"Eh, kamu bukannya yang tadi di kelas ya? Kok sudah berada di sini?" tanyaku dengan nada sedikit gugup karena kaget dia berada di ujung Bukit Surga.
"Iya, setelah kamu beritahu tadi, jam 12 siang aku langsung berangkat ke Desa Bareng untuk memastikan apa benar di sini sudah terdapat tempat wisata seperti yang kamu ceritakan sekilas. Dan ternyata yang kamu ceritakan memang benar."
"Kamu sebenarnya siapa sih? Terus tau namaku darimana? Tau asalku dari Desa Bareng juga darimana?" seruku dengan beberapa pertanyaan yang sudah tidak dapat ku pendam lagi.
"Aku itu Ali, teman masa kecilmu di Desa Bareng ini. Inget nggak? Dulu rumahku berada di ujung gang buntu rumah kamu. Aku mengetahui namamu dari Ibuku. Ibuku mendapat kabar dari budhe-ku yang masih tinggal di Bareng. Katanya, Jihan juga satu kelas samu kamu lho, le. Dari situ, aku mencoba mencari informasi tentangmu dari beberapa teman di kelas."
"Hmm, Ali?" jawabku sambil mengingat-ingat teman bermainku masa kecil.
"Iya, aku Ali yang dulu pernah kamu ajarin naik sepeda kemudian nabrak pohon rambutan itu lho"
"Oalah, iya-iya aku inget Al"
Setelah obrolan tersebut, aku dan Ali menjadi seperti dua sahabat yang telah lama berpisah yang dipertemukan kembali di ujung Bukit Surga.
Cerpen by Muhammad Rizal Hermawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H