Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dara, Engkaukah Gladiol Untukku? [ECR#4]

23 November 2011   11:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:18 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia terperangah mendengar kata-kata terakhir dari bibir mungil sang gadis.

"Kadang masa lalu menutup mata hati kita, membuat kita selalu bergulat dalam kelamnya, mengharap semua akan kembali, dan tak mampu melihat bahwa ada sesorang yang ingin menghapus kenangan itu menjadi sesuatu yang lebih indah." Gadis itu melanjutkan.

Senja semakin menipis, matahari akan segera tenggelam, dua orang itu masih asik berbincang dan bercanda, sampai akhirnya panggilan azan dari musolla menyadarkan mereka untuk segera mengakhiri semua.

*****

Dinginya malam membuat Repotter enggan untuk keluar rumah. Ia memang  punya rumah singgah, disana diujung desa, tidaklah megah bak istana. Rumah itu hanya warisan dari orang tua, meski Ia anak terakhir dari tiga bersaudara, tapi Ia tidak pernah meminta agar  rumah orangtua itu menjadi warisannya saja, karena Ia lebih suka berlama-lama di studio-nya.

Dia memang pemalu, beberapa gadis pernah hadir dalam hidupnya, tapi belum ada yang  bertahan lama dekat dengannya. Karena Ia orang biasa saja, bersahaja, sedarhana, apa adanya, cuma punya motor butut yang sudah tua, yang kalau sedang bokek sering  dipakai untuk untuk ngojek didesa tetangga.

Jingga kenapa tiba-tiba Ia memikirkan anak Pak Kades itu.  Jika mau jujur, Ia mengaguminya, karena setiap tarian simponi kupu-kupu Jingga, bak alunan merdu  nyanyian surga. Sungguh pesona itu ada pada diri Jingga.

Namun segera ia menepis bayangnya, biarlah kekaguman itu disimpan dalam-dalam di hati saja, berfikir untuk  memiliki rasa kepada Jingga, baginya adalah sebuah dosa, Ia begitu istimewa, dan ia telah mendapatkan seseorang yang luar biasa.

Miss. Rochma dan Si Gadis Petualang dua orang sahabat dekat,  keduanya mampu mengisi ruang  hati  yang terasa hampa, namun mereka bagaikan sebuah misteri, terlalu  berharap akan sakit  jika kenyataan berkata lain.

Teringat kembali, sosok gadis yang menemaninya menikmati indahnya senja dipinggir sawah, sore tadi. Gadis berkerudung yang pernah Ia lihat bersama pemuda berambut gimbal, yang kini entah pergi kemana. Mungkinkah dia yang ingin menghapus masa lalu itu menjadi lembaran indah. Ia memang telah mengenalnya  sejak lama, tapi tak pernah sedekat itu. Dan sore tadi,  tanpa sengaja, tangan sang gadis menyentuh tangannya,  kakinya terpeleset ketika mereka akan pulang, tiba-tiba saja desiran hawa panas menyelimuti badanya.

Alunan merdu lagu delapan puluhan terdengar dari radio Rangkat FM,  " Dara",  lagu Harvey Malaiholo, Repotter mengikuti alunan nada itu dan mengganti kata-kata "Dara"  menjadi " Ghara".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun