Mohon tunggu...
Riza Gassner
Riza Gassner Mohon Tunggu... lainnya -

...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Foke yg Ahli, Gagal? Apalagi yg Blo'on!?

6 Agustus 2011   13:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:02 3401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foke bukannya tidak paham jika, Jakarta perlu penambahan badan jalan baru karena jumlah panjang jalan di Jakarta 7.650 km dengan luasnya 40,1 juta km persegi atau hanya 0,26 persen dari total luas wilayah DKI. Dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang beredar hampir sebanyak 11.500.000 unit dengan penambahan 120 unit kendaraan roda empat dan 900 unit roda dua perhari, hampir dapat dipastikan lalulintas Jakarta akan segera Stag atau mencapai titik jenuh yakni 0 km/jam. Saat ini saja, ritme kecepatan pergerakan kendaraan telah mencapai angka sangat rendah yakni hanya 12 km/jam.

Jalan layang Antasari yang menghubungkan Jl. Sudirman dan Jl. Tb. Simatupang kini tengah dalam proses pembangunan. Pertengahan 2012 jalan layang non tol sepanjang 5,5 km ini diperkirakan selesai bersamaan dengan jalan layang non tol Kp. Melayu- Tanah Abang, menyusul jalan layang Kalibata yang kini sudah dapat dinikmati warga masyarakat pengguna lalu lintas.

Puaskah Foke dengan jalan layang- jalan layang non tol ini? Tidak! Bahkan masyarakatpun tidak! Jakarta tetap macet! Bayangkan, jumlah kendaraan diatas tidak termasuk kendaraan angkutan umum yang berkisar 900.000 unit yang harus beroperasi setiap hari jika tidak, pengusaha angkutan tidak bisa bayar kredit dan kru angkutannyapun tidak dapat uang untuk belanja kebutuhan harian keluarga. Belum lagi kendaraan dari luar kota yang masuk ke Jakarta, berkisar 1,3 juta unit perhari. Seiring dengan kemajuan kota- kota satelit tersebut beban yang ditanggung kota Jakartapun semakin berat. Kini, jutaan orang telah menjadi urban harian, masuk dan keluar Jakarta setiap hari.

Lalu apa langkah Foke selanjutnya untuk mengimbangi arus lalu lintas di Jakarta? Ia membuat master plan kota lengkap dengan drainase kota yang rumit dan penambahan badan jalan baru termasuk di dalamnya rencana 6 (enam) jalan layang tol baru yang akan menghiasi kota Jakarta dengan beban biaya 40 Trilyun.

Keenam ruas Jalan Tol dalam Kota Jakarta akan dibangun dan dibagi dalam empat tahap. Tahap pertama, dibangun dua ruas jalan tol yakni, Koridor Semanan-Sunter sepanjang 17,88 kilometer dengan nilai investasi Rp9,76 triliun dan Koridor Sunter-Bekasi Raya sepanjang 11 kilometer dengan nilai investasi Rp7,37 triliun.

Tahap kedua, akan dibangun dua ruas jalan tol yaitu Koridor Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 11,38 kilometer dengan nilai investasi Rp5,96 triliun dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,65 kilometer dengan investasi Rp6,95 triliun.

Kemudian tahap ketiga akan dibangun ruas jalan tol dalam kota Koridor Ulujami-Tanah Abang sepanjang 8,27 kilometer dengan nilai investasi Rp4,25 triliun. Terakhir, tahap keempat dibangun ruas jalan tol dalam kota Koridor Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,56 kilometer dengan investasi Rp5,71 triliun.

Foke sanggup? Belum tentu! Ia mendorong percepatan pengesahan RUTR Jakarta 2010 - 2030 saja tidak becus! Mengapa? Silahkan pertanyaan ini diajukan kepada partai yang memimpin pemerintahan RI juga DKI, yakni Partai Demokrat. Partai ini berwenang membantu terciptanya Jakarta monorel yang telah dibatalkan itu (Foke berinisiatif mengganti Jakarta Monorel dengan Jakarta MRT yang memiliki kapasitas angkut lebih dari tiga kali Jakarta Monorel) dan juga pengesahan RUTR.

.

Investasi

Menurut Badan Investasi dan Penanaman Modal Daerah, Jakarta mendorong terciptanya iklim investasi yang naik 13 persen di quartal pertama tahun anggaran 2011 ini. Oh, pantas APBD DKI dari awal Foke menjabat hanya 20 T kini 36 T, hampir 2 kalinya. Pantaslah, banyak sekali mobil dan motor baru yang bikin macet, bukan mobil kadaluarsa. Bahkan boleh jadi APBD-Perubahan 2012 akan lebih dari 40T. Artinya, terjadi peningkatan lebih dari 2 x daripada saat Fauzi Bowo mulai menjabat.

Bandingkan dengan TOKYO dengan jumlah penduduk yang relatif sama tapi anggarannya 700 trilyun, namun tokh tetap saja warga TOKYO jadi ikan pepes bila naik kereta / subwaynya. Artinya, Jakarta dengan sedikit anggaran mampu meng-cover- permasalahannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun