Mohon tunggu...
Toto
Toto Mohon Tunggu... Freelancer - Robusta Addict

Picnic Planner . Robusta Addict . Ambivert

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Kebutuhan Kantor "Millenial"

8 Maret 2018   16:08 Diperbarui: 8 Maret 2018   23:46 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dalam setahun setiap warga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya menghabiskan waktu 400 jam hanya untuk pulang-pergi dari rumah ke kantor. Adapun waktu tempuh yang dihabiskan untuk satu kali perjalanan adalah sekitar dua jam"

Institute Transportation and Development Policy (ITDP)

Jika jam kantor adalah 8 jam

Istirahat makan siang 1 jam

Jam istirahat tidur 8 jam

Jam macet 4 jam

Dan kita punya 24 jam satu hari

Maka artinya setiap hari, dari senin sampai jumat kita menyisakan waktu 3 jam saja perhari.

dan pertanyaannya adalah apakah waktu 3 jam cukup bagi kita untuk memberi nutrisi tubuh, sementara kita harus membaginya dengan aktifitas lain?

 Maka wajar saja ketika berkenalan dengan para travel blogger, pekerja paruh waktu di kedai-kedai kopi atau penjaja kuliner di ruas jalanan Tebet, kita akan menemukan fakta bahwa sebagian dari mereka adalah orang-orang muda mantan masyarakat kantoran yang sekarang memutuskan keluar dari zona rutinitas dan fokus mengatur pekerjaannya sendiri.

 Jika kita pikir alasan mereka keluar hanya untuk pergi dari zona nyaman, ingin mencoba berwirausaha, bosan dengan rutinitas, atau ingin mengadu peruntungan. tentu saja tidak cukup sampai disitu.

Orang-orang mulai sadar bahwa kantor-kantor besar yang menawarkan gaji tinggi tapi tidak menawarkan cukup waktu, untuk memberi nutrisi tubuh, yang merupakan kebutuhan dasar sebagai manusia (Human Principal)

Kita ditawarkan rutinitas yang itu-itu saja setiap hari, berangkat pagi dan pulang sudah malam, sementara jalan-jalan semakin sesak, waktu yang kita miliki semakin sempit. dan tubuh butuh nutrisi yang semakin meningkat.

Tidak mengherankan jika para eksekutif muda kemudian banyak memutuskan keluar, karena materi yang ditawarkan tidak bisa menggantikan kebutuhan untuk menutrisi, bukan soal jumlah sekali lagi, tapi lebih tepatnya soal kebutuhan waktu.

Dan tentu pertanyaan kita tentu saja adalah, nutrisi apa saja yang mereka butuhkan dan berapa banyak waktu yang harus disediakan.

Sama seperti tanaman agar tumbuh subur, kita tidak hanya butuh air, tapi pupuk, cahaya, perlindungan, pembibitan dan lain sebagainya, dan semakin berubah zaman, nutrisi yang dibutuhkanpun mengalami varian.

Nutrisi yang telah berubah

Seiring perkembangan zaman dengan tingkat keruwetan kota yang semakin macet, maka masyarakat kantoran telah mengalami perubahan kebutuhan utama,  jika dulu orang-orang ramai membangun rumah yang megah, membeli segala bentuk fasilitas di didalamnya, dan pada musim liburan semester yang enam bulan sekali mereka liburan ke luar kota.

 Maka sekarang ketika sinyal-sinyal internet telah masuk ke warung-warung kopi pinggiran, liburan menjadi sibuk setiap akhir pekan, masyarakat yang dulunya sibuk membangun sandang sekarang menabung hanya untuk sekedar kuliner diakhir pekan atau bersedekah di ruang-ruang sosial.

 Kita telah mengalami perubahan terhadap rasa kepedulian, baik terhadap tubuh maupun lingkungan, maka tidak heran jika ruang-ruang sosial tumbuh subur seperti jamur merang di musim hujan.

Human Physical

Jika berkesempatan sesekali jalanlah sore-sore ke Monas, Gelora Bung Karno atau Stadion Brojonegoro di Pasar Festival Kuningan, atau jika kebetulan anda sedang lewat di Taman Suropati mampirlah sebentar, coba duduk dan menikmati secangkir kopi dan perhatikan, jika anda menemukan orang-orang yang sedang lari sore, sebagian dari mereka adalah masyarakat kantor yang baru saja pulang bekerja.

Salah satu data menyebutkan bahwa sebanyak 15 ribu sampai 20 ribu masyarakat Jakarta menghabiskan Minggu paginya dengan berolahraga dan berekreasi di car free day. dan sekarang dengan membludaknya minat warga akan kebutuhan  car free day maka sudah ada lebih 10 titik car free day di Jakarta.

Di Mall-mall semacam Kokas, Grand Indonesia, Taman Anggrek ruang-ruang kebugaran tumbuh pesat, bahkan sudah merambah ke dalam kantor-kantor dan taman-taman kelurahan di pinggir jalan.

Human Spritual

Saya punya seorang sahabat yang bekerja sebagai dosen dan sekaligus Ustad, dan hampir pada beberapa kajian yang beliau isi saya ikut menemani, ada satu fakta yang saya temukan bahwa sebagian besar ruang-ruang dimana beliau sering memberikan materi ceramah bukanlah Masjid, tapi ruang-ruang kantor sepulang jam kerja atau bagda zuhur, bahkan tidak sampai disitu saja, kajian-kajian itu sudah masuk ke rumah-rumah yang dihuni oleh keluarga besar dikawasan Ibukota.

Menarik ketika menyimak bahwa masyarakat kantor di Jakarta mulai sangat "care" pada spritualitas, kesadaran bahwa spritualitas adalah nutrisi penting yang dibutuhkan, membuka banyak sekali kemudian ruang-ruang ilmu pada setiap jeda waktu.

Human Entertainment

Pariwisata menjadi penyumbang terbesar kedua devisa negara saat ini dan di prediksi akan menjadi yang pertama. 

Tiket-tiket kereta habis menjelang libur panjang, Pulau Seribu penuh sesak, macet sepanjang ruas Tol menuju kota-kota di Jawa.

Jangan tanyakan kota Bandung, bukan saja di libur panjang, akhir pekan saja kota wisata ini penuh sesak diserbu oleh warga Jakarta yang butuh liburan.

Di Tebet, Menteng, Cipete dan bebrapa tempat lainnya, coffee shop penuh oleh masyarakat kantoran yang merayakan jam pulang, sebagian merambah pusat-pusat kuliner sekitaran Sabang atau  Blok M, yang lainnya mengantre didepan kasir-kasir bioskop.

Sementara pada pertengahan tahun di bulan April-Agustus dan menjelang akhir tahun, teman-teman penyedia paket wisata banjir orderan, obrolan soal desakan Outing kantor jadi topik hangat diruang-ruang kantin pada jam makan siang, orang-orang ribut mau jalan-jalan.

Maka tidak mengherankan ketika ada kegiatan raker 4 hari maka 2 hari akan digunakan untuk liburan.

3 Kebutuhan Dasar

Phsycal, Spritual dan Entertainment adalah 3 dimensi yang harus hadir dikantor-kantor, jika ingin terus eksis meraup sektor masyarakat millenial.

Pemilik kantor harus mulai cermat melihat perubahan Human Pricipal di dalam masyarakat, perubahan yang begitu cepat telah membuat kebutuhan manusia tidak lagi berorientasi pada materi, tapi sudah merambah ke sektor-sektor kesehatan, spritual dan pengalaman.

Akan sangat tidak mengherankan ketika kelak perusahaan besar yang menawarkan gaji tinggi akan ditolak, sementara start up kecil yang menawarkan kesempatan berbagi waktu akan diterima.

Kita tidak bisa menerapkan seutuhnya ketiga prinsip tadi, tapi setidaknya kita bisa menjadikan acuan untuk turut membantu mereka memberi nutrisi, tengok saja beberapa kantor BUMN yang menyediakan fasilitas gym gratis di gedungnya, sebagian mengadakan senam pagi pada hari jumat, dilain kantor komunitas-komunitas kajian tumbuh subur dengan peserta-peserta yang sangat antusias, dan menjelang akhir tahun divisi kecil sekalipun disebuah perusahaan ikut mengadakan gathering tahunan untuk membangun keakraban.

Kita berada di dunia yang bergerak dinamis, begitupun dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan masyarakat. salah-salah mengambil langkah kita akan kehilangan pilot-pilot muda yang siap berpindah haluan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun