Mohon tunggu...
Rizal Azmi
Rizal Azmi Mohon Tunggu... Guru - Sekretaris Yayasan Annida Qolbu & Tenaga Pendidik

Menulis buku Fiksi dan non fiksi Memasak Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Orang Ketiga Hadir

4 November 2023   07:00 Diperbarui: 4 November 2023   07:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa media mencoba menghubungi Tania, tetapi tetap tidak bisa. Begitu juga dengan Faroz dan Rania, mereka memilih bungkam atas berita tersebut.

Melihat kehebohan media yang tak terbendung, Rania langsung memanggil Alia dan kedua putrinya. "Nak, belajarlah untuk tidak menghakimi seseorang di depan publik. Meskipun ia telah berbuat salah, itu tidak baik dan tidak dapat dibenarkan," kata Rania pelan.

"Namun, Bun, pelacur itu telah merebut Papa dari kita. Itu tak bisa dibiarkan. Papa juga membela wanita murahan itu, Bun," sahut Zahra dengan suara tinggi.

"Nak, kami telah gagal mempertahankan gejolak rumah tangga ini. Itu sudah diketahui semua orang. Papamu memilihnya. Mungkin perempuan itu memang lebih baik dari Bunda. Namun, bagaimanapun, papamu tetap ayah terbaik bagi kalian, bukan untuk Bunda. Jangan sekali-kali kehilangan rasa hormat kepada papamu. Papa sangat sayang kepada kalian," kata Rania sembari berlinang airmata.

"Bohong kalau Papa sayang pada kita! Buktinya, Papa membela perempuan jalang itu!" sahut Alia lagi.

"Tidak, Sayang. Bukti bahwa Papa masih sayang pada kalian adalah ia masih bersedia membiayai hidup kalian dan masih banyak lagi," jawab Rania.

"Itu sudah kewajiban seorang ayah, Bun. Tidak bisa dipungkiri lagi," sambung Zahra seraya bangkit, langsung pergi keatas menuju kamar.

Rania hanya diam. Ia tertunduk dengan buliran airmata yang mengalir deras. Sedangkan Alia dengan sibungsu, memilih untuk kekamar masing-masing.

***

Sesuai perjanjian, hari itu Faros pulang kerumah untuk makan malam bersama anak-anak setelah hampir tiga bulan tidak kembali. Rania memerintahkan asistennya untuk membelikan makanan kesukaan sang suami agar dihidangkan di atas meja. Namun, alangkah buruknya perangai Faroz, ia malah memilih membawa nasi dan minuman dari luar. Ia tak mau makan masakan yang telah disediakan orang rumah.

Melihat kenyataan itu, Rania semakin hancur. "Kamu itu masih suamiku yang sah, Mas. Namun, mengapa tidak memedulikanku lagi?" ucap Rania sesenggukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun