Sambil menikmati hidangan masing-masing, aku mencoba untuk mulai membicakan peristiwa yang baru saja aku alami.
"Aini, kamu kan udah beberapa kali mengenal banyak lelaki, ya?" celotehku sambil mengunyah pisang goreng.
"Uhuk, emangnya kenapa, Han? Kok tumben kamu tanya begitu kepadaku? Pasti ada apa-apa nih?" jawab Aini yang hampir tersedak sebab pertanyaanku.
"Jadi gini, tadi aku tiba-tiba dihampiri oleh seorang lelaki yang sama sekali aku belum mengenalnya. Namun, lelaki itu sudah tau namaku dan menanyakan kabar Desa Bareng pula. Darimana coba dia tau kalau aku berasal dari Desa Bareng? Menurutmu bagaimana, Ain?"
"Hmmm..." gumam Aini sambil mengunyah nasi pecel favoritnya.
Setelah bergumam, Aini meraih gelas teh hangatnya untuk merasakan tegukan pertama dari lamanya memakan nasi pecel.
"Sruuuppp.. Ahhh.. Jadi begini, Han. Ini menurutku lo ya. Bisa saja lelaki itu berasal dari desa yang sama sepertimu, tetapi dia telah lama tidak mengunjungi desa kelahirannya tersebut."
"La terus bagaimana dia bisa tau aku berasal dari Desa Bareng?" tanyaku yang semakin penasaran kepada Aini.
"Mungkin saja dia melihat dari parasmu yang cantik, putih, bersih dan sederhana kemudian menanyakan tentang dirimu kepada teman sekelas kamu secara diam-diam."
"Ya juga ya? Adanya benarnya sih apa yang kamu katakan, Ain." Aku mengangguk sambil terheran-heran, bisa-bisanya aku tidak terfikirkan sampai sejauh itu.
***