untuk mu hansip Desa
di pos ronda kita selalu bersama
ada canda tawa dan ceria
walau kadang ada duka disana
tapi semua begitu indah
untuk di lupakan begitu saja
Dorma membaca tulisan itu berkali-kali, tulisan yang tidak tau dari mana sumbernya, yang pasti tergeletak di pos ronda. Siapakah  yang menulis ini batinnya bertanya sendiri. Tangan tetap sibuk dengan kue cucur yang di dapatnya dari dokter desa Dwee. Mulutnya masih belepotan dengan kue khas desa itu, saking asiknya membaca goresan itu, sepiring kue itu kini hanya tersisa satu.
Tiba-tiba muncul repotter Rizal Falih dengan muka lebaynya. Entahlah kenapa dia akhir-akhir ini menjadi melow dan lebay, seperti orang yang kurang gairah, mati segan hidup tak mau. Dorma buru-buru menyimpan kertas yang tadi dipegangnya, tapi repotter sudah terlanjur melihatnya.
"Apa yang kau sembunyikan itu hansip desa?", repotter pun  segera bertanya.
"Ini mas, kertas catatan belanja ke pasar" Dorma menjawab dengan muka memerah.