teori psikososial Erik Erikson, yang menjelaskan perkembangan manusia melalui tahapan kehidupan berdasarkan konflik psikososial:
1. Konsep Utama Teori Psikososial Erikson
Erikson percaya bahwa perkembangan manusia terjadi sepanjang hidup, bukan hanya pada masa kanak-kanak.
Setiap tahap kehidupan memiliki konflik psikososial yang harus diselesaikan.
Penyelesaian konflik ini akan membentuk kepribadian dan kemampuan individu untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Jika konflik tidak terselesaikan dengan baik, individu dapat mengalami kesulitan pada tahap berikutnya.
2. Tahapan Psikososial Erikson
1. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
Pertanyaan Utama: Apakah dunia ini tempat yang aman?
Tugas: Bayi belajar percaya kepada pengasuh jika kebutuhan dasar (makanan, kenyamanan) dipenuhi secara konsisten.
Hasil Positif: Rasa percaya dan aman terhadap dunia.
Hasil Negatif: Ketidakpercayaan, rasa curiga terhadap orang lain.
2. Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Pertanyaan Utama: Bisakah saya melakukan sesuatu sendiri?
Tugas: Anak belajar mengembangkan rasa otonomi melalui eksplorasi dan kemandirian (misalnya, makan sendiri).
Hasil Positif: Rasa percaya diri dan kemampuan untuk mandiri.
Hasil Negatif: Rasa malu atau ragu pada kemampuan diri.
3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Pertanyaan Utama: Apakah saya boleh melakukan sesuatu?
Tugas: Anak mulai memiliki ide dan mencoba hal baru. Orang tua perlu mendukung eksplorasi ini.
Hasil Positif: Kemampuan untuk mengambil inisiatif dan percaya diri.
Hasil Negatif: Rasa bersalah karena merasa telah mengganggu atau berbuat salah.
4. Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6-12 tahun)
Pertanyaan Utama: Apakah saya cukup baik dalam apa yang saya lakukan?
Tugas: Anak mulai mengembangkan keterampilan dan kompetensi melalui sekolah dan kegiatan lain.
Hasil Positif: Rasa bangga dan percaya diri pada kemampuan diri.
Hasil Negatif: Rasa rendah diri jika merasa gagal atau kurang dihargai.
5. Identitas vs Kebingungan Identitas (12-18 tahun)
Pertanyaan Utama: Siapa saya? Apa peran saya di dunia?
Tugas: Remaja mencari identitas melalui eksplorasi nilai, minat, dan tujuan hidup.
Hasil Positif: Rasa identitas yang jelas dan stabil.
Hasil Negatif: Kebingungan atau krisis identitas.
6. Keintiman vs Isolasi (18-40 tahun)
Pertanyaan Utama: Bisakah saya mencintai dan membangun hubungan yang dekat?
Tugas: Dewasa muda menjalin hubungan yang intim dengan pasangan atau teman dekat.
Hasil Positif: Hubungan yang hangat dan penuh kasih.
Hasil Negatif: Rasa kesepian dan isolasi sosial.
7. Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun)
Pertanyaan Utama: Apakah saya berkontribusi pada dunia?
Tugas: Dewasa tengah fokus pada kontribusi terhadap keluarga, pekerjaan, atau masyarakat.
Hasil Positif: Perasaan berarti dan bermanfaat bagi dunia.
Hasil Negatif: Rasa stagnasi, tidak produktif, atau terjebak dalam rutinitas.
8. Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)
Pertanyaan Utama: Apakah saya puas dengan hidup saya?
Tugas: Lansia merefleksikan kehidupan dan menerima pencapaian serta kegagalan mereka.
Hasil Positif: Rasa kebijaksanaan dan penerimaan hidup.
Hasil Negatif: Penyesalan dan rasa putus asa.
3. Ciri Khas Teori Erikson
Berbeda dari teori Freud yang lebih berfokus pada aspek biologis dan seksual, teori Erikson lebih menekankan pada aspek psikososial dan pengaruh lingkungan.
Erikson memandang perkembangan manusia sebagai proses yang berkelanjutan sepanjang hidup.
Tiap tahap memengaruhi kemampuan individu untuk menjalani tahap berikutnya.
4. Relevansi Teori Erikson
Teori ini banyak digunakan dalam:
Psikologi Pendidikan: Untuk memahami bagaimana anak berkembang di sekolah.
Psikologi Klinis: Untuk membantu individu mengatasi masalah yang berakar pada konflik psikososial.
Pengasuhan Anak: Membimbing orang tua dalam mendukung perkembangan anak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H