Selanjutnya Aldi mengatakan bahwa ia akhirnya mencarinya di tempat kost, setelah Ia tidak menemukan Rey di Halte Setiabudi. Bersama pemilik kost, Aldi mendapati Rey pingsan di dalam kamarnya, Ia pun memutuskan membawanya ke Rumah Sakit terdekat.
Disanalah, Aldi menyatakan bahwa Ia serius ingin menjalin hubungan dengan Rey, Â bahkan berniat segera melamarnya.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Rey, seorang perempuan paruh baya masuk ke dalam kamarnya.
"Sudah bangun Rey?"
"Iya Ma".
"Ditunggu papamu sarapan pagi".
"Duluan aja ma, Rey belum mandi"
"Ingat Rey, kamu sebentar lagi sudah akan menikah, jangan malas-malasan lagi"
Sang ibu mulai menasehati anak semata wayangnya itu. Rey tak berniat untuk membantah, Â bergegas Ia menuju kamar mandi.
Ibunya memang masih sering menganggap Rey anak manja, meskipun Rey sudah membuktikan bahwa Ia mampu hidup mandiri dengan memilih bekerja di kota metropolitan seperti Jakarta. Bahkan Rey menolak dengan halus, saat papanya berniat membelikannya kendaraan. Rey lebih senang menikmati hasil jerih payahnya sendiri, memilih tetap menggunakan kendaraan umum, dibandingkan menerima tawaran orangtuanya. Nyatanya di busway itulah Rey menemukan jodohnya. Seorang pemuda yang baik dan sederhana, meskipun Ia anak seorang pengusaha ternama.
-Tamat-
gambar: http://gerrilya.wordpress.com