Di bawah lebatnya pohon, aku masih saja memikirkan tentang kejadian yang tengah menimpaku tadi siang. Aku, Jihan seorang mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi yang tinggal di Desa Bareng yang saat ini tengah mengalami suatu masa sulit akan gejolak hati. Tadi siang, di tengah ramainya perkuliahan, tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang datang menghampiriku tanpa rasa sungkan.
Dengan tatapan yang datar, dia berkata kepadaku
"Hai, kamu Jihan, ya? Bagaimana kondisi Desa Bareng saat ini?"
Sontak, aku terdiam. Dalam hati aku bergumam "Siapa lelaki ini? Kok dia tahu kalau aku berasal dari Desa Bareng?"
Setelah sekian lama aku terdiam, lelaki itu mencoba untuk menyadarkanku dengan mengetuk meja secara pelan.
"Ya ya ya, sampai mana tadi?" ucapku yang tengah terjun dalam lamunan.
"Bagaimana kondisi Desa Bareng saat ini?"
"Desa Bareng saat ini Alhamdulillah sudah lebih maju daripada tahun-tahun yang lalu, saat ini Desa Bareng telah memiliki sebuah wisata yang ramai dikunjungi pada setiap minggunya apalagi disaat musim libur panjang". Jawaban spontanku tanpa memikirkan lelaki tersebut siapa.
Di saat jam istirahat, aku pergi ke kantin untuk mengisi kekosongan perut ini bersama sahabat dekatku, Aini. Aini merupakan sahabatku dari Sekolah Menengah Pertama hingga saat ini. Kami mulai bersahabat ketika Aini yang pada saat itu bingung belum mengerjakan PR karena harus merawat adiknya yang menginap di Rumah Sakit Bhayangkara.
Untuk pengalaman didekati seorang lelaki, Aini lebih unggul daripada aku. Dari situlah aku ingin menanyakan kepada Aini perihal peristiwa yang terjadi kepadaku. Seperti biasanya, di kantin sekolah Aini pasti memesan nasi pecel tanpa sayur dengan minuman favoritnya teh hangat. Kata dia, perpaduan antara makanan dan minuman tersebut sudah tidak ada duanya. Berbeda dengan diriku yang sering kali hanya memesan snack ditambah dengan es teh untuk pelega tenggorakan.