Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tunggulah, Bulan Depan Aku Melamarmu (ECR-3)

9 Agustus 2011   05:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:57 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam sudah semakin larut, namun mata Repotter masih enggan terpejam, nyamuk-nyamuk nakal yang berterbangan di dekatnya, seperti nyanyian merdu orkestra di malam hari, lebih merdu dari  lagu penghantar tidur  yang terdengar dari radio kesayanganya. Lagu Rindu yang dinyanyikan Evie Tamalam menambah nuansa syahdu dan semakin membuat hatinya mengharu biru.

Tiga wajah gadis manis kini hadir dalam angan, Kembang si janda genit nan penyayang, Zwan si gadis petualang nan tersayang dan Miss. Rochma bu guru desa yang anggun dan periang.  Waktu seakan berputar kembali,  episode tragedi bunga Gladiol tiga hari yang lalu, dirumah kost Miss. Rochma menari-nari dalam fikiran. Galang marah setelah tahu Gladiol itu pemberian dari Kembang, dan Miss. Rochma yang tersipu malu menerima Gladiol dari Repotter, tanpa tahu apa yang terjadi antara Repotter dan Galang sebelumnya.

Bagi Miss. Rochma Gladiol pemberian Repotter ibarat hujan yang turun di tengah musim kemarau, menyiram bunga-bunga indah ditaman hati, bunga yang telah layu kembali bergerak manja untuk mekar dan bersemi.

Setelah kepergian juragan kaya desa Rangkat yang pernah mengusik sisi hatinya, Miss. Rochma mencoba menutup pintu hatinya, bayangan kembali gagal kerap menghantui, walau banyak kumbang rangkat yang mencoba  mendekati, dari Pak RT lebay sampai sampai Mas Hans yang sudah lama menjablay, tetapi Miss. Rochma tetap kukuh untuk abay. Hingga kejadian tiga hari yang lalu,

"Miss, bunga ini untukmu." Ucap Rizal sambil menaruh bunga gladiol di tangan Miss Rochma. Miss Rochma melongo menerima bunga yang dia tidak tahu kalau bunga itu dari kebun cantik milik Ningwang.

"Tapi Zal, ini kan untuk Zwan. Berikan lagi padanya." Miss Rochma menyodorkan kembali bunga gladiol ke Rizal dengan senyum sebagai tanda bahwa dia bukan orang yang harus menerima bunga itu. Tapi Rizal menolak dan tetap menaruh bunga itu di tangan Miss Rochma. Kali ini, sambil menyentuh punggung tangan Miss Rochma dan memberikan senyum yang menurutnya adalah senyum terbaik milik Rizal.

Ada desiran kencang dalam aliran darah Miss Rochma ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Rizal.

"Ng.. Tapi Zwan? Dia bagaimana?"

Terlambat,  Repotter sudah berlalu..

Zwan harus segera tahu kejadian yang sesungguhnya, maka dipacu motonya menuju rumah Zwan maksud hati Repotter ingin menjelaskan semuanya, tetapi sesampainya  disana pintu rumah tertutup rapat, dan dengan jelas Repotter dapat membaca tulisan yang ditulis dengan huruf besar di pintu rumahnya "REPOTTER DI LARANG MASUK TITIK".

Repotter melangkah mundur, percuma saja jika ia tetap memaksakan diri mengetuk pintu, Galang sedang tidak ingin diganggu.

Disaat seperti itu pos ronda menjadi tempat yang paling nyaman untuk Repotter mengadu, dengan sahabat karibnya Mas Hans hansip desa itu.

------****------

"Kalau begitu ceritanya, ini namanya runyam Repotter.."

"Lalu apa yang harus aku lakukan Mas?" Mas Hans hanya mengangkat bahu, setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Repotter, ia merasa iba, bagaimanapun juga mereka sahabat karib, bernasib sama selalu gagal dalam rumitnya percintaan di desa Rangkat. Walau Mas Hans masih berharap bunga Gladiol pemberian Kembang akan berpindah kembali ke tangannya. Ia tidak tega mengatakan bahwa dia lah yang  berhak menerima bunga Gladiol dari Kembang, karena ia yang mengirimkan surat cinta bersampul biru itu.

"Aku harus nekat mas..." tiba-tiba Repotter seperti menemukan ide paling briliant dalam hidupnya.

"Maksudmu..."

"Bulan depan aku  akan melamar.."

"Apaaaa.......!!!! Siapa yang akan dilamar?"

"Ya diantara mereka."

"Mereka siapa yang kamu maksud?"

"Kembang, Miss. Rochma dan Galang..."

"Hahhhh...."  mendengar jawaban Repotter Mas Hans pun langsung pingsan.

Tinggal Repotter yang kebingungan melihat Mas Hans tak sadarkan diri. Beruntunglah disaat genting seperti itu munculah Pak RT dan Mba Dorma di Pos Ronda.

"Pak RT tolong ada warga bapak yang pingsan.." Repotter berkata seraya panik.

"Hah.. Ada yang pingsan, tenang-tenang jangan panik, kalau masalah begini Pak RT memang ahlinya..."

Dan yang terjadi selanjutnya, bisa pemirsa bayangkan sendiri...

Note:

Selama ini Pak RT terkenal yang  paling ahli dalam hal pemberian nafas buatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun