Mohon tunggu...
Riza Agnesia
Riza Agnesia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Semarang

Halo! Saya Riza Dinda Agnesia (19), seorang mahasiswa yang tengah menempuh studi di bidang Sejarah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Semarang. Sebagai seseorang yang sangat tertarik dengan sejarah, saya merasa terdorong untuk menggali lebih dalam tentang masa lalu, memahami makna dari peristiwa-peristiwa sejarah, dan menjaga kelestarian warisan budaya yang ada. Saya percaya bahwa sejarah dapat menjadi pedoman bagi kita dalam menghadapi masa kini dan masa depan, memberikan pelajaran serta wawasan penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Kultur Pendidikan di Era Pendudukan Jepang dan Indonesia Hari Ini

23 Desember 2024   12:39 Diperbarui: 23 Desember 2024   12:45 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Sekolah Rakyat di Era Pendudukan Jepang di Indonesia. (Sumber: Dinas Kebudayaan D.I. Yogyakarta)

Jepang di Asia Tenggara: Perubahan dalam Dunia Pendidikan

Jepang masuk ke Asia Tenggara ketika masa masa Perang Dunia II pada tahun 1942. Pada saat itu, Jepang mulai menguasai sebagian besar daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pasukan Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura berhasil menggantikan kekuasaan Belanda setelah melakukan invasi yang cepat dan efektif. Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang instalasi angkatan laut dan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor dan Oahu, menenggelamkan kapal perang dan menghancurkan pesawat Amerika serta membunuh ribuan personel militer. Serangan ini dirancang untuk melumpuhkan militer Amerika serta meruntuhkan mental masyarakat Amerika. Serangan ini  menandai awal keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II dan memicu konflik lebih luas di kawasan Pasifik kemudian pecahlah Perang Asia Timur Raya. Pada 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda menyatakan perang terhadap Jepang. Pasukan Jepang mendarat di Tarakan,Kalimantan Timur pada 11 Januari 1942. Sekitar 20,000 tentara dari Angkatan Laut Kure dan Right Wing Unit. setelah itu, Jepang melanjutkan serangan ke berbagai daerah di Indonesia,  seperti Balikpapan, Pontianak dan Palembang. penguasaan ini berlangsung hingga Maret 1942.

Kedatangan Jepang ke Asia Tenggara khususnya ke Hindia Belanda (saat ini Indonesia) dilakukan bukan tanpa alasan. Jepang datang  ke wilayah ini dengan tujuan untuk menguasai sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk mendukung usaha perang mereka, seperti minyak, timah, dan aluminium. Invasi ini juga merupakan bagian dari strategi Jepang untuk memperluas kekuasaannya di Asia, menggantikan kekuasaan kolonial negara Barat, seperti Belanda di Indonesia. Tujuan utama Jepang adalah untuk memperkuat posisi mereka di Pasifik dan Asia, serta memenuhi kebutuhan logistik dan ekonomi yang semakin mendesak akibat perang yang terus berkecamuk. Pasukan Jepang berhasil menguasai sebagian besar Asia Tenggara dan pendudukan ini berlangsung hingga Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945.

Jepang menerapkan berbagai kebijakan yang perbedaannya cukup menonjol dengan pemerintahan kolonial Hindia Belanda terutama di bidang pendidikan Pendidikan di Indonesia yang termasuk negara yang diduduki Jepang menunjukkan komparasi yang tajam dibanding dengan kebijakan pendidikan Eropa di Hindia Belanda yag terbilang ekskulsif hanya untuk kalangan tertentu saja pada masa kolonial. Kultur Jepang yang sangat mengedepankan pendidikan sebagai syarat majunya sebuah peradaban mereka bawa ke wilayah dudukannya. Pendidikan mengenai etika juga menjadi salah satu fokus serta merupakan bagaimana cara membentuk mentalitas yang tangguh. Budaya  Jepang yang digaung-gaungkan secara lantang yakni bagaimana menghormati dan menghargai seorang guru karena berkat ilmu yang diberikan oleh guru kita tahu bagaimana membaca, menulis, berhitung bahkan berperang sekalipun serta bagaimana cara bertahan hidup.

Pendidikan di Indonesia pada era jepang dan era sekarang bisa dibilang cukup berbeda, kenapa berbeda? Karena dari segi tujuan, struktur, kurikulum atau mata Pelajaran, metode bahkan aksesibilitas sangat berbeda. Terutama di bagian tujuan di era penjajahan jepang Pendidikan di manfaatkan sebagai alat propaganda untuk mendoktrin masyarakata Masyarakat Indonesia doktrin di Pendidikan itu bertujuan agar Masyarakat Indonesia fokus terhadap loyalitas dan militer jepang sedangkan pada era sekarang Pendidikan itu bertujuan untuk membangun atau mengembangkan karakter, keterampilan dan pengetahuan agar Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Kalau dalam aksesibilitas Pendidikan di era jepang cukup terbatas yang di mana Pendidikan hanya dapat di tempuh oleh golongan tertentu dan Pendidikan di Indonesia pada era sekarang itu bisa didapatkan oleh semua golongan karena pemerintah membuat program sekolah gratis walopun belom bisa terjangkau di daerah tertentu/terpencil.

Pertanyaanya adalah, Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang mendapat dampak yang kuat dari segi apapun termasuk pendidikan tetapi apakah kultur menghormati dan menghargai guru masih bertahan hingga kini?. Nyatanya saja, akhir-akhir ini makin banyak kasus siswa yang melakukan kekerasan terhadap guru atas dasar tidak terima jika ditegur guru ketika melakukan kesalahan bahkan beberapa dari bapak dan atau ibu guru ini dilaporkan ke polisi. Contohnya, dilansir dari liputan6.com kasus Bapak Zuharman, seorang guru dari SMA Negeri 7 Kab. Rejang Lebong, Bengkulu diketapel oleh siswanya dan dilaporkan ke polisi oleh orang tua siswa akibat sikap tidak terima ketika Pak Zuharman menegur anaknya akibat merokok di sekolah. Kemudian, kasus dugaan penganiayaan terhadap siswa oleh seorang guru bernama Ibu Supriyanti seorang guru honorer di SD Negeri 4 Barito Kab. Konawe Selatan padahal Ibu Supriyanti tidak pernah mengajar siswa tersebut tetapi orang tua siswa melaporkannya ke polisi. Selain kasus-kasus tersebut, banyak guru dari berbagai sekolah di Indonesia membuat reels di Instagram atau thread di aplikasi X mengeluhkan tentang sikap siswa-siswa yang terlalu fokus bermain gadget saat jam pelajaran dan keluhan sikap tidak sopan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan moralitas siswa di Indonesia abad ke-21 efek dari era globalisasi dan digitalisasi.


Guru Sebagai Pilar Peradaban

"Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang, akan tetapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan." Kaisar Hirohito

 

Pidato Kaisar Hirohito menekankan betapa pentingnya pendidikan dan peran guru dalam kemajuan suatu bangsa. Ia mengungkapkan bahwa meskipun sebuah negara dapat memiliki kekuatan militer dan strategi perang yang hebat, tanpa adanya pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan, semua kekuatan tersebut akan sia-sia. Hirohito menyadari bahwa meskipun tentara sangat penting, yang lebih dibutuhkan untuk pembangunan jangka panjang adalah kemampuan untuk belajar dan berinovasi melalui pendidikan yang diberikan oleh guru. Sebagai contoh, meskipun Jepang memiliki kekuatan militer yang besar pada saat itu, tanpa pemahaman mendalam tentang teknologi dan strategi yang tepat, negara tersebut akan kesulitan untuk berkembang. Oleh karena itu, Hirohito meminta agar guru-guru yang masih ada dikumpulkan untuk mengajarkan masyarakat pengetahuan yang sangat dibutuhkan guna membangun kembali negara. Pidato ini menegaskan bahwa pendidikan adalah kunci utama bagi kemajuan bangsa, dan guru memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun