Tidak ada ampun terhadap hoaks. Begitulah pesan yang ingin disampaikan.
Yang jadi masalah adalah, bagaimana jika pada saatnya, terjadi double misinformasi? Dimana orang yang dituduh sebagai produsen hoaks, ternyata mengatakan hal yang sebenarnya.
Sebagaimana Donald Trump yang menuduh global warming sebagai fake news, sementara Ilmuwan diseluruh dunia sudah menunjukkan bukti yang sangat mengkhawatirkan terjadinya global warming.
Bayangkan kalau Donald Trump adalah Xi Jin Ping dan Amerika adalah Tiongkok. Maka dengan aturan anti hoaks yang sangat ketat, bisa-bisa para Ilmuwan yang menentang sudah dijebloskan kedalam penjara dengan tuduhan sebagai Produsen Hoaks.
Tapi karena kebebasan berpendapat dialam demokrasi, maka para Ilmuwan ini bisa terus bersuara, dengan harapan kelak akan terjadi perubahan dalam pemerintahan.
Selain itu, pembungkaman berlebihan, justru akan membuat orang-orang pergi ke "bawah tanah", membuat gerakan yang tidak bisa dideteksi dan dikendalikan oleh pemerintah. Mudah dipengaruhi oleh ide-ide aneh dan asing. Menjadi bibit malapetaka dikemudian hari.
Jadi bagaimana?
Saya perlu mengingatkan, bahwa saya bukan ahli apa-apa. Jadi saya hanya menyimpulkan saja dari apa yang pernah saya perhatikan dari berbagai sumber.
Cara yang saya rekomendasikan adalah
1. Tegakkan Hukum yang Adil dan bijaksana serta utamakan jalan pengampunan
Sebagaimana saya sampaikan diatas, berbuat salah adalah manusiawi. Sehingga menjatuhkan hukuman haruslah Adil dan bijaksana. Hukuman yang berlebihan memang akan membuat takut orang untuk sementara, tetapi lalu akan menimbulkan dendam kesumat berkepanjangan. Menyebarkan dendamnya kemana-mana.
Utamakan jalan pengampunan. Terutama pada produsen hoaks skala kroco. Jangan rusak reputasi, mata pencaharian bahkan masa depan seseorang hanya karena dia khilaf dan melakukan posting yang salah. Apalagi jika dia mendapatkan informasi dari tangan kedua dan ketiga.Â