"Oh ya jangan lupa bawa gorengan ya, sampai ketemu di pos ronda", kembang pun menutup teleponya.
Belum habis angan sang pemuda membayangkan Uleng, kata-kata terakhir kembang kembali membuatnya terpana, ada hal penting yang ingin dibicarakan empat mata?. Hal penting apakah? dalam hatinya pun bertanya-tanya.
********OOOO*******
Sore itu dengan mengendarai motor bututnya, sang repotter pergi ke pos ronda, melintas di depan rumah Jeng Pemi terlihat ada Dewa sedang asyik dengan tanaman obatnya. Sang pemuda pun berhenti sejenak menyapa Dewa, terlihat mereka berbisik-bisik membicarakan sesuatu yang sepertinya rahasia, sesekali Dewa terlihat senyum-senyum penuh makna, tangannya yang terampil mengerjakan sesuatu yang diminta oleh sang pemuda, beberapa saat pun Dewa masuk ke dalam rumah, dan ketika ia keluar ada sesuatu yang dipegangnya, terbunggkus rapi dan diserahkanya kepada sang repotter.
Teringat pesanan sang kembang repotter pun mampir di warung kopi Mas Budi Van Boil, lantas ia pun memesan gorengan seperti yang diminta kembang. Lewat di depan klinik Ki Ade Bodo, ia pun kembali teringat sesuatu, Ki Ade Bodo beberapa hari lalu menelopnya ingin memasang iklan di Rangkat TV sang repotter pun singgah juga di klinik cintanya.
Dibawa masuk bungkusan gorengan yang dibawa dari warung kopi Mas Budi, kan bisa ngobrol sambil ngemil fikirnya, tapi dilihatnya antrian panjang di klinik kang Ade Bodo, maklum saja, klinik cinta Ki Ade Bodo memang sudah terkenal dimana-mana, jadi pengunjungnya bukan hanya warga rangkat, tapi dari tempat-tempat lain nun jauh disana.
Malas menungggu antrian, sang repotter memutuskan untuk langsung ke pos ronda, menemui sang janda kembang, yang sudah menunggunya disana, dasar memang repotter pelupa, bungkusan gorengan yang dia bawa pun tertinggal di klinik Ki Ade Bodo.
Sampai di pos ronda terlihat seorang gadis ayu duduk seorang diri, matanya yang teduh penuh pesona, terlihat serius mengamati album photo yang dipegangnya, jari-jarinya yang lentik beberapa kali terlihat membolak-balik album yang sedang dilihatnya.
"Ehem..sore mba kembang, sudah lama menunggu yah?," repotter pun menyapanya, sambil tangannya memencet tombol kamera SLR yang dibawanya.
"Sore mas, koq lama banget sih mas," sang kembang pun menjawab manja, sambil mata indahnya menatap sang repotter, dan senyum manis terlihat dari bibirnya. Sang repotter pun seperti orang yang tersihir, diam dan terpaku ketika mata saling beradu, tiba-tiba degup jantungnya berdebar keras.
Sang reppotter pun mencoba menguasi diri, tak sanggup memandang sorot tajam kembang, ia menundukan matanya, tangannya hanya mengutak atik kamera yang dipeganya.