Mohon tunggu...
Rizanti Amalia
Rizanti Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang pendidik yang memiliki keinginan untuk terus belajar dalam hal apapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Menjadi Guru Professional di Era Sekarang?

12 Maret 2024   08:47 Diperbarui: 12 Maret 2024   09:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1 Aktivitas penelitian oleh siswa SMP N 2 Talang

Sumber: Dokumen pribadi

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk setiap generasi khususnya generasi muda, dengan kemajuan mutu pendidikan membuat acuan sebagai peningkatan sumber daya manusia dalam suatu negara. Pendidikan menjadi sarana untuk meningkatkan potensi diri bangsa agar mampu berkiprah dalam dunia global sebagai investasi mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Iskandar, 2021). Pendidikan yang berkualitas bukan lagi milik segelintir orang atau orang kaya, melainkan hak setiap anak di setiap masyarakat. Pada saat yang sama, semua anak harus didik dengan baik sebagai dorongan untuk standar yang lebih ketat. Standar ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa anak-anak saat ini siap menghadapi dunia masa depan.

Guru professional bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

img-20240312-080424-65efb132de948f17f24c9dc4.jpg
img-20240312-080424-65efb132de948f17f24c9dc4.jpg

Gambar 2. Presentasi kelompok visual dalam pembelajaran berdiferensiasi. Sumber: Dokumentasi pribadi

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang sangat penting tentang proses belajar mengajar yang memenuhi kebutuhan peserta didik pada abad ke 21. Fokus perhatian dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah kepedulian pada peserta didik dalam memperhatikan kebutuhan dan kekuatan peserta didik serta bagaimana peserta didik belajar, perbedaan preferensi belajar dan minat individu. Diferensiasi menyiratkan bahwa tujuan sekolah harus memaksimalkan kemampuan semua peserta didik. Guru yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi percaya bahwa setiap anak adalah unik dengan gaya dan preferensi belajar yang berbeda-beda. Guru dapat berdiferensiasi berdasarkan kesiapan belajar peserta didik dengan tingkat kesulitan materi yang dibahas di kelas. 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang sangat penting tentang proses belajar mengajar yang memenuhi kebutuhan peserta didik pada abad ke 21. Fokus perhatian dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah kepedulian pada peserta didik dalam memperhatikan kebutuhan dan kekuatan peserta didik serta bagaimana peserta didik belajar, perbedaan preferensi belajar dan minat individu. Diferensiasi menyiratkan bahwa tujuan sekolah harus memaksimalkan kemampuan semua peserta didik. Guru yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi percaya bahwa setiap anak adalah unik dengan gaya dan preferensi belajar yang berbeda-beda. Guru dapat berdiferensiasi berdasarkan kesiapan belajar peserta didik dengan tingkat kesulitan materi yang dibahas di kelas. Adapun penjelasan mengenai pembagian gaya belajar

a. Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitik beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.

b. Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.

c. Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya.

Cara dalam menentukan gaya belajar peserta didik dengan melakukan kegiatan observasi dan juga melakukan asesmen diganostik non kognitif mengenai minat belajar. Saya melakukan observasi di SMP Negeri 2 Talang tepatnya di kelas IX E untuk mengetahui gaya belajar peserta didik.

Gambar 3. Grafik gaya belajar kelas IX E. Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3. Grafik gaya belajar kelas IX E. Sumber: Dokumentasi pribadi
 

Berdasarkan gambar 3 tersebut menunjukan bahwa hasil data gambar diatas diketahui dari 34 responden yang dibagikan melalui lembar kuisioner tes diagnostik pada awal pembelajaran diperoleh grafik dengan gaya belajar kinestetik lebih tinggi dibandingkan dengan audio dan visual. Berdasarkan analisis hasil lembar kuis kuisioner diperoleh hasil sebanyak 16 memilih gaya belajar kinestetik dimana pertanyaan yang ada dikuisioner meliputi tentang cara memahami materi lebih menyukai dengan praktik, ketika berbicara menggerakan anggota tubuh, lebih menyukai permainan disbanding dengan gambar dan musik. Sehingga untuk kelas IX E lebih dominan untuk belajar dengan gaya kinestetik, hal ini selaras dengan perolehan hobi bermain bola yang lebih tinggi artinya peserta didik menyukai gerak, olahraga. Diikuti dengan perolehan kedua yaitu visual dan terakhir audio.

Hasil dari pembelajaran Berdiferensiasi

Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, pembelajaran berdiferensiasi sangat membantu peserta didik dalam belajar hal ini terlihat keantusian siswa dan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran. Peserta didik lebih mudah memahami dan juga mendapatkan ilmu bari dari kelompok lain dengan gaya belajar yang berbeda hal ini dibuktikan dengan peserta didik dapat menyimpulkan kegiatan dan juga tercapaianya tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Adapun umpan balik yang didapat yaitu peserta didik merasa senang dan juga ada yang minta pembelajaran selalu dilakukan dengan praktik karena pembelajaran dengan model ini lebih mudah dipahami dan tidak membuat tertekan saat belajar..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun