Mohon tunggu...
Ichal Rumain
Ichal Rumain Mohon Tunggu... Jika Sastra adalah antusias, maka kau adalah formalitas

Hidup masih panjang, tetaplah kuat dalam juang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Teknik Komunikasi Konseling

19 Maret 2018   07:21 Diperbarui: 19 Maret 2018   08:42 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Dance (dalam Suryanita, 2011) komunikasi dalam konseling adalah suatu proses pemindahan informasi antara dua orang manusia (konselor-konseli) atau lebih yang menimbulkan respon, dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami bersama.

Berdasarkan pengertian istilah-istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam konseling merupakan suatu proses pemindahan/penyampain informasi, pikiran dan sikap antara konselor dan konseli, terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik sehingga dapat meningkatkan pemahaman informasi diantara kedua belah pihak. 

Keterampilan Berkomunikasi merupakan artatau seni dari pada seseorang. keterampilan yang mesti dimiliki konselor untuk mengaplikasikan teori tertentu dan mengimplementasikan prosesnya.

Keterampilan Berkomunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah seni mendengar dan seni bertanya, mencakup pemilihan waktu, kata dan jenis pertanyaan. melontarkan pertanyaan yangtidak akan menghentikan, mengubah atau melambatkan diskusi klien tentang problemnya. Pertanyaan yang dilontarkan malah diupayakan untuk terus menjaga diskusi berjalan bebas, untuk mengklarifikasi dan memvalidasi

Efektivitas mendengarkan memampukan konselor memanfaatkan keterampilan verbalnya dalam konseling. Keterampilan ini meliputi penggunaan respons-respons perhatian yang menyiratkan kepada klien kalau Anda tengah menyimak semua hal yang dikatakannya (seperti "saya paham", "I see"), dan apa yang disebut 'respons-respons stimulus' yaitu respons-respons yang mendorong klien meneruskan komentarnya (seperti "Bisakah Anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu?", "Bisakah Anda mengklarifikasikan kepada saya perihal _______?", "Tolong lanjutkan cerita itu kalau masih ada yang ingin dikatakan").

Mendengarkan secara efektif penting untuk umpan-balik, salah satu keahlian komunikasi verbal (dan non-verbal) lainnya yang penting. Umpan-balik disini adalah verbalisasi persepsi dan reaksi konselor terhadap perilaku klien, sikapnya, perasaannya, problemnya, tindakannya, ekspresinya, dan lain-lain. Umpan-balik menawarkan bagi konselor peluang untuk meringkas dan mensahihkan secara periodik apa yang sudah dikatakan dan memastikan konselor dan klien sama akuratnya 'menerima' pesan masing-masing, sebelum melangkah lebih jauh di dalam proses konseling.

Yang juga penting di dalam komunikasi verbal adalah seni bertanya. Keahlian bertanya mencakup pemilihan waktu, kata dan jenis pertanyaan. Konselor yang ahli tidak akan melontarkan pertanyaan yang akan menghentikan, mengubah atau melambatkan diskusi klien tentang problemnya. Pertanyaan yang dilontarkan malah diupayakan untuk terus menjaga diskusi berjalan bebas (seperti "kenapa Anda berpikir mereka bereaksi dengan cara itu kepada perilaku Anda?"); untuk mengklarifikasi (seperti "Apakah yang Anda maksudkan dengan itu?", "Benarkah pemahaman saya ini tentang pernyataan Anda barusan?"); dan untuk memvalidasi (seperti "Bagaimana Anda bisa yakin begitu?", "Berikan saya contohnya").

Jenis pertanyaan yang digunakan mestinya juga tepat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pertanyaan terbuka (seperti "Bagaimana perasaan Anda tentang hal itu?") menyediakan kesempatan bagi klien mengekspresikan perasaannya lebih jauh, menyediakan detail lebih besar bagi konselor, dan mendapatkan pemahaman baru bagi keduanya, sedangkan pertanyaan tertutup (seperti "apakah Anda akan kembali lagi minggu depan?") dimaksudkan untuk memperoleh jawaban singkat dan operasional, bukannya diskusi panjang lebar. Konselor bisa juga menggunakan pertanyaan langsung (seperti "Coba ceritakan kepada saya apa rencana Anda setelah lulus sekolah nanti") atau tidak langsung (seperti "Apa yang Anda pikirkan tentang alkoholisme dewasa ini?") yang mengidentifikasikan problem klien secara tidak langsung.

Komunikasi yang efektif juga didukung oleh pengetahuan tentang apa yang tidak boleh dilakukan. George dan Cristiani (1995, hlm. 126-128) mendata penghalang-penghalang komunikasi efektif sebagai konselor sebagai berikut:

  • Memberikan nasihat
  • Menawarkan solusi
  • Memberitahukan rambu moral atau menceramahi
  • Menganalisis dan mendiagnosis
  • Menghakimi atau mengkritik
  • Memuji, menyepakati atau memberi evaluasi positif
  • Menegaskan ulang

Keterampilan Berkomunikasi Non Verbal 

Dalam kegiatan konseling, konselor berhadapan dan bertatap muka secara langsung dengan konseli dan kegiatan selanjutnya bergantung bagaimana corak dan bentuk komunikasi tercipta. Selain melalui komunikasi verbal dengan melakukan wawancara, ada komunikasi dalam bentuk lain, yaitu komuikasi non verbal yang juga memegang peran penting dalam kegiatan konseling.Menurut Barata (2003: 93) komunikasi non verbal adalah pesan atau informasi yang tidak disampaikan secara lisan maupun tulis. Komunikasi non verbal ini biasanya diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language) dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).

Komunikasi non verbal banyak pengaruhnya terhadap kegagalan atau keberhasilan konseling, sebab setiap saat konseli mungkin saja secara tidak disadari menekan atau menentang bahasa lisannya dengan perilaku non verbal. Suatu studi oleh Julius Fast (dalam Willis, 2013: 125) membuktikan bahwa bahasa tubuh dapat bertentangan dengan bahasa verbal. Berikut ini beberapa bahasa isyarat dalam perilaku komunikasi non verbal yang dikemukakan oleh Willis (2013: 129):

  • Membelalakkan mata; marah, terkejut, menentang, heran.
  • Muka merah; malu, menahan marah.
  • Dahi dikerutkan, mata agak terpejam; menghadapi kesukaran.
  • Menggosok-gosok mata; menghadapi kesukaran, berpikir.
  • Menggaruk-garuk kepala; menahan malu, kesal.
  • Memegang kepala dengan dua tangan sambil tertunduk; kecewa, konflik, stres, keadaan pelik menekan.
  • Telinga merah; menahan malu, marah.
  • Menggoyang-goyang kaki saat duduk; menahan stres.

 Sayangnya, kebanyakan kemampuan konselor untuk mengamati perilaku tersebut amat dibatasi oleh kurangnya sensitivitas dan latihan, serta kemampuan menangkap makna isyarat yang berasal dari gerak-gerik ekspresi konseli, sehingga kesempatan itu tidak dapat digunkan untuk membuat konselor lebih efektif dan tujuan konseling tidak tercapai dengan baik.

Sekian Terimakasih... 

Semoga Bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun