Pesisir dan laut merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi, dan sosial yang sangat tinggi. Di Indonesia, yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan menjadi isu yang krusial.Â
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk pengelolaan yang berkelanjutan adalah Integrated Coastal Zone Management (ICZM) atau Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pendekatan ini menggabungkan aspek-aspek ilmiah, teknologi, sosial, dan ekonomi untuk memastikan kelestarian dan kesejahteraan jangka panjang dari wilayah pesisir.Â
Mengapa ICZM?
ICZM adalah pendekatan yang holistik dan partisipatif dalam mengelola wilayah pesisir, yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan kebutuhan pembangunan. Pendekatan ini mencakup beberapa prinsip dasar, antara lain:
Partisipasi Stakeholder: ICZM melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah dalam proses pengambilan keputusan.
Pendekatan Ekosistem: Memperhatikan hubungan antara ekosistem darat dan laut serta bagaimana kegiatan manusia mempengaruhi keduanya.
Manajemen Berbasis Data: Menggunakan data ilmiah dan teknologi terkini untuk memantau kondisi lingkungan dan dampak dari kegiatan manusia.
Fleksibilitas dan Adaptasi: Menyesuaikan strategi manajemen berdasarkan perubahan kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi.
Implementasi ICZM di Indonesia Khususnya di Kabupaten Malang
Di Indonesia, penerapan ICZM memiliki tantangan tersendiri mengingat luasnya wilayah pesisir dan beragamnya ekosistem yang ada. Namun, beberapa inisiatif telah menunjukkan hasil yang positif.
Pengelolaan Mangrove di Jawa Timur:
Mangrove memainkan peran penting dalam melindungi pantai dari abrasi dan sebagai habitat bagi berbagai jenis satwa. Di Jawa Timur, upaya rehabilitasi mangrove melalui program ICM telah meningkatkan keanekaragaman hayati dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal melalui ekowisata dan produk turunan mangrove.Konservasi Terumbu Karang di Bali:
Bali, dengan sektor pariwisatanya yang berkembang pesat, telah mengadopsi ICM untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan akibat aktivitas pariwisata. Program ini melibatkan pelatihan bagi operator wisata dan kampanye kesadaran lingkungan bagi wisatawan.Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan di Maluku:
Di Maluku, ICZM diterapkan untuk mengatur perikanan tangkap dan budidaya, mengurangi overfishing, dan memastikan keberlanjutan stok ikan. Pendekatan ini juga melibatkan penggunaan teknologi modern untuk monitoring dan pengawasan.Konservasi Padang Lamun di Sulawesi:
Di Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi, masyarakat setempat berhasil melestarikan padang lamun. Padang lamun ini menyediakan habitat penting bagi biota laut dan memainkan peran vital dalam menjaga ekosistem laut yang sehat. Studi kasus ini menunjukkan efektivitas upaya konservasi berbasis masyarakat dalam melindungi sumber daya pesisir.Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir di Lombok:
Kepulauan Gili di Lombok telah menerapkan rencana pengelolaan terpadu wilayah pesisir yang menyeimbangkan pembangunan pariwisata dengan perlindungan lingkungan. Rencana ini telah menghasilkan peningkatan kualitas air, pengurangan polusi, dan peningkatan keanekaragaman hayati. Keberhasilan proyek ini menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan bisnis dalam pengelolaan pesisir.Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan di Kabupaten Malang:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali memberikan kontribusi bagi bangsa, khususnya dalam pengembangan perikanan laut, yaitu Pilot Project Offshore Aquaculture, yang disebut Ocean Farm ITS. Ketua Tim Ocean Farm ITS, Dr Eng Yeyes Mulyadi, ST. MSc menjelaskan, perubahan iklim global menyebabkan cuaca menjadi tidak menentu, keterbatasan ukuran kapal ikan milik nelayan tradisional mengakibatkan hasil tangkapan nelayan juga menjadi tidak menentu."Solusi yang masuk akal terhadap permasalahan tersebut adalah dengan upaya budidaya ikan di laut dengan pemanfaatan teknologi yang tepat guna. Saat ini, potensi ekonomi untuk budidaya ikan di lepas pantai di berbagai negara maju mengalami pertumbuhan yang baik dengan skala ekonomi yang signifikan," ujarnya, Kamis (23/12/2021)Sementara itu Dr Ir Amien Widodo M.Si, Dewan Pakar Kompartemen Kebencanaan IKA ITS memberikan masukan yang menarik kepada tim Ocean Farm ITS. Dengan potensi gempa dan tsunami di pantai selatan Jawa cukup besar, sehingga ada baiknya wahana Ocean Farm ITS ini juga difungsikan untuk penempatan peralatan Early Warning System (EWS).
"Dengan adanya sistem peringatan dini tersebut,. diharapkan tanda-tanda kemunculan tsunami dapat ditangkap dengan cepat dan diinformasikan ke pihak yang berkepentingan dan juga masyarakat sehingga dapat diantisipasi dengan cepat dan tepat," tandasnya.
Tantangan dan Peluang
Meskipun ICZM menawarkan banyak manfaat, implementasinya di Indonesia tidaklah tanpa tantangan. Beberapa tantangan utama termasuk koordinasi antar-lembaga, keterbatasan dana, dan kurangnya data yang akurat. Namun, peluang untuk memperbaiki pengelolaan pesisir juga besar, terutama dengan adanya dukungan dari teknologi modern dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan.
Kesimpulan
Integrated Coastal Zone Management (ICZM) adalah pendekatan yang tepat untuk mengelola sumber daya pesisir dan kelautan secara berkelanjutan. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, menggunakan data ilmiah, dan menerapkan prinsip-prinsip ekosistem, ICM dapat membantu Indonesia dalam menghadapi tantangan pengelolaan wilayah pesisir.Â
Upaya yang terus menerus dan kolaboratif akan memastikan bahwa sumber daya pesisir dapat dinikmati oleh generasi mendatang tanpa mengorbankan kesejahteraan lingkungan dan sosial-ekonomi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H