Mikroplastik umumnya didefinisikan sebagai plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm dan berada di lingkungan air laut dan air tawar. Peningkatan jumlah produksi plastik dan manajemen yang buruk dalam mengendalikan penyebaran limbah plastik (termasuk mikroplastik) telah menjadi permasalahan serius dalam permasalahan lingkungan, khususnya lingkungan perairan (Li et al., 2018). Selain itu, suatu partikel dapat dikatakan mikroplastik jika partikel tersebut berbahan plastik dan hanya dapat diamati melalui mikroskop, mengingat ukurannya yang sangat kecil (GESAMP, 2015). Umumnya, mikroplastik dibedakan menjadi mikroplastik primer dan sekunder. Suatu mikroplastik akan menjadi primer ketika ia langsung dibentuk dan diproduksi untuk beberapa tujuan dan kepentingan tertentu dengan mengolah bahan polimer yang masih mentah dan belum diolah sama sekali. Jika suatu mikroplastik terbentuk dari penguraian benda berbahan plastik yang lebih besar, maka mikroplastik tersebut tergolong mikroplastik sekunder (Kalavrouziotis, 2017).Mikroplastik primer biasanya diproduksi menjadi manik-manik kecil yang digunakan pada produk kosmetik dan produk perawatan tubuh, kapsul, dan serat yang digunakan pada industri tekstil (NOAA, 2018).
Karakteritik dan Jenis-jenis Mikroplastik
 Â
Polusi mikroplastik pada perairan memberikan dampak negatif. Pada orgnaisme di lautan, efek secara fisik dari mikroplastik dapat dilihat saat mikroplastik berada pada konsentrasi tinggi. Terkonsumsinya mikroplastik oleh organisme yang berada di lautan mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi yang seharusnya didapat dari makanan. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya cadangan energi yang dimiliki organisme (Duis & Coors, 2016). mikroplastik yang terkonsumsi tidak dapat dicerna oleh organisme, hal tersebut mengkaibatkan organisme tersebut tidak dapat makan lagi padahal organisme tersebut mengalami mal nutrisi. Selain itu pengkonsumsian mikroplastik misalnya pada ikan di laut dapat mengakibatkan gangguan pernafaasan karena menyumbat insang mereka (Lindsay, 2015).Â
Mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Seperti yang kita tahu manusia kerap mengkonsumsi makanan laut seperti ikan dan udang, dari situlah mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Mikroplastik banyak mengandung senyawa berbahaya seperti PCBs, logam, dan PBDEs, di mana senyawa-senyawa tersebut dampat berbahaya jika terakumulasi di tubuh manusia (Grossman, 2016). Mikroplastik juga dapat mempengaruhi ekosistem karena beberapa mikroplastik mengandung komponn antimikroba. Komponen tersebut bersifat racun bagi organisme seperti bakteri atau fungi yang memiliki peran penting di ekosistem (Wagner & Lambert, 2018)
Solusi Pencemaran Mikroplastik
Salah satu cara untuk emngatasi pencemaran mikroplastik adalah dengan menggalakkan aksi-aksi bebas mikroplastik. Contohnya pada Desember 2015 di United States, Presiden Obama sudah menandatangani "Microbead-Free Waters Act of 2015". Aksi tersebut melarang perusahaan menggunakan microbeads (termasuk ke dalam golongan mikroplastik) mulai dari Juli 2017. Selain itu, tindakan tidak membuang sampah ke perairan juga dapat mendukung pencegahan pencemaran mikroplastik. Sampah-sampah plastik dapat dikelola dengan melakukan aksi 3R (reduce,reuse, dan recycle).
Penanganan pencemaran mikroplastik di perairan juga dapat dilakukan dengan bantuna teknologi. Dapat diterapkankan teknologi pengolahan air limbah yang dapat menyisihkan kandungnan mikroplastik. Tertiary treatmentsdapat diterapkan pada pengelolahan limbah, contohnya seperti discfilter (DF), rapid sand filter (RSF), dissolved air flotation (DAF) dan membrane bioreactor (MBR). MBR dapat menyisihkan kandungan mikroplastik hingga 99,9% dari efluen primary treatment. Sedangkan RSF dapat menyisihkan 97%, DAF 95%, dan DF 40% - 98,5% mikroplastik dari efluen secondary treatment (Talvie, et. Al, 2018).
Contoh Kasus