1. Fanatisme.
Saya sangat tidak tergoda dengan hasutan pendukung yang kelihatan sangat fanatik, saya malah jadi resisten. Netralitas pun juga punya keberpihakan terhadap kenetralan itu sendiri. Semakin fair dan semakin obyektif, argumen dan misi seseorang makin mudah saya terima.
2. Agresivitas.
Bila fanatisme mendewa-dewakan calonnya, yang agresif sibuk menyerang lawannya. Susahnya dalam pilpres kali ini seringkali fanatisme bergabung dengan agresivitas.
A. Sportivitas
Pilpres tahun ini saya rasakan sebagai yang 'terpanas' dalam pengalaman saya, dan sangat melelahkan melihat 'perang' yang ada. Maka capres yang bisa menunjukkan sportivitas dan mengakui kelebihan lawan itulah yang paling bisa menggoda saya.
B. Kreativitas
Dengan ribuan kicauan, pamflet dan broadcast yang ada maka semua terasa seperti lautan abu-abu. Terlalu ramai untuk dicerna. Maka yang bisa menarik perhatian saya adalah produk dihasilkan oleh kreativitas yang unik. Beberapa mungkin kebablasan, tapi faktanya pesan yang bisa menerobos dalam keramaian. Biasanya hanya sebentuk gambar dengan kata-kata yang singkat.
C. Pencitraan
Pencitraan memang perlu, karena dengan itu saya sebagai masyarakat awam (bukan keluarga atau kerabat) bisa mengenal kedua capres. Ada yang mencitrakan diri sebagai sosok yang tegas dan berwibawa, ada yang mencitrakan sebagai yang egaliter dan merakyat. Namun ada yang langsung bisa melenyapkan godaan tersebut, yaitu :