Garuda memilih ukuran yang tepat. Yang ketiga, jenis makanan yang tidak bisa saya makan di mana saya membalas bahwa saya tidak ada batasan makanan. Yang keempat, penerbangan berikutnya kalau ada. Di sini saya tidak ada penerbangan lanjutan, tapi saya meminta agar pegawai di London bisa membantu saya menunjukkan arah dan mode transportasi termudah untuk mencapai hotel.

Keesokan harinya, jam 5 pagi, Garuda tepat waktu menjemput saya di hotel untuk pergi menuju ke Bandara Soekarno Hatta Terminal 3. Sopir yang menjemput sopan dan ramah. Karena masih pagi, perjalanan dari hotel di Jakarta Selatan ke bandara cukup cepat tanpa hambatan. 

Setibanya di bandara, 2 orang staf garuda, Mbak Dea dan Mas Heibert, menyambut dan membawakan bagasi saya ke tempat check-in. Di sini saya diberitahu bahwa saya adalah satu-satunya penumpang first class. Tanpa menunggu lama, saya menerima boarding pass dan langsung menuju imigrasi. 

Konter check-in first class
Konter check-in first class
Heibert membantu saya mengurus paspor di imigrasi, sementara Dea langsung mengantar saya ke first class lounge.

Saya satu-satunya yang memakai lounge ini. Ukuran lounge tidak terlalu besar tapi saya rasa memadai karena tidak banyak penerbangan first class yang ditawarkan oleh Garuda atau maskapai SkyTeam lainnya dari Jakarta. Lounge ini dibagi menjadi beberapa bagian dengan tipe kursi yang berbeda. Ada tempat makan, tempat bersantai sambil menonton TV, dan ada juga tempat beristirahat sambil tiduran dengan kursi malasnya. 

Di tengah lounge ada grand piano yang secara otomatis memainkan musik yang lembut. Secara keseluruhan, lounge ini pasti yang terbaik di Indonesia, tapi masih kalah jauh bila dibandingkan dengan first class lounge milik Singapore Airlines di Singapura. Menurut saya first class lounge milik Thai Airways in Bangkok masih sedikit lebih baik terutama karena ukuran lounge yang jauh lebih besar.

Piano di tengah First Class Lounge
Piano di tengah First Class Lounge
Kursi untuk bersantai di First Class Lounge
Kursi untuk bersantai di First Class Lounge
First class di First Class Lounge
First class di First Class Lounge
Semua pegawai lounge bersikap sopan dan profesional. Sekarang tiba waktunya sarapan. Saya memesan sup krim ayam dan mie soto dari menu yang tersedia. Buah-buah segar dan jajanan pasar juga disajikan. Saya tidak ingin terlalu kenyang karena di pesawat ke Singapura saya berencana untuk sarapan ronde kedua. Setelah sarapan saya duduk santai di salah satu cubicle. TV-nya menyiarkan siaran secara streaming yang menurut saya agak aneh karena saya tidak bisa memilih apa yang ingin saya tonton.

Soto mie
Soto mie
Tempat saya menunggu boarding
Tempat saya menunggu boarding
Tidak lama kemudian Dea and Heibert menjemput saya untuk naik ke pesawat. Tanpa mengantre saya diantar sampai ke pintu pesawat di mana mereka kemudian mengucapkan selamat jalan dengan hangat. Di sini saya disambut oleh awak pesawat Garuda dan diantar ke kursi 1A. Di first class, kursi pesawat didesain seperti mini suite dengan pintu geser yang bisa ditutup untuk menambah privasi.

Kabin first class
Kabin first class
Kursi 1A milik saya
Kursi 1A milik saya
Halo :)
Halo :)
Di sini saya dilayani oleh Mbak Hani dan satu orang yang lagi yang saya tidak ingat namanya. Menu makanan, minuman, dan amenity kit bag sudah tersedia. Jaket saya disimpankan di lemari kecil yang tersedia di dinding suite. Hani kemudian menanyakan minuman yang saya inginkan dan saya memilih teh English Breakfast. Dia juga mengambil pesanan makan pagi yang akan dihidangkan segera setelah lepas landas.

Ada 3 pilihan makanan pembuka: irisan buah segar, yogurt, dan sereal; dan 3 pilihan makanan utama: western food, ayam bakar madu dan nasi kuning, dan crepe apel. Saya memilih buah dan ayam bakar madu. Lima menit setelah waktu keberangkatan lewat, pesawat juga belum berangkat padahal boarding dimulai sedikit lebih awal dari jadwal. Ternyata Hani menunggu kacang macademia saya yang masih diambilkan dari terminal. Terima kasih untuk usaha dan pelayanan yang luar biasa.

Minuman sebelum berangkat, handuk kecil dan tas amenity kit
Minuman sebelum berangkat, handuk kecil dan tas amenity kit
Saya sempat mengamati amenity kit yang diberikan. Tas yang diberikan berwarna biru gelap dengan border putih tanpa merek. Hanya ada tulisan Garuda Indonesia First Class ketika saya membuka tas tersebut. Isi tas relatif standar, termasuk lip balm, penutup mata, penyumbat telinga, sisir, peralatan sikat gigi, dan pelembab. Menurut saya, tas yang diberikan tidak memadai untuk first class maskapai bintang lima seperti Garuda.

Tas amenity kit untuk penumpang first class
Tas amenity kit untuk penumpang first class
Segera setelah lepas landas, servis makan pagi dimulai. Ada 3 pilihan makanan pembuka: irisan buah segar, yogurt, dan sereal; dan 3 pilihan makanan utama, yakni western food, ayam bakar madu dengan nasi kuning, dan crepe apel. Saya memilih buah dan ayam bakar madu.

Irisan buah segar
Irisan buah segar
Ayam bakar madu
Ayam bakar madu
Saya sempat bertanya apakah ada teh camomile untuk membantu saya merasa rileks di penerbangan berikutnya ke London. Sayangnya tidak tersedia, tapi ternyata awak kabin menemukan teh tersebut yang merupakan milik pribadi salah satu dari mereka. Sekali lagi terima kasih Garuda untuk inisiatif dan pelayanannya yang melebihi ekspektasi.

Tidak lama kemudian, pesawat mendarat di Singapura. Setelah mengucapkan selamat tinggal dengan semua awak kabin, saya dijemput oleh 2 orang staf bandara di pintu pesawat. Mereka mengantar saya ke lounge milik Dnata dengan airport buggy. Lounge ini sederhana dan tidak terlalu besar. Ada satu ruangan khusus untuk penumpang first class dan kebetulan hanya saya yang memakai. Berhubung saya membutuhkan poundsterling, staf bandara membantu saya menanyakan nilai tukar selama saya di lounge.

Makanan dan minuman di lounge di Singapura
Makanan dan minuman di lounge di Singapura
Ruang tunggu bagi saya di Singapura
Ruang tunggu bagi saya di Singapura
Tanpa perlu menunggu lama, staf yang sama menjemput saya kembali. Dia mengantar saya ke money changer sebelum kembali ke gerbang keberangkatan dengan airport buggy. Ada antrean sebelum memasuki ruang tunggu dan lagi sebelum memasuki pesawat. Airport staf tersebut langsung mengantar saya ke barisan paling depan sehingga saya sama sekali tidak perlu menuggu. Setelah mengantar saya sampai di kursi pesawat, mereka pun mengucapkan selamat jalan.

Kini giliran awak kabin Garuda yang menyambut saya. Mereka adalah Mbak Yeni dan Mbak Ria. Yeni membawakan handuk kecil dan menawarkan minuman kedatangan. Saya memilih jus kacang hijau (unik milik Garuda) yang ternyata cukup lezat. Dia juga membawakan piyama dan kemudian melakukan slipper service.

Apakah slipper service ini? Pada dasarnya, seorang awak kabin membawakan sandal pesawat dan memperkenankan saya melepas sepatu dan memakai sandal tersebut selama penerbangan. Setahu saya ini adalah servis unik milik Garuda. Oh ya, sandalnya juga sangat nyaman dipakai sehingga saya bawa pulang.

Slipper service
Slipper service
Tidak lama setelah lepas landas, chef on board menjelaskan menu yang tersedia. Ada 4 pilihan hidangan pembuka: daging sapi ala Thailand, tuna salad dengan telur puyuh, selada dengan skalop goreng (ini pilihan saya), dan ayam bumbu India. Berikutnya ada 2 pilihan sup: soto Padang (pilihan saya) dan sup labu parang panggang. Makanan utama ada 5 pilihan: pepes ikan barramundi, daging sapi bakar dengan saus rempah, nasi basmati dengan ayam bumbu India, iga kambing bakar (pilihan saya), dan pasta agnolotti. Ada juga cheese board yang tidak saya coba.

Untuk penutup ada 2 pilihan: parfait buah markisa (pilihan saya) dan kue coklat. Servis dimulai dengan kaviar dan krupuk. Kaviarnya sih enak dan saya mengapresiasi detail berkaitan dengan servis ini, seperti pearl spoon dan mangkuk kecil dengan es di bawahnya untuk menjaga suhu kaviar. Kaviarnya sendiri menurut saya terlalu sedikit. Berikutnya hidangan yang sudah saya pilih datang satu persatu. Good fine dining experience. Secara keseluruhan saya menikmati hidangan dan servis yang diberikan selama makan siang.

Kaviar service
Kaviar service
Selada dengan skalop goreng
Selada dengan skalop goreng
Soto Padang
Soto Padang
Iga kambing bakar
Iga kambing bakar
Parfait buah markisa
Parfait buah markisa
Setelah makan siang, saya meminta awak kabin untuk menyiapkan tempat tidur ketika saya berganti ke piyama. Kursi di first class bisa menjadi tempat tidur. Awak kabin juga menambah matras kecil yang cukup nyaman untuk ditiduri. Saya suka dengan langit-langit pesawat yang dihiasi lampu-lampu yang berkelip menyerupai bintang di langit.

Setelah menutup pintu, saya menghabiskan waktu dengan menonton film, tidur, dan bekerja. WiFi tersedia gratis untuk penumpang first class dengan kecepatan yang cukup baik walaupun terkadang agak kurang stabil. Ukuran TV memadai, tapi pilihan film terbatas, tidak sebanyak dulu dan pastinya jauh lebih sedikit dibandingkan maskapai-maskapai terkenal lainnya. 

Film-film yang tersedia juga agak aneh menurut saya. Ini adalah kelemahan terbesar dalam pengalaman terbang ini. Waktu saya merasa lapar, saya memesan mie kuah dan jus kacang hijau (yang benar-benar saya suka). Berbagai makanan kecil juga tersedia selama penerbangan.

Tempat tidur saya selama penerbangan
Tempat tidur saya selama penerbangan
Mie kuah dan jus kacang hijau
Mie kuah dan jus kacang hijau
Sekitar 1,5 jam sebelum mendarat, servis makan malam dimulai. Makanan pembuka ada 3 macam: selada daging bebek, soto mie daging (pilihan saya), dan sup krim asparagus. Tersedia 3 pilihan hidangan utama: nasi goreng dengan sate ayam, ikan seabas acar kuning (pilihan saya), dan daging sapi semur berbalut tortilla. Irisan buah segar menutup servis makan malam. Setelah makan malam, saya juga sempat berbincang-bincang dengan seorang awak kabin berkaitan dengan Garuda Indonesia.
Soto mie daging
Soto mie daging
Ikan seabass acar kuning
Ikan seabass acar kuning
Irisan buah segar
Irisan buah segar
Tidak lama kemudian pesawat mendarat di Heathrow International Airport, London. Sebagai penumpang first class, saya dipersilahkan keluar pesawat terlebih dahulu. Di luar pintu pesawat, seorang agen Garuda sudah menunggu dan kami berjalan bersama menuju imigrasi. Bandara sedang sangat sepi, padahal masih pukul 18:30. 

Dari pesawat ke imigrasi, kami tidak menjumpai seorang penumpang pun. Padahal Heathrow adalah salah satu bandara tersibuk di dunia. Ruang imigrasi pun juga sepi. Saya menggunakan jalur fast track dan dalam waktu kurang dari satu menit saya sudah menyelesaikan proses pengecekan paspor. Agen tersebut membantu saya mengambil bagasi dan kemudian menunjukkan cara termudah untuk pergi ke hotel. Di sini pun cerita saya berakhir.

Garuda mendapat nilai yang sangat baik dalam hal pelayanan yang diberikan oleh para pegawainya, baik di darat ataupun di udara. Kelemahan utama adalah terbatasnya pilihan film yang tersedia di pesawat. Untungnya wifi disediakan gratis untuk penumpang first class. Secara keseluruhan saya sangat puas dengan pengalaman terbang saya.

Penilaian:

  • Garuda Indonesia first class lounge di Jakarta: 8/10
  • Servis: 10/10
  • Makanan: 8.5/10
  • Kabin: 9/10
  • In flight entertainment system: 7/10

Ikuti Instragram saya, @Rizayosia untuk melihat pengalaman-pengalaman lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun