Di sudut kecil kota, di tepi jalan sunyi,
Seorang penjual kelontong berdiri tegak.
Dalam langkah simpelnya, tak henti berusaha,
Membelah keheningan dengan tawa kecil.
Di rak-rek kelontongnya, kecil namun penuh makna,
Dijajakan harapan dan kebutuhan sehari-hari.
Dalam senyap keramaian, suara lonceng pintu,
Menyambut pelanggan dengan senyuman sejati.
Penjual kelontong, tukang cerita kehidupan,
Menyimak kisah setiap pembeli yang singgah.
Di antara sembako dan rupiah kembalian,
Terpintal sejuta cerita yang tak terkira.
Dari pagi hingga senja, berdiri teguh,
Menyambut hembusan angin dan panas mentari.
Penjual kelontong, penjaga kecil kehidupan,
Dalam kecilnya toko, terhimpun makna besar.
Mungkin dia tak terdengar di deru dunia,
Namun dalam sepi toko, dia menyuarakan kehidupan.
Dalam seribu barang, tersimpan seribu kisah,
Dan dalam seikat uang, terpintal seribu harapan.
Penjual kelontong, pelaku bisnis sederhana,
Tapi dalam setiap transaksi, ia merajut kebersamaan.
Di dalam toko kecilnya, tercipta sajak hidup,
Dalam setiap kemasan, tersimpan arti kebermaknaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H