Pagi itu tanggal 9 Maret 2023, kami (saya dan istri) memulai perjalanan kami dari Bukittinggi menuju sebuah kota di Pulau Jawa. Perjalanan tersebut terdiri dari beberapa etape, dimana etape pertama adalah menuju Bandara Internasional Minangkabau yang berjarak 74,5 km dari Bukittinggi, dimana selanjutnya kami akan menggunakan pesawat udara menuju Jakarta.
Dan kemudian dilanjutkan etape terakhir dari Jakarta menuju kota tujuan akhir yaitu Kota Solo. Ya kami menuju Kota Solo untuk memenuhi keinginan kami untuk menyaksikan langsung salah satu Legenda Musik Rock Dunia yaitu Deep Purple. Total perjalanan kami dari Bukittinggi menuju Kota Solo tersebut kami menempuh jarak hampir mencapai 2,000 km. Dengan usaha yang kami lakukan ini tentunya ada sebuah pengharapan yang tinggi untuk mendapatkan kepuasan terhadap konser ini.
Deep Purple adalah sebuah band legenda musik rock, dan sebagai penggemar musik ini kami sangat berkeinginan untuk melihat penampilannya langsung. Walaupun kali ini adalah merupakan konser mereka yang keempat di Indonesia, tapi saya belum berkesempatan untuk melihat penampilan mereka sekalipun. Dan saya merasa kemungkinan bahwa ini adalah kesempatan terakhir untuk melihat mereka manggung di Indonesia, karena faktor umur mereka yang sudah cukup tua.
Hari yang dinantikan tiba dan kami sudah bersiap di venue sejak pukul 17:00 walau berdasarkan rundown rencananya acara baru dimulai pukul 19:00 dengan dibuka oleh salah satu band lokal kesayangan kami yaitu God Bless. Dan akhirnya masa penantian pun menjelang usai, setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya kami pun bersiap untuk menyambut God Bless...
Dan kami pun terkejut
Intro sebuah lagu yang sudah sangat kami kenal mulai dimainkan, intro dari salah satu lagu yang sangat terkenal dari Deep Purple yaitu Smoke On The Water. Dan yang membuat kami lebih terkejut lagi setelah tirai di panggung turun, kami melihat Rhoma Irama dan Soneta Grupnya tengah memainkan lagu Smoke on The Water tersebut.....
 Apa ... ???
Smoke On The Water adalah salah satu lagu dari Deep Purple yang membawa ke era kejayaannya. Sebuah lagu yang berhasil mencapai posisi tinggi di berbagai chart dunia pada masanya. Pastinya menjadi sebuah lagu wajib yang akan dinyanyikan oleh Ian Gillan sang vocalis Deep Purple di setiap konsernya karena lagu ini merupakan salah satu lagu andalan dari band ini.
Banyak hal yang berkecamuk didalam pikiran saya selama beberapa detik mendengar lagu ini dimainkan oleh Rhoma Irama dan Soneta. Dan yang saya khawatirkan pun terjadi, salah satu kru Deep Purple naik ke panggung dan meminta Rhoma Irama untuk menghentikan lagu tersebut. Walau sepertinya sempat ragu, akhirnya Rhoma Irama meminta semua anggota Soneta untuk menghentikan lagu tersebut, dan memulai lagu lainnya. Lagu mereka sendiri.
Nah sekarang bukan hanya kami yang terkejut, Soneta pun sekarang terkejut karena dihentikan ketika sedang tampil.
Mungkin buat banyak orang kejadian tersebut adalah hal yang sepele, tapi tidak buat saya. Kejadian tersebut membuat saya memiliki kekhawatiran tersendiri. Sebagai orang yang pernah berkecimpung didunia pagelaran musik, saya tahu persis pentingnya menjaga mood artis sebelum mereka tampil.Â
Dan kejadian ini membuat saya super khawatir terhadap mood Deep Purple. Apa yang terjadi dibelakang panggung? Apakah terjadi perdebatan antara promotor dan band tersebut. Bagaimana sikap mereka terhadap insiden ini. Pemikiran yang terus berkecamuk ini terus terang mengganggu saya untuk menikmati God Bless yang tampil setelah Soneta.
Konsekuensi paling parah yang harus siap diterima adalah Deep Purple tidak akan tampil malam ini.
Sekali lagi menjaga mood artis sebelum mereka tampil adalah sangat penting, yang harus dibayar dari mood yang buruk adalah mereka tidak akan tampil, atau tampil seadanya tanpa merasakan adanya fun di panggung. Hal ini pernah terjadi ketika Bon Jovi manggung di Jakarta untuk yang kedua kalinya, saya merasakan bahwa Bon Jovi tidak merasa happy di konsernya tersebut, entah ada masalah apa yang terjadi di belakang panggung. Tapi hal tersebut sangat terasa untuk saya sebagai penonton konser tersebut.
Kembali ke Smoke On The Water
Sesungguhnya apa yang terjadi? Apakah ini hanya gimmick atau sandiwara dari kru Deep Purple dan Rhoma Irama? Apakah Rhoma Irama sebenarnya hanya ingin memanfaatkan intro lagu tersebut untuk menciptakan hype di penonton? Apakah Rhoma Irama berencana untuk menyanyikan lagu itu secara utuh? Apakah rencana untuk memainkan intro (atau lagu ini secara utuh) adalah sepengetahuan pihak promotor?
Mungkin hanya segelintir orang yang dapat menjawab pertanyaan ini.
Saya masih mempercayai bahwa apa yang terjadi itu bukanlah gimmick, dan memang kru Deep Purple tersebut menghentikan secara spontan ketika intro lagu Deep Purple tersebut dimainkan oleh Rhoma Irama dan Soneta.
Berikut ini adalah pandangan saya terhadap kejadian tersebut dengan asumsi dasar bahwa lagu intro (atau rencana membawakan lagu secara utuh) lagu Smoke On The Water ini tidaklah sepengetahuan manajemen atau Band Deep Purple.
Saya cukup lama berfikir: Apa yang ada di kepala Rhoma Irama untuk memainkan intro (atau lagu penuh) tersebut di sebuah konser dimana pemilik/ pencipta lagu tersebut sebagai artis utamanya dan hampir dipastikan bahwa lagu tersebut juga akan dimainkan oleh sang penciptanya.
Beberapa hal yang menjadi bahan pemikiran saya, selain ke khawatiran terhadap mood Deep Purple adalah:
Pertama, sepengetahuan saya (mohon maaf dan saya mohon dikoreksi bila salah) Rhoma Irama adalah pemilik Yayasan yang melakukan penarikan royalti sebagai hak ekonomi dalam karya cipta lagu, apakah beliau lupa bahwa ketika akan memainkan lagu orang lain harus ada persetujuan dan hitung-hitungan secara eknomis yang harus dilakukan terhadap pemegang hak cipta lagu tersebut? Yang pasti proses ini tidak terjadi, karena kalau terjadi, sepatutnya kru Deep Purple tidak menghentikan lagu tersebut ketika dimainkan oleh Rhoma Irama dan Soneta.
Walaupun saya bukan lah penggemar genre DangDut, tapi saya mengakui bahwa di genre ini Rhoma Irama adalah rajanya, dan sangat disayangkan sang raja kali ini "terpeleset".
Mungkin kalau ini terjadi di konser dimana artisnya semua adalah artis lokal, tidak terlalu menjadi masalah karena kadangkala kita saling menenggang untuk hal-hal seperti ini. Tapi sebagai stake holder musik Indonesia, saya merasa malu dengan peristiwa ini, bahwa ada musisi sekaliber Rhoma Irama tidak paham mengenai hak dan kewajiban sesama musisi.
Satu satunya pemikiran yang membesarkan hati saya adalah (mudah mudahan) band ini sepertinya tidak terlalu memperhatikan masalah royalti atas produknya. Hal ini tercermin dari banyaknya pelapak kaos yang non original berjualan di sekitar venue. Saya pernah menjadi saksi hidup ketika sebuah band asing mau tampil di Indonesia dan membawa tim yang khusus memeriksa barang-barang (khususnya kaos) yang diperjual belikan di venue, tentunya produk yang tidak resmi sama sekali tidak boleh diperdagangkan di sekitar venue, dan mereka cukup keras mengenai hal ini.
Kedua, sepanjang hidup saya menonton konser musik, khususnya band asing yang perform di Indonesia, saya belum pernah menyaksikan ada band pembuka yang menyanyikan lagu artis utama di dalam konser tersebut, apalagi untuk lagu yang sangat diandalkan oleh artis utamanya.
Karena kalau hal tersebut terjadi pastinya hype penonton sudah tersedot oleh band pembuka itu, dan hal ini pastinya menjadi kerugian bagi sang artis utamanya.
Ketiga, berikutnya yang menjadi tanda tanya adalah apakah sebelum memainkan intro (rencana lagu penuh) dari lagu Smoke On The Water tersebut, Rhoma Irama dan Soneta berkesempatan untuk menyampaikan ke promotor terhadap rencana memainkan lagu tersebut.Â
Tentunya kalau proses ini sudah dilakukan, kesalahan bukan sepenuhnya pada Rhoma Irama dan Soneta. Bagaimana promotor tidak cukup sensitif terhadap hal-hal seperti ini. Dengan melihat bahwa yang menghentikan lagu Smoke On The Water ketika dimainkan oleh Rhoma Irama dan Soneta ini, dilakukan oleh kru Deep Purple sepertinya kita bisa menduga duga apa yang terjadi.
Keempat, dua dekade lalu Rhoma Irama pernah menuding salah satu penyanyi Dangdut lainnya telah menodai citra musik dangdut. Nah dengan kejadian ini apakah beliau tidak menodai citra musisi Indonesia yang terkesan tidak mengetahui tentang kewajiban membayar royalti kepada pemilik lagu. Indonesia memang pernah mendapatkan tamparan keras dari musisi dunia, ketika sampai akhir tahun 1980 an kita masih sangat mudah menemukan kaset bajakan dimana-mana.
Protes besar dari Bob Geldof merupakan salah satu titik balik dimana industri musik di Indonesia mulai menghargai nilai karya cipta para musisi. Sayang kalau kemudian pandangan bahwa kita tidak menghargai hak cipta ini kembali muncul dan ini merupakan sebuah kemunduran.Â
Pikiran yang berkecamuk ini akhirnya terhenti ketika Deep Purple akhirnya memulai pertunjukkannya dengan lagu Highway Star. Dan semua berjalan dengan lancar sampai akhir pertunjukkan. Beberapa ketakutan yang muncul di pikiran saya sepertinya tidak terbukti.
 Sebuah perhelatan yang luar biasa, sayang harus ditandai dengan setitik noda yang tidak seharusnya terjadi. Dan apa yang terjadi ini buat saya cukup memalukan ketika seorang Raja Dangdut harus dihentikan oleh seorang kru band asing.
Semoga apa yang telah terjadi ini menjadi pelajaran penting bagi promotor-promotor Indonesia, bukan hanya Rajawali Indonesia, tetapi juga promotor lainnya.
Perasaan penat yang kami alami pada malam (menjelang pagi) itu berbalut dengan perasaan bahagia yang tidak ternilai setelah menikmati God Bless dan Deep Purple. Dengan bermodalkan kebahagiaan itulah kami kembali menempuh kurang lebih 15 jam perjalanan kembali ke Bukittinggi.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H