Mohon tunggu...
Rizal Azmi
Rizal Azmi Mohon Tunggu... Guru - Sekretaris Yayasan Annida Qolbu & Tenaga Pendidik

Menulis buku Fiksi dan non fiksi Memasak Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Jadikan Alasan

24 November 2023   07:02 Diperbarui: 24 November 2023   07:02 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kesuksesan itu bukanlah terlihat dari gaya hidup kita yang terkesan mewah dan glamour. Tapi sesungguhnya kesuksesan itu adalah keberhasilan kita dalam mencari harta dijalan yang terhormat dan halal.

Ketahuilah setiap insan manusia pasti memiliki permasalahan hidup yang membuat mereka sedih dan luka. Akan tetapi hanya sedikit diantara mereka yang santai menghadapinya tanpa merasa beban sedikitpun. Hingga orang lain mengira ia tidak ada permasalahan dalam hidupnya. Terlihat bahagia dan penuh dengan kegembiraan.

Mungkin ini dapat menjadi contoh dan pembelajaran bagi kita dalam mengarungi kehidupan dunia yang tak ada batasannya.

Marilah kita lihat dan ingat kembali kehidupan social sekitar kita. Di sepanjang ruas jalan A. Yani ada beberapa perempuan yang usianya sekitar 23 tahun bahkan anak-anak berusia dibawah 15 tahun yang rela berpanas-panas menawarkan Koran kepada para pengendara yang berhenti dilampu merah. Dengan senyum yang tulus ia menyapa satu persatu setiap pengentara. Ia tidak pernah malu melakukan pekerjaan sebagai loper Koran. Padahal tidak sedikit yang memandang pekerjaan ini dengan sebelah mata.

Dipasar subuh, banyak terlihat perempuan-perempuan diatas 16 tahun menjadi penjual sayur. Teriak-teriak menawarkan jualannya kepada para pembeli hanya menawarkan sayur yang ia jual. Mereka berjualan dari jam 12 malam hingga siang tiba. Jika malam turun hujan, nasib tidak berpihak kepada mereka. Mereka tidak malu melakukan ini.

Dirumah-rumah, berapa banyak para pekerja ibu rumah tangga yang pekerjanya adalah seorang perempuan yang berusia diatas 20 tahun. Mereka bekerja sebagai buruh cuci, pembantu rumah tangga dan merangkap menjadi baby sister. Sebuah pekerjaan yang tidak memerlukan ijazah dan keterampilan. Karena setiap wanita dikodratkannya seperti ini pekerjaannya. Mereka tidak malu dan sungkan jika ditanya pekerjaannya apa. Mereka malah tertawa ria saat menjelaskannya. Bahkan mereka dengan bangganya mengatakan tentang pekerjaan yang mereka geluti.

Perempuan seperti mereka jauh lebih mulai dari pada para pelacur yang bekerja ditempat yang terhormat. Duduk dikursi empuk dan berbaring disofa yang lembut. Mereka ingin memberi nafkah kepada sanak keluarga mereka dari hasil keringat yang halal dan tuhan ridha dengan pekerjaan yang ada. Sedikitpun tidak ada rasa malu pada diri mereka tentang status social dimasyarakat akan pekerjaan mereka? Lalu mengapa dirimu saudaraku malah memperendah derajatmu dengan menjadi seorang pelacur? Mengapa tidak belajar dari sisi kehidupan mereka? Sehingga harga dirimu terjaga dengan sempurna. Sementara tak sedikit laki-laki memandangmu dengan tatapan sebelah mata karena statusmu yang dicap wanita murahan. Mangapa? Padahal pengetahuanmu tentang pekerjaan ini dilarang agama dan Negara ada, karena melanggar syariat dan merusak pendidikan moral masyarakat. Dan kalian tahu, yang datang ketempat kalian adalah para lelaki hidung belang yang telah mendustai anak dan istri mereka. Tegakah kalian mengambil yang bukan hakmu? Yang sebenarnya hak istrinya? Tegakah dirimu merampas kepercayaan istri mereka dirumah yang menanti kepulangan suaminya? Relakah dirimu jika itu terjadi kepada keluargamu? Tidak bukan, lantas atas dasar apa yang membuatmu melakukan ini.

Apa karena dijual?

Tak ada satu agama dan negarapun didunia ini yang menghalalkan praktek perdagangan manusia. Apapun alasannya, semua itu tidak akan diterima. Karena setiap manusia memiliki hak untuk hidup bebas, hidup aman, hidup bahagia tanpa harus dikekang oleh siapapun. Tetapi pada hakekatnya dalam dunia nyata, praktek perdagangan manusia saat ini semakin merajalela, saat aktivis HAM bersuara lantang membela hak-hak manusia, saat itu pula para pedagang manusia ikut mengampanyekan bisnisnya. Terus dasar apa yang membuat mereka tega menjual manusia? Dan siapa pelakunya?

Para orang tua yang terlibat kasus ekonomi, mereka yang memiliki permasalahan keuangan yang rumit, hutang menumpuk dan tuntutan hidup yang semakin meningkat. Kurangnya keimanan dan ilmu pengetahuan membuat mereka tega melakukan hal terburuk kepada darah daging mereka sendiri. Orang tua yang tega menjual anak perempuannya kepada mucikari setelah termakan buaian manis para penghancur generasi bangsa dan agama.

Merubah nasib dan meningkatkan harkat martabat keluarga itu memang wajib tetapi jalan yang ditempuh bukan ini yang diambil. Masih banyak lagi jalan lain yang jauh lebih mulia dari ini, jika manusia memandang sebelah mata, tuhan belum tentu memandang dengan pandangan yang sama. Jika tuhan dan manusia memandang dengan pandangan yang sama, dimana keadilan tuhan selama ini.

Kelicikan para mucikari dalam berbisnis haram ini tidak bisa dianggap sebelah mata. Memang hidup menggiurkn, harta melimpah, bisa hidup mewah dan tidur ditempat yang empuk. Tetapi bagaimana dengan anak keturunan kita yang ikut merasakan imbas social dari pekerjaan yang kita lakukan. Apa dosa mereka sehingga mereka juga ikut merasakan dosa yang kita lakukan. Sedangkan para mucikari menari-nari menikmati keuntungan hasil dari kerja kalian yang rela melayani satu laki-laki ke laki-laki lain yang belum tentu kalian cintai. Bahkan terkadang terpaksa melakukannya. Jika sudah terpaksa, kepuasan apa yang kita dapat melainkan hati yang terluka karena berdinding kebohongan.

Jika bukan karena dijual, hutang jadi alasan?

Benarkah alasan ini, tidak ada kesempatan untuk bekerja? Dari total 100% penduduk Indonesia memang dari semua itu masih tergolong miskin bahkan sangat miskin. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat, sedangkan pemasokan keuangan semakin menurun, hingga utang sebagai jalan pintas. Hutang menggunung, bunga berlipat-lipat, setiap hari para rentenir datang menagih hutang tanpa mendengar alasan yang sebenarnya akhirnya memilih jalan pintas untuk menjual diri dikota-kota besar. Memberikan mahkota diri kepada orang yang bukan haknya dengan tujuan untuk mendapatkan uang merupakan suatu kepahitan yang sangat dalam, karena kita telah mendustai diri kita sendiri. Kita telah memaksakan diri kita terjun kesamudra yang kedalamannya sangat mengerikan. Begitu juga dengn dunia malam.

            Terjebak?

Kehidupan zaman sekarang semakin menakutkan. Kehiduapn disekitar kita tak bisa lagi dikatakan aman dan tentaram. Sahabat tak bisa lagi sepenuhnya dipercaya sebagai sahabat. Bahkan saudara kandung sendiripun bisa berkhianat. Demi keuntungan dan kebahagian diri, dengan tega orang lain dijebak dan dijadikan korban. Sudah berapa banyak korban narkoba, perdagangan manusia dan lain sebagainya. Semua ini akibat dari ketidak hati-hatian dan kecerobohan kita dalam mempercayai orang disekitar kita. Jika sudah seperti ini, apa yang dapat kita perbuat? Menuruskan? Tidak, berhentilah cukup satu kali terjebak dalam lumpur, kalau dua kali bukan terjebak tapi menjatuhkan diri.

Jalan pintas?

Jalan menuju sukses dalam menggapai hidup sangatlah banyak. Tak sedikit jalan yang tersedia, jalan yang terhormat dan penuh dengan kemulian. Hanya saja apakah kita mau dan tidak malu dalam menjalankannya? Hakekat malu dalam hidup adalah bukannya kita malu dalam profesi kita yang selama itu halal dan tidak mengganggu orang lain, tapi malulah ketika kita bekerja dijalan yang tidak terhormat dan mengganggu ketentraman orang lain.

Jalan pintas menuju kesuksesan sesaat ini sering dilakukan oleh anak-anak mahasiswi dan siswi yang masih dibawah umur. Mereka rela menjadi pelampiasan lelaki hidung belang hanya demi secercah uang dan gaya glamour agar terlihat hitz dan trend. Anak-anak seperti mereka, malu dilihat jika berpenampilan apa adanya tanpa memandang akibat dan masa depannya nanti. Sehingga banyak diantara mereka putus sekolah akibat hamil diluar nikah, aborsi dimana-mana. Bahkan hampir setiap tahun ditemukan kasus penemuan bayi diberbagai tempat. Ada yang berani membuang di WC pusat perbelanjaan, tempat sampah, selokan air, perkebunan sawit bahkan menguburnya dibelakang rumah. Jika hal ini tidak dikehendaki adanya, mengapa jalan menuju kesana masih dijalankan?

Mengikuti trendy zaman tidak akan pernah habis, setiap detik terus berubah dan terus berubah. Kita tak pernah sanggup dan bisa mengejarnya. Oleh karena itu jadilah manusia biasa, hidup dengan apa adanya, sederhana dan mensyukuri nikmat yang telah tuhan berikan kepada kita tanpa harus memaksa diri dengan menjual mahkota yang satu-satunya kita miliki. Menyerahannya sebelum waktunya, memberikannya kepada orang yang bukan kita cintai serta yang bukan hak miliknya dan milik kita.

Mengapa harus malu, kalau kita tidak bisa memiliki barang-barang mewah dan mahal? Mengapa kita tidak melihat saudara kita dibawah, banyak diantara mereka yang hidupnya hanya makan satu kali sehari, dan lihat saudara kita diperbatasan sana! Mereka hidup serba penuh kekurangan, listrik tidak ada, jaringan Hp tak tahu, sekolah harus turun dan naik bukit berjarak puluhan kilo meter, tak kenal tas mahal, sepatu bermerk, baju berkelas, makanan dan minuman yang ada ditelevisi, mereka tidak kenal saudaraku. Mengapa mesti harus malu kalau kita tidak bisa memiliki barang-barang tersebut?

Apakah karena Hoby?

Jika ini alasan kita untuk terjun ke lembah hitam dan berkubang didalam lumpur yang berbau amis. Sungguh miris mendengarnya. Sebuah kebiasaan yang tak pantas untuk dijadikan panutan dan percontohan. Sebagaimana ketika kita menjadikan para artis sebagai idola kita. Segala yang terbaik dari mereka akan kita ikut. Hoby, gaya, penampilan dan lainnya.

Padahal kita memendam kebiasaan baik yang kita miliki hanya demi hoby buruk kita. Sebab, kebiasaan ini telah membuat kita terbuai dalam kenikmatan yang tak pernah membawa kita kepada kesuksesan. Bahkan dengan teknik apapun jika ini jalannya kita tak bisa bangkit dan berdiri.

Saudaraku mengapa kita tidak belajar dari orang-orang yang pernah gagal dalam menjalani hidup. Kita kaji kehidupan dan perjalan hidup mereka. Kita jadikan perjalanan hidup mereka sebagai perbandingan dengan perjalanan hidup kita. Dan kita mengamati perjuangan mereka dalam meraih kesuksesan? Dan memohon dukungan kepada mereka agar kita bisa mengikuti jejak jalan dan sesukses mereka

Coba renungkan potensi diri yang kita miliki. Ternyata tuhan telah menganugerahkan setiap manusia berupa kelebihan masing-masing. Itulah potensi kita. Namun, terkadang potensi diri kita tertahan dalam diri kita dan dikalahkan oleh rasa malu yang begitu tinggi hingga layu sebelum berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun