Di puncak gunung, merindu terbentang,
Bagaikan kabut yang memeluk hampa.
Dinginnya angin menyapa hati yang kesejukan,
Rindu, seperti bayangan yang tak pernah hilang.
Gunung menjulang, megah dan gagah,
Seakan menyimpan cerita di setiap lekuk batunya.
Rindu, bagai cinta yang mengalir dalam sungai,
Menyusuri liku-liku, membelai bebatuan kasar.
Di sana, di puncak tertinggi langit,
Rindu memeluk awan-awan yang lembut.
Seakan melintasi jarak, merentasi waktu,
Gunung menjadi saksi bisu dari rindu yang terpatri.
Puncak gunung adalah panggung keheningan,
Di mana rindu berbicara dalam bahasa sunyi.
Bagaikan eloknya senja yang memudar,
Rindu melukis lukisan di atas kanvas langit.
Bahkan ketika kaki tak lagi menginjak tanah,
Rindu tetap terikat erat di sela-sela kenangan.
Gunung adalah teman setia dalam kesendirian,
Menjadi pelipur lara saat rindu datang bersambut.
Rindu menyanyi, bersahutan dengan angin,
Menciptakan melodi indah di lereng-lereng gunung.
Seakan gunung adalah jembatan di antara jiwa,
Menyambungkan rindu yang terhempas di lautan waktu.
Gunung dan rindu, dua elemen yang bersatu,
Menyatu dalam keindahan yang tak terungkapkan.
Seiring waktu berjalan, gunung tetap teguh berdiri,
Dan rindu, sebagai pena yang mengukir cerita abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H