Foke gagal membenahi Jakarta? Boleh jadi memang demikianlah opini yang terbentuk pada sebagian besar warga ibukota tentang Foke, sang Gubernur DKI Jakarta. Jika begitu, apa yang salah dari Foke, seorang Gubernur yang notabene juga seorang Doktor ahli penataan kota lulusan Germany? Ada beberapa pertanyaan yang bisa menjadi Barometer untuk mengetahui seberapa jauh sebenarnya kapabilitas seorang Foke, diantaranya ;
- Apakah ijazah Foke palsu? Ijazahnya asli dan dapat dipertanggungjawabkan oleh Dubes Germany
- Apakah integritas Foke rendah? 1977 di awal karir PNS, ia seorang guru di Universitas Indonesia.
- Apakah Foke kurang pengalaman menjadi pamong? Karier PNSnya dominan mewarnai hidupnya.
- Apakah Foke pernah terlibat korupsi? Catatan kriminalnya tidak ada sepanjang hidupnya.
- Apakah Foke rusak moralnya? Rumah tangganya utuh dan belum pernah terdengar ada skandal.
- Apakah Foke Malas? Ijazah Doktor dan kariernya selama 35 tahun berkata sebaliknya.
- Lalu, apa lagi yang salah dengan Foke? Mari sama- sama belajar menganalisa lebih jauh pada sosok satu ini.
.
Monorel
- Foke sepertinya telah berusaha dengan menggandeng Bank Dubai untuk membiayai Jakarta Monorel, namun apa daya, karena tidak ada undang- undang suku bunga syariah maka perlu pemerintah pusat menjadi penjamin pinjaman dan sayangnya pusat tak tertarik untuk menjamin.
- Foke juga telah meminta dunia usaha nasional untuk berperan namun karena daya angkut monorel yang minim sedangkan Investasi, operasional dan perawatan butuh dana yang besar, tak satupun pengusaha nasional tertarik meneruskan monorel.
.
BKT (Banjir Kanal Timur)
Namun apakah BKT sudah cukup untuk mengatasi banjir di Jakarta yang selalu bertandang saban tahun? Jelas tidak, di tahun 2010 santer terdengar anekdot, "Banjir sudah setinggi kumisnya Foke!"
Foke tanggap, segera bekerja keras turun tangan sendiri, drainase yang rumit di pusat wilayah bisnis segitiga emaspun akhirnya diselesaikan. Kini tak lagi terdengar ada banjir di sentra bisnis Sudirman- Thamrin- Rasuna said.Cukupkah? Masih belum!
Untuk itu, Pemprov DKI berencana menormalisasi 5 (lima) sungai besar baik itu di keruk ataupun dilebarkan hingga hampir menjadi 20 meter. Kelima sungai besar yang alirannya melewati wilayah DKI itu adalah, Kali Sunter, Kali Krukut, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol dan Kali Cipinang.
Kini, Kali krukut di beberapa bagian di wilayah mampang Prapatan dan Kebayoran Baru telah kembali selebar hampir 20 meter sebagaimana keadaan kali itu di Jakarta tempo dulu.
Lalu apa sesungguhnya yang salah dengan si Foke ini, hingga masyarakat Jakarta masih rajin mengeluarkan stigma, "Foke ahli menata kumisnya doank!"
.
RTH (Ruang terbuka hijau)
Kewajiban Jakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 Th. 2002, harus menyediakan 20 hingga 30 persen dari luas lahannya untuk Ruang Terbuka Hijau demi tersedianya resapan air kota dan penurunan tingkat polusi. Jakarta baru sanggup menyediakan RTH 10 % dari luas lahannya, itupun didapat dengan cara tidak lagi memberi izin perpanjangan kepada 30-an pompa bensin untuk tetap beroperasi di atas lahan taman kota.
Akibatnya, banyak pengusaha SPBU gulung tikar, ratusan buruh kehilangan pekerjaan yang otomatis berakibat pada ribuan anggota keluarga para buruh itu menjadi semakin tinggi beban hidupnya, terlebih ada puluhan ribu warga yang merasa jengkel karena harus pergi lebih jauh lagi untuk sekedar mengisi bensin. Kini, mengisi bensin perlu waktu khusus, tidak seperti dulu yang bisa dilakukan ketika kendaraan warga Jakarta kebetulan tengah melintasi sebuah SPBU.
Bahkan untuk terpenuhinya RTH kota Jakarta, Foke kembali melakukan kebijakan tidak populer, menggusur ratusan pedagang kembang yang telah berdiri sejak tahun 70-an, seperti para pedagang di pasar bunga Barito dan juga di pasar bunga Kertanegara, Kebayoran Baru. Kini, diatas lahan bekas pasar bunga Barito berdiri anggun sebuah taman cantik, Ayodya. Namun, warga yang tinggal di Kebayoran Baru paham betul bahwa, mereka telah kehilangan 2 (dua) pasar bunga dan lebih dari 5 (lima) pompa bensin.
RTH yang harus disediakan oleh kota Jakarta tidak termasuk ruang terbuka hijau milik pribadi atau areal Taman Pemakaman Umum baik itu milik pemda ataupun wakaf dari warga. Jika taman pribadi dan pemakaman boleh masuk hitungan, niscaya Foke tak perlungotot (bersitegang hingga keluar urat lehernya sekaligus memutir-mutir kumis) untuk mengembalikan fungsi taman yang telah berubah menjadi pasar bunga dan pompa bensin itu.
.
Penambahan Badan Jalan
[caption id="attachment_165809" align="alignleft" width="309" caption="Jalan Layang Antasari-Blok M"]
Foke bukannya tidak paham jika, Jakarta perlu penambahan badan jalan baru karena jumlah panjang jalan di Jakarta 7.650 km dengan luasnya 40,1 juta km persegi atau hanya 0,26 persen dari total luas wilayah DKI. Dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang beredar hampir sebanyak 11.500.000 unit dengan penambahan 120 unit kendaraan roda empat dan 900 unit roda dua perhari, hampir dapat dipastikan lalulintas Jakarta akan segera Stag atau mencapai titik jenuh yakni 0 km/jam. Saat ini saja, ritme kecepatan pergerakan kendaraan telah mencapai angka sangat rendah yakni hanya 12 km/jam.
Jalan layang Antasari yang menghubungkan Jl. Sudirman dan Jl. Tb. Simatupang kini tengah dalam proses pembangunan. Pertengahan 2012 jalan layang non tol sepanjang 5,5 km ini diperkirakan selesai bersamaan dengan jalan layang non tol Kp. Melayu- Tanah Abang, menyusul jalan layang Kalibata yang kini sudah dapat dinikmati warga masyarakat pengguna lalu lintas.
Puaskah Foke dengan jalan layang- jalan layang non tol ini? Tidak! Bahkan masyarakatpun tidak! Jakarta tetap macet! Bayangkan, jumlah kendaraan diatas tidak termasuk kendaraan angkutan umum yang berkisar 900.000 unit yang harus beroperasi setiap hari jika tidak, pengusaha angkutan tidak bisa bayar kredit dan kru angkutannyapun tidak dapat uang untuk belanja kebutuhan harian keluarga. Belum lagi kendaraan dari luar kota yang masuk ke Jakarta, berkisar 1,3 juta unit perhari. Seiring dengan kemajuan kota- kota satelit tersebut beban yang ditanggung kota Jakartapun semakin berat. Kini, jutaan orang telah menjadi urban harian, masuk dan keluar Jakarta setiap hari.
Lalu apa langkah Foke selanjutnya untuk mengimbangi arus lalu lintas di Jakarta? Ia membuat master plan kota lengkap dengan drainase kota yang rumit dan penambahan badan jalan baru termasuk di dalamnya rencana 6 (enam) jalan layang tol baru yang akan menghiasi kota Jakarta dengan beban biaya 40 Trilyun.
Keenam ruas Jalan Tol dalam Kota Jakarta akan dibangun dan dibagi dalam empat tahap. Tahap pertama, dibangun dua ruas jalan tol yakni, Koridor Semanan-Sunter sepanjang 17,88 kilometer dengan nilai investasi Rp9,76 triliun dan Koridor Sunter-Bekasi Raya sepanjang 11 kilometer dengan nilai investasi Rp7,37 triliun.
Tahap kedua, akan dibangun dua ruas jalan tol yaitu Koridor Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 11,38 kilometer dengan nilai investasi Rp5,96 triliun dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,65 kilometer dengan investasi Rp6,95 triliun.
Kemudian tahap ketiga akan dibangun ruas jalan tol dalam kota Koridor Ulujami-Tanah Abang sepanjang 8,27 kilometer dengan nilai investasi Rp4,25 triliun. Terakhir, tahap keempat dibangun ruas jalan tol dalam kota Koridor Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,56 kilometer dengan investasi Rp5,71 triliun.
Foke sanggup? Belum tentu! Ia mendorong percepatan pengesahan RUTR Jakarta 2010 - 2030 saja tidak becus! Mengapa? Silahkan pertanyaan ini diajukan kepada partai yang memimpin pemerintahan RI juga DKI, yakni Partai Demokrat. Partai ini berwenang membantu terciptanya Jakarta monorel yang telah dibatalkan itu (Foke berinisiatif mengganti Jakarta Monorel dengan Jakarta MRT yang memiliki kapasitas angkut lebih dari tiga kali Jakarta Monorel) dan juga pengesahan RUTR.
.
Investasi
Menurut Badan Investasi dan Penanaman Modal Daerah, Jakarta mendorong terciptanya iklim investasi yang naik 13 persen di quartal pertama tahun anggaran 2011 ini. Oh, pantas APBD DKI dari awal Foke menjabat hanya 20 T kini 36 T, hampir 2 kalinya. Pantaslah, banyak sekali mobil dan motor baru yang bikin macet, bukan mobil kadaluarsa. Bahkan boleh jadi APBD-Perubahan 2012 akan lebih dari 40T. Artinya, terjadi peningkatan lebih dari 2 x daripada saat Fauzi Bowo mulai menjabat.
Bandingkan dengan TOKYO dengan jumlah penduduk yang relatif sama tapi anggarannya 700 trilyun, namun tokh tetap saja warga TOKYO jadi ikan pepes bila naik kereta / subwaynya. Artinya, Jakarta dengan sedikit anggaran mampu meng-cover- permasalahannya sendiri.
.
Subsidi
Masyarakat tidak mampu juga mendapat subsidi bila berurusan dengan Rumah Sakit Umum mitra pemda. Seperti diketahui, anggaran untuk Gakin dan SKTM dalam APBD DKI 2010 sebanyak Rp 513 miliar. Pada APBD DKI 2011 diharapkan Pemprov lebih mampu lagi mensubsidi Gakin, bahkan Jakarta Selatan telah memberikan santunan bagi 25 jenazah gakin sebesar Rp. 885 ribu,- permakam.
.
Pengelolaan Administrasi Pemda
Pengelolaan administrasi dalam jajaran pemprov DKI patut diacungkan jempol, pasalnya tanggal 31 Mei 2011, pemprov mendapat sertifikat WDP (Wajar Dengan Pengecualian) terhadap penggunaan APBD DKI yang hampir sebesar 25 Trilyun rupiah. Walau belum berhasil memperoleh predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) namun, bila dicermati ternyata DKI hanya tersandung oleh adanya indikasi kerugian sebesar 7,05 miliar rupiah. Atau laporan keuangan pemprov hanya kurang klop sebesar 0,02 persen daripada perhitungan BPK.
Bila sebuah perusahaan ataupun lembaga sudah sehat administrasi pembukuannya maka secara otomatis perusahaan/lembaga tersebut kedepannya akan memiliki aksi/output yang lebih mantap, kuat, tepat sasaran dan terkendali.
.
Kerjasama Antar Daerah
Dibawah Foke, DKI tidak lagi menjadi Ibukota yang egois. DKI turut membantu kelancaran jalan tol menuju bandar udara SoeTa, Banten. DKI juga banyak memberikan sumbangsih atas penataan wilayah puncak, Jawa Barat, agar tercipta kemampuan daya resapan air yang lebih tinggi. Melihat kebersahajaan Foke, sampai- sampai Bekasi rela menyediakan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah Bantar Gebang, maka sampah dari DKI yang berkisar 6000 ton perharipun akhirnya dapat ditangani.
Selain berencana menambah jumlah TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) dalam kota Jakarta, Foke juga berencana memodernkan mesin- mesin pengelolaannya seperti di TPST Cakung, dari semula hanya mampu menangani 300 ton sampah perhari namun, pada akhir tahun 2011 TPST Cakung diproyeksikan akan mampu mengelola 1200 ton sampah setiap harinya untuk menghasilkan daya listrik sebesar 15 Megawatt.
Bukan itu saja, pemprov DKI saat ini masih sedang dalam pembicaraan serius dengan pemkab. Tanggerang untuk mendirikan TPA sampah Ciangir, yang kapasitasnya lebih daripada kapasitas TPA Bantar Gebang untuk kesiapan DKI menangani sampahnya di tahun- tahun mendatang.
.
Pantai Utara Jakarta
Keputusan berani meneruskan reklamasi, menurut Foke (poskota, 12 Februari 2011), "jika wilayah Jakarta Utara hendak bebas banjir rob, Pemprov DKI harus menyediakan lahan untuk parkir air seluas 50 kilometer persegi dan ditambah dengan pengadaan pompa air yang dapat menyedot air berkapasitas 500 meter kubik per detik. Hal itu sangat mustahil. Karena sangat susah harus membebaskan lahan seluas itu. Lagi pula, mau cari di mana lahan seluas itu? Sedangkan DKI saja kekurangan lahan untuk ruang terbuka hijau,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi tenggelamnya Ibukota dan air sumur berubah asin karena ketinggian tanahnya tidak lebih dari 2 meter permukaan air laut, akhirnya Pemprov DKI memutuskan membangun lahan untuk parkir air dengan memajukan ke depan laut melalui reklamasi pantai dan juga akan membangun tanggul laut raksasa. Sehingga kawasan Jakarta Utara bisa terbebas dari banjir rob untuk 50 tahun ke depan.
Lalu apa yang salah dengan Foke ini, sehingga masyarakat banyak tetap senang'bergurau, "Kumis Foke tidak bisa lagi menjadi jaminan Jakarta ke depan?"
Jika diamati lebih lanjut, Foke bukanlah politikus yang tulen lagi ulung yang rajin mengelola pencitraan diri. Lihat saja, monorel tidak dibantu pusat, iapun lari ke Demokrat (partai yang tengah berkuasa) demi alasan percepatan program pro rakyat. Langkah ini bisa saja malah menjadikan Foke anak tiri di Demokrat dan sekaligus kawan yang lari dari hadapan 18 partai lain yang pernah mendukungnya pada Pemilukada 2007 lalu.
Bagaimanapun keras usaha Foke, dia tetap tidak populer di mata rakyat yang sedikit banyak masih dipengaruhi oleh pandangan politik partai- partai yang kini semakin marak bertebaran di Republik Indonesia tercinta ini.
Berbeda dengan seloroh yang bersahaja dari seorang awam pensiunan yang tinggal di gang senggol saking sempitnya di wilayah Cikini yang bernama Amarullah Asbah, sambil santai bersepeda di Bunderan HI saat waktu bebas kendaraan bermotor di akhir minggu, "Malaikat Jibril aje bingung ngatur Jakarte, udeh bagus si Foke belon keder, biar kate kumisnye kagak bise dijadiin jaminan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H