"Ehm.. ceu nisa bisa aja," aku pun menjawabnya malu-malu.
"Pagi-pagi udah mandi keramas ceu... apa Kang Surya udah datang menyusul kemari ," aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
Yang ditanya justru senyum-senyum penuh arti, pipinya merona merah karena malu.
"Ah Mas Rizal ini, jangan sebut-sebut lagi Kang Surya Mas, dia sudah menjadi masa lalu ku, sebenernya aku malu mau cerita, tapi...., " Ceu Nisa memotong kalimatnya, penasaran aku dibuatnya.
"Tapi kenapa Ceu.. koq tidak dilanjutin kata-katanya?," aku bertanya penasaran.
"Mas Rizal janji jangan cerita siapa-siapa ya," Ceu Nisa berkata meyakinkan ku.
"Ya aku janji deh, swer wer ewer ewer.. gak bakal cerita siapa-siapa," aku meyakinkan ceu nisa sambil mengangkat jempol tangan kananku sambil digoyang-goyang mengikuti alunan lagu Cinta Satu Malam yang terdengar merdu di warungnya.
Ceu Nisa tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah ku.
"Sebenernya aku lagi jatuh cinta mas, dan semalam orang yang aku puja itu , datang dalam mimpiku.. terus," Ceu Nisa mulai bercerita.
"Terus kenapa?," kejarku makin penasaran.
"Terus ya tau sendiri deh... cerita orang dewasa alias 17+, jadi malu aku sama Mas Rizal," pipi sang janda kembali merah merona.