Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Gado-Gado...(Episode Cinta Rangkat #40)

26 Desember 2010   05:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:23 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini suana sejuk dan penuh cinta masih menyapa Rangkat dan warganya, aku yang yang sedang tidak dalam kesibukan yang berarti hanya termenung sendiri, duduk sendiri hanya ditemani secangkir kopi. Sudah beberapa hari ini my repotter pasangan sejatiku pergi ke kota, ada urusan keluarga katanya, my repoterr baik-baik ya, awas kalau matanya larak-lirik kemana-kemana, begitulah pesannya.

Perut mulai keroncongan, lapar datang, ah kemana neh cari sarapan pagi-pagi begini, mau nongkrong di warung Mas Budi, inget hutangku yang sudah dua minggu belum di bayar, ke warung Kang Ibay apalagi, daftar bon sudah  seperti daftar belanja bulanan, walaupun Kang Ibay dengan senang hati menerimanya, tapi hati malu sendiri.

Seandainya tidak ada peristiwa menghebohkan minggu-minggu ini pasti aku sudah meluncur ke rumah Mommy, alasan nyari Pak Kades padahal sambil mengharap ada tawaran sarapan pagi plus kopi dan senyum manis dari Uleng. Sekarang aku pun enggan pergi kesana, nanti ada yang marah jika aku pagi-pagi sudah ada disana.

Tiba-tiba aku teringat seorang janda, aduhai nan seksi dan tak kalah manis dengan si narsis dan uleng, iya dia baru pindah dari kota, Ceu Nisa janda yang baru pisah dengan Kang Surya suaminya, datang ke Desa Rangkat mau menenangkan diri katanya, sambil mencari-mencari tambatan hidupnya supaya bisa mengarungi biduk rumah tangga nan kekal dan abadi. Oh kenapa aku tidak kesana saja, lumayan bisa sarapan gado-gado sambil liat senyum manis si empunya gado-gado.

Warung Ceu Nisa masih sepi, aroma khas warungnya tercium oleh hidungku membuat perutku semakin keroncongan, duduk di kursi panjang yang tersedia segera saja ku pesan makanan,

"Pagi Ceu Nisa, gado-gado satu gak pake pare ya...." Aku menyapa Ceu Nisa sambil memesan makanan.

Ceu Nisa tersenyum manis melihat kedatangan pelanggan pertamanya, rambutnya masih basah, sepertinya baru saja mandi keramas, bau harum parfumnya menyengat hidungku.

"Eh pagi Mas Rizal, gado-gado ya .. wah maaf mas, datengnya kepagian jadi sayuran yang lain belum dimasak, adanya cuma pare, gimana dong", Ceu Nisa menjawab dengan ramahnya.

"Oh.. gimana ya, aku gak suka yang pahit sih ceu, tapi gimana lagi perut udah gak bisa diajak kompromi, ya sudah lah pesan satu pedasnya sedang aja". Aku pun menyahutinya.

"Gak suka pahit mas, ya udah makan nya sambil liat Nisa aja, pasti hilang rasa pahitnya he.he.he" Ceu Nisa mejawabnya sambil matanya mengerling nakal kepadaku. Serrr.. tiba-tiba jantungku berdegup kencang, dalam hati berontak sendiri, tabahkan hatimu Rizal, inget bingkisan yang kamu terima dari repotter, masih kurangkah, jangan kau khianati pasangan sejatimu.

"Ehm.. ceu nisa bisa aja," aku pun menjawabnya malu-malu.

"Pagi-pagi udah mandi keramas ceu... apa  Kang Surya udah datang menyusul kemari ," aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Yang ditanya justru senyum-senyum penuh arti, pipinya merona merah karena malu.

"Ah Mas Rizal ini, jangan sebut-sebut lagi Kang Surya Mas, dia sudah menjadi masa lalu ku, sebenernya aku malu mau cerita, tapi...., " Ceu Nisa memotong kalimatnya, penasaran aku dibuatnya.

"Tapi kenapa Ceu.. koq tidak dilanjutin kata-katanya?," aku bertanya penasaran.

"Mas Rizal janji jangan cerita siapa-siapa ya," Ceu Nisa berkata meyakinkan ku.

"Ya aku janji deh, swer wer ewer ewer.. gak bakal cerita siapa-siapa," aku meyakinkan ceu nisa sambil mengangkat jempol tangan kananku sambil digoyang-goyang mengikuti alunan lagu Cinta Satu Malam yang terdengar merdu di warungnya.

Ceu Nisa tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah ku.

"Sebenernya aku lagi jatuh cinta mas, dan semalam orang yang aku puja itu , datang dalam mimpiku.. terus," Ceu Nisa mulai bercerita.

"Terus kenapa?," kejarku makin penasaran.

"Terus ya tau sendiri deh... cerita orang dewasa alias 17+, jadi malu aku sama Mas Rizal," pipi sang janda kembali merah merona.

"Oh.. pantesan pagi-pagi sudah ada yang mandi keramas, kirain ada Kang Surya rupanya... hahahaha  ada yang pangeran malam yang datang ke alam mimpi ya," aku tertawa mendengar pengakuan polos Ceu Nisa.

"Kalau boleh tau siapa sih yang lagi di mimpikan sama Ceu Nisa?," aku melanjutkan pertanyaanku.

"Emm.. anu mas, tapi mas Rizal jangan cerita siapa-siapa ya," Ceu Nisa kembali meyakinkan ku.

"Iya deh dijamin rahasia ini aman," aku kembali meyakinkan Ceu Nisa.

"Itu mas, Si Penyair Gila.. sungguh doi membuatku terpesona", Cek Nisa menjawab sambil mukanya menunduk malu.

"Oh My God..........". Aku hanya terbengong seperti sapi ompong mendengar jawaban dari Ceu Nisa..... sepertinya episode cinta di Rangkat ini akan berlanjut sampai 100 episode kalau begini ceritanya...

*Mohon maaf cerita hanya fiktif belaka, mencoba melanjutkan episode cinta Rangkat.. hahaha.. selamat menikmati liburan.

ilustrasi : http://kalambe.wordpress.com editing by photo Funia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun