Mohon tunggu...
rizal malaka
rizal malaka Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bisma Rizal

Seorang ingin mecoba merangkai kata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Prabowo dan Al-Balad Ayat 17

20 Februari 2019   16:48 Diperbarui: 21 Februari 2019   10:50 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bagi sebagian kalangan, sikap calon Presiden RI nomor urut 02 Prabowo Subianto yang tidak menyerang calon petahana Joko Widodo dalam debat kandidat kedua adalah hal yang sangat disayangkan.

Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh pengamat politik Rocky Gerung, bahwa debat kandidat adalah ajang layaknya sebuah pertandingan tinju dan para penontonnya ingin melihat salah satu pihaknya jatuh KO.

Memang konteks Rocky berkata seperti itu sebagai wujud kritik kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Tetapi sebagai penulis buku Paradoks Indonesia, tentu Prabowo tahu bahwa data-data yang disampaikan oleh pesaingnya error.

Sebagai publik tentu saya berharap sekali Prabowo dapat membantahnya sehingga peristiwa KO pun terjadi.

Tidak perlu menyerang pribadi petahana cukup berkata data yang disampaikannya salah saja sudah membuatnya terbujur KO.

Kalo pun tidak juga, kasih Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan BPK semester I tahun 2018. Dimana, dari 7 bendungan yang terbangun 5 diantaranya tidak maksimal dalam pengairan lahan pertanian.

Namun hal itu tidak dilakukan oleh Prabowo, ternyata kalo boleh saya berpendapat, bisa jadi putra Pak Soemitro ini berpegang pada Al-Quran Surat Al-Balad khususnya ayat 17.

Dalam ayat 17 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{ }

dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (Al-Balad: 17)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, ayat ini adalah salah satu sifat orang-orang mukmin yang gemar mengerjakan amal saleh.

Yakni, saling berpesan untuk bersabar dalam menghadapi gangguan manusia dan tetap bersikap penyayang kepada mereka.

sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis:

 

Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Tuhan Yang Maha Penyayang. Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, maka orang-orang yang ada di langit akan menyayangimu.

Di dalam hadis lain disebutkan:

 

Allah tidak menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia.

Bahkan Hadist yang diriwayatkan Abu Daud dari cerita Abu Bakar ibnu Abu Syaibah kepada Sufyan, Abu Najih, Ibnu Amir, Abdullah ibnu Amr berbunyi; 

Barang siapa yang tidak menyayangi orang-orang kecil kami dan tidak menghormati hak orang-orang besar kami, maka dia bukan dari golongan kami.

Sebelum ayat 17, ternyata Allah Swt memberikan sebuah ukuran Adil dan Makmur. Yakni, 

(11)Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? 

(12)Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?

 (13) (Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, 

(14) atau memberi makan pada hari kelaparan,

 (15) (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, 

(16) atau orang yang miskin yang sangat fakir. 

(17) Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.

Bisa saja surat ini memberikan syarat seseorang yang memang ingin menghadirkan Adil dan Makmur harus mempunyai rasa sabar dan kasih sayang meskipun dengan lawannya.

Sebagaimana yang kita ketahui, perilaku Nabi Musa AS kepada Firaun. Nabi Muhammad SAW ke Abu Lahab dan Abu Jahal.

Dalam tafsir Ibnu Katsir untuk ayat 11 itu adalah sebuah gunung di neraka. Tetapi, sebagai seorang Muslim pendakian gunung itu harus dilakukan sebagaimana diketahui, yang namanya dunia adalah ladang amal.

Dalam visi dan misi sendiri, Prabowo sepertinya menjadikan 17 pakta integritas Ijtima Ulama sebagai master mind.

Ambil saja satu kata visinya, yakni, Adil. Untuk mencapai hal tersebut para Ulama memberikan jalan agar konsisten menjalankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar yang disahkan 18 Agustus 1945.

Pancasila sendiri secara epistemologi bisa dikatakan sebagai sebuah metode yang mendekatkan "Kebenaran Relatif kepada "Kebenaran Absolut"

Secara grafik matematika sendiri usaha tersebut dapat mengukur seberapa besarnya Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercipta. 'Semakin dekat bangsa ini berusaha mendekatkan kebenaran relatif kepada kebenaran absolut maka semakin tingginya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tercipta.

Semoga pak Jokowi dapat membaca tulisan ini untuk jadi bahan pelajaran..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun