Mohon tunggu...
Rizal Maulana
Rizal Maulana Mohon Tunggu... Lainnya - Pemimpi dari sudut desa

"Jangan melihat dirimu lewat mata orang lain"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reposisi HMI, Merumuskan Alternatif; Kritik Subtantif Atas Watak Globalisasi

9 November 2015   11:24 Diperbarui: 9 November 2015   18:32 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi informasi selain memberi berbagai kemudahan juga berefek terhadap berbagai transformasi berbagai budaya dari berbagai belahan dunia, tontonan berubah menjadi tuntunan, sementara tuntunan seperti tontonan. Arus teknologi informasi yang begitu cepat juga membawa juga pengaruh budaya terhadap bangsa Indonesia, merebaknya hedonisme dikalangan pemuda dapat kita lihat dengan kasatmata. Budaya timur yang disimbolkan dengan semangat gotong royong yang tinggi mengarah kepada individualisme.  

Sebuah Ijtihad; “Reposisi HMI”.

Dalam fenomena kebangsaan seperti ini sejauh mana HMI memberikan perannya terhadap persoalan-persoalan ada. Pertanyaan ini terasa sangat tinggi jika kembali kita melihat kondisi organisasi ini secara rill. Dalam beberapa tahun terakhir HMI lebih sibuk dengan dirinya sendiri. Fenomena tingginya konflik diseluruh tingkat kepengurusan mengindikasikan HMI lebih mementingkan hal yang sifatnya seremonial ketimbang substansi keberadaan yang seharusnya diperankan.

Perebutan kepemimpinan lebih didasarkan pada semangat untuk dekat dengan kekuasaan dengan asumsi semakin dekat juga dengan sumber-sumber ekonomi. Pragmatisme semakin tidak terhindarkan, kegiatan-kegiatan organisasi tak lebih dari seremonial, Intelektualitas menurun serta kemerosotan moral tak dapat terhindarkan. Organisasi menghabiskan banyak energi menyelesaikan konflik-konflik yang sudah tak lagi membangun namun lebih kepada distorsi nilai-nilai yang seharusnya diperjuangkan. Dengan kondisi ini kapan HMI akan berjuang untuk mencapai tujuannya, kapan HMI mempengaruhi kampus, kapan HMI memberikan sumbangsih pemikirannya terhadap krisis multilateral yang sedang terjadi, kapan HMI mempengaruhi paradigma masyarakat yang sedang terombang ambing dalam arus globalisasi.

HMI harus kembali kepada khitah perjuangannya yang tertuang didalam azaz, tujuan, usaha dan indepedensi. Azaz HMI merupakan landasan keyakinan tentang ketuhanan, kesemestaan, sosial masyarakat, semangat pejuangan dan konsepsi cita-cita tentang hari kemudian sebagai masa depan kehidupan manusia. Keyakinan adalah akar dari segenap perbuatan manusia yang merupakan prinsip tauhid, mengingkari penghambaan, ketundukan dan keterikatan terhadap hal-hal duniawi. Keyakinan di HMI tidak dipahami secara dogmatis melainkan dibenarkan oleh kesadaran yang jernih sehingga menjadi dasar dalam gerak juang yang dinamis dalam menghadapi tantangan zaman.

Tujuan HMI merupakan perpaduan tujuan individual, sosial dan hakikat perkaderan sebagai upaya sistematis menuju cita-cita invidual dan sosial yaitu lahir nya insan kamil dan terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan HMI. HMI tidak memisahkan wilayah privat dan publik sebagai dua entitas kehidupan yang berbeda, sosok insan ideal HMI merupakan sosok yang dapat membentuk dan menata kehidupan sosial yang adil dan sebaliknya kehidupan sosial yang adil merupakan wahana pendidikan untuk membentuk pribadi-prbadi utama.

Usaha dan indepensi HMI merupakan proses perjuangan yang diridhai dalam mencapai cita-cita. Independensi merupakan nilai yang menyemangati proses yang dilakukan secara sadar tersebut. Indepedensi adalah amanat perlunya kemandirian dan kemerdekaan dalam menentukan sikap untuk memilih kebenaran dan memperjuangkannya. HMI menjadi lokus intelektual tempat dicernanya semua fenomena secara kritis, merumuskan jalan keluar dari persoalan yang ada serta memperjuangkannya dengan merdeka.

Pola gerakan HMI kedepan mesti kembali menjadikan masyarakat sebagai basis gerakan perjuangan HMI. Tingginya konflik internal lebih disebabkan menumpuk energi HMI pada satu ranah perjuangan yaitu politik. Untuk mengkanalisasi itu semua gerakan HMI harus diperluas kepada ranah-ranah lain seperti ekonomi, budaya, pendidikan, seni dan lain-lain. Penguatan lembaga-lembaga khusus serta penambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman serta disesuaikan dengan konsentrasi pendidikan kader merupakan jalan memperkaya ranah perjuangan HMI.

Perluasan ranah perjuangan akan terimplementasi dengan kondisi praksis masyarakat yang lemah secara ekonomi, tidak berdaulat atas hak politiknya serta kehilangan identitas kebudayaannya. Pemberdayaan masyakat sesuai dengan kondisi masyarakat, keadaan alam, kecendrungan dan usaha masyarakat. Dengan sebaran cabang yang diseluruh kabupaten/ kota dan dari berbagai disiplin ilmu yang ada serta kemampuan untuk melakukan akses teknologi informasi ditambah dengan kemampuan sosialisasi diatas rata-rata mahasiswa lainnya sangat memungkinkan gerakan sistematis dan terencana dilakukan HMI.

Pemberdayaan tidak hanya berarti dalam upaya-upaya peningkatan taraf kehidupan ekonomi namun juga merupakan sebuah pengorganisasian ide dan gerakan budaya ditengah-tengah masyarkat. Pemberdayaan merupakan jalan melepaskan masyarakat dari kemiskinan dengan memodifikasi cara serta meningkat kualitas produksi masyarakat. Pemberdayaan adalah langkah pencerahan masyarakat dari lilitan money politic yang melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak berkualitas, korup dan tanpa visi. Pemberdayaan merupakan jalan keluar kerusuhan sosial, pengrusakan alam yang efeknya kembali kepada masyarakat luas. Pemberdayaan sosial merupakan sarana pembumian ide-ide HMI, sosialisasi gagasan dan kritik HMI terhadap kekuasaan, sehingga aksi-aksi HMI bukan lagi dianggap masyarakat sebagai penggangu ketertiban umum. Pemberdayaan masyarakat adalah cara HMI untuk kembali menghijaukan kampus-kampus. Pemberdayaan adalah jalan HMI melepaskan masyarakat dari belenggu pragmatisme, materialisme, hedonisme serta individualisme yang telah menghilangkan indentitas ketimuran bangsa Indonesia.

“bagaimana mungkin kau tahu potensimu jika kau melihat dirimu lewat mata orang lain, bagaimana mungkin kau mengangkat derajat bangsamu jika kau lebih bangga menjadi bangsa lain”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun