Seorang Tukang mebel bernama Pak Johnny Depp, bersama dengan banyak teman-temannya, Pakde Brad, si Penjual Ayam goreng, Bu Mimi, Pemilik kursus bahasa Inggris, dan puluhan pengusaha lain, mendapat untung besar berkat pembangunan pasar yang baru kemarin.
Kebanyakan diantara mereka belum memiliki rumah, sehingga Pak Depp berinisiatif, karena ada keahliannya dibidang perumahan, juga karena dia punya uang banyak, dia akan membuat 3 rumah yang bagus yang pasti akan dibeli oleh tiga diantara teman-temannya di Pasar Baru.
Dan benarlah, belum jadi pun, rumahnya sudah laku terjual. Kontan! Keuntungan dari membuat rumah ini bisa digunakan untuk membuat dua buah rumah baru lagi.
Untungnya pun sangat lumayan, karena Pak Depp pandai memanfaatkan dan memilih bahan bangunan yang murah tapi berkualitas baik.
Waaah.. Mendadak untung besar seperti itu, Pak Depp sekarang punya uang untuk membuat 6 buah rumah baru lagi. Bagaimana kalau dia membuat lagi 6 rumah?
Tanya punya tanya, ada 10 orang di Pasar Baru yang akan sanggup membeli rumah secara kontan. Memang orang disana kebetulan lagi untung besar, ekonomi berlangsung sangat baik.
Baiklah, Pak Depp menguras tabungannya untuk membuat 6 rumah, yang semuanya laku keras bak kacang Goreng. Bahkan lebih mahal dari pada sebelumnya, karena orang 10 orang bersaing untuk memperebutkan 6 rumah. Senangnyaaaa!! Sekarang Pak Depp mempunyai uang untuk membuat 12 rumah!
Tapi siapa yang mau beli ya? 'Kan yang bisa beli rumah kontan di Pasar baru tinggal 4 orang? Tapi kalau tidak dibangunkan yang baru, uang menganggur saja di Bank. Kan sayang? Pak Depp rupanya ketagihan mendapatkan uang sebanyak itu.
Istri Pak Depp, Bu Amber, mengusulkan :'Bagaimana kalau kita jual dengan mencicil saja? Bu Mimi, kursusnya selalu ramai, pasti akan bisa membayar cicilan secara rutin, juga Pak Haji Somat, sate kambingnya selalu ramai pembeli. Ada sekitar 40 orang yang saya lihat bisa membeli."
Waaah!! Pintarnya Istriku! Demikianlah pikiran Pak Depp. Baiklah. Akan dibangunkan 12 rumah baru.
Saat akan menarik uangnya untuk membangun rumah, Manager Bank Wasweswos, tempatnya menyimpan uang, bertanya penuh ingin tahu, untuk apa Pak Depp menarik uang sebanyak itu? Ooh? Untuk membuat rumah?
Berapa orang yang bisa membeli rumah? 40? Tapi kenapa hanya membangun 12 rumah? Sekalian saja membangun 30 rumah. Nanti kami akan pinjamkan uangnya, bunganya rendah saja kok. 'Kan lebih untung, nggak perlu capek-capek bolak balik mengurus izin. Sekaligus jalan saja.
Nanti toh kalau 12 rumahnya laku, Pak Depp akan membuat 24 rumah dari keuntungannya. Kaan? Kaan?
"Saya sih mau saja membangun 30 rumah, bahkan 40 rumah sekalian", kata Pak Depp, "Tapi bagaimana kalau ada yang punya ide yang sama? Saya dengan Pakde Brad, penjual ayam goreng, juga berancang-ancang ingin membangun rumah looh!"
"Minta tolong aja ke pak Kades", sahut Bank Manager, "supaya tidak ada yang yang dapat izin membangun rumah banyak-banyak. Setidaknya sampai rumah laku terjual."
"Ohhh?" Pak Depp lega, "bisa begitu ya? Baiklah, nanti saya akan minta tolong pak Kades."
Pak Kades pun berjanji tidak akan memberikan izin membangun rumah baru, setidaknya selama dia menjabat.
Supaya aman dan harga tetap tinggi, Pak Depp memutuskan untuk hanya membangun 30 rumah saja. Meskipun dia tahu ada 40 orang yang membutuhkan rumah.
Sementara itu, di seberang sana, Pakde Brad sudah memutuskan untuk membuat rumah. Melihat 6 rumah Pak Depp yang laku keras, Pakde berniat untuk membuat 20 rumah saja. Tetangganya, manager Bank EwesEwes, sudah setuju untuk meminjamkan uang untuk itu. Bunganya pun rendah saja, bisa ditutupi dengan operasional penjualan ayam gorengnya. Aman!
Tapi saat meminta izin kepada Pak Kades, tidak diberikan! Pak Kades mengatakan sudah terlanjur berjanji kepada Pak Depp, tidak boleh ada izin baru. Kalau mau, izin untuk 10 rumah saja ya.. Soalnya hanya ada 40 orang yang memerlukan rumah dan sanggup mencicilnya.
Tapi Pakde Brad berkelit dan berbohong, mengatakan bahwa Pak Depp salah. Yang memerlukan rumah baru bukan 40 orang melainkan 60 orang! Kasian toh, orang-orang ini tidak mendapat rumah? Lihat niiih... datanya.
Pakde Brad tidak salah sebetulnya. Memang ada 60 orang yang memerlukan rumah. Masalahnya, tidak semua bisa membayar. Termasuk diantaranya adalah Dilan, yang pengangguran, Rangga dan Cinta, yang tukang sapu jalanan, dan Mbok Suzannah, pembersih kuburan yang suka minta-minta sate. Mereka tidak punya uang cukup untuk mencicil.
Sebetulnya Pak Kades juga tahu ini, tapi Pak De Brad membawa-bawa Pak Camat, sohibnya waktu SMA untuk menekan Pak Kades. Sehingga akhirnya izinpun turun. Diatas kertas, dari 60 orang yang memerlukan rumah, 30 akan dibangun oleh Pak Depp si Tukang Mebel dan 20 akan dibangun Pakde Brad. Orang tetap akan berebut membeli karena hanya 50 rumah tersedia dari 60 orang yang membutuhkan. Kan? Kaaaaan?
Pak Depp yang tidak tahu menahu, dengan riang dan hati-hati membangun 30 rumah berkualitasnya ini.
Sementara Pakde Brad yang tahu bahwa akan ada 10 rumah yang tidak akan laku ngebut membangun rumah-rumahnya, dia tidak peduli rumahnya tidak berkualitas, toh dengan desain yang indah, tidak akan ada yang tahu. Pak Kades pun tidak pandai dan tidak peduli untuk memeriksa.
Pokoknya secepatnya rumah harus laku. Harga pun diobral-obral, adik-adiknya Pakde Brad disuruh menempati supaya berkesan stok sudah hampir habis.
Akhirnya rumah Pakde Brad laku keras, segera seluruh perumahan ludes terjual. Tidak peduli banyak yang komplain karena kualitas rumah yang jelek, dinding yang tipis. Pokoknya untung besaaar.
Sementara Pak Depp yang terbengong-bengong karena rumahnya tidak laku sekarang gigit jari. Mau diapakan rumah-rumah kosong sebanyak ini? Pak Depp yang malang. Sekarang dia dikejar-kejar tagihan dari Bank.
Saat mau protes ke Pak Kades, ternyata Pak Kades sudah diganti di Pilkades barusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H