Mohon tunggu...
Riyanto Suparno
Riyanto Suparno Mohon Tunggu... Swasta -

Safety Engineer yang hobi menulis dan berdiskusi rriyanto74@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Saatnya Generasi Emas Kolombia Mengulang Prestasi Tahun 2001

7 Juni 2016   13:36 Diperbarui: 8 Juni 2016   14:15 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Kolombia (Sumber http://www.sportevai.it)

Prestasi Timnas Kolombia di ajang Internasional menunjukkan grafik yang fluktuatif, cenderung inkonsisten. Praktis mereka mengalami penurunan yang sangat signifikan, pada kurun waktu 2002 hingga 2010 Timnas Kolombia tak sekalipun lolos ke Piala Dunia. Jika kita hitung dari terakhir mereka berpartisipasi pada tahun 1998 di Prancis hingga mereka kembali berpartisipasi pada tahun 2014 di Brasil, maka genap 16 tahun Kolombia absen dari gelaran sepak bola paling akbar sejagat.

Untuk gelaran Copa America sendiri pada dasarnya prestasi Kolombia tidaklah terlalu buruk. Mereka sempat menjuarai turnamen ini pada tahun 2001 yang diadakan di kandang mereka sendiri. Setelahnya Kolombia lebih sering menjadi pemanis gelaran kompetesi terbesar di Benua Amerika ini. Pada gelaran selanjutnya pada tahun 2004 Kolombia berhasil menjadi semifinalis, bukan prestasi yang buruk mengingat kapasitas peserta turnamen ini memang diikuti oleh tim-tim besar Amerika Latin yang selalu menghasilkan pemain-pemain berbakat. Namun pada tiga gelaran selanjutnya pada tahun 2007, 2011 dan 2015 mereka hanya sampai lolos dari penyisihan grup dan selalu tersingkir pada babak gugur.

Akan tetapi partisipasi Kolombia di gelaran Copa America Centenario kali ini seharusnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Kolombia sudah sepatutnnya diperhitungkan kembali sebagai kandidat juara. Meski hanya sekali menjuarai kompetesi ini, namun saat ini Kolombia merupakan salah satu tim kuat. Tim yang dijuluki La Tricolor saat ini dihuni oleh generasi emas yang hampir merata di setiap lini. Kehebatan tim ini pun diakui eksistensinya dengan keberadaan para pemain mereka yang membela klub-klub besar di Eropa. Lagipula saat ini mereka menduduki peringkat ketiga dalam rangking FIFA.

Pada barisan belakang, Kolombia memiliki pemain-pemain kelas dunia. Kolombia memiliki David Ospina yang bersinar terang saat gelaran piala dunia 2014 hingga klub besar liga Inggris merekrutnya, Arsenal. Meski belakangan ia digusur oleh Peter Cech, tidak ada yang meragukan kualitas seorang David Ospina sebagai penjaga gawang. Masih berusia 28 tahun dan sudah banyak pengalaman di level senior menjadikan jaminan aman untuk gawang Kolombia terbebas dari gol-gol lawan.

Di depan David Ospina, ia dilindungi oleh pemain belakang handal. Kolombia memiliki Cristian Zapata yang membela AC Milan, Bek tengah tangguh yang memiliki tinggi 187 cm. Kehandalannya dalam menjaga pertahanan sudah tidak diragukan lagi. Ia akan berduet dengan Jeison Murillo, yang membela rival dalam saku kota, Inter Milan. Sama dengan Zapata, Jeison Murillo sangat piawai dalam menjaga pertahanan. Selain itu Kolombia juga memili bek sayap yang berkualitas seperti Santiago Arias yang bermain untuk PSV Eindhoven.

Barangkali yang agak disayangkan adalah absennya salah satu bek andalan yaitu Pablo Armero. Pemain ini memiliki lebih dari 60 Caps bersama Kolombia namun ternyata pemain berusia 29 tahun itu tidak disertakan dalam tim oleh Jose Pekerman. Meskipun ia absen, dengan adanya pemain berkualitas lainnya rasanya absennya Armero tidak mengurangi kekuatan Kolombia.

Lini tengah merupakan kekuatan utama Kolombia. Kolombia dianugerahi gelandang dan sayap dengan kemampuan mumpuni serta membela klub besar yang sudah pasti menunjukkan seberapa hebat kualitas mereka. Kehadiran James Rodrigues jelas sebuah keuntungan besar. Gelandang serang yang memiliki skill individu dan naluri mencetak gol tinggi itu merupakan pemegang sepatu emas Piala Dunia 2014. Hal itulah yang kemudian membuat Real Madrid merekrutnya dengan harga yang sangat fantastis.

Selain itu, sektor kanan akan menjadi tumpuan utama bagi kolombia. Kehadiran pemain Chelsea yang sedang dipinjamkan ke Juventus, Juan Cuadrado, yang memiliki pergerakan lincah serta kecepatan yang luar biasa sudah pasti akan menjadi sumber serangan guna menghadirkan gol-gol untuk kemenangan Kolombia. Kehadian James dan Cuadrado sudah pasti akan meningkatkan kualitas permainan Kolombia di lini tengah.

Untuk lini depan, Kolombia tidak diperkuat dua striker handal yang selama ini biasa diandalkan menjadi pendulang gol yaitu Radamel Falcao dan Jackson Martines. Belakangan Falcao gagal membuktikan sinarnya di Chelsea, meneruskan kegagalannya di Manchester United. Adapun Jackson Martines yang selama tiga periode menjadi pendulang gol di FC Porto sempat gagal membuktikan kualitasnya di Atletico Madrid dan kini membela Guangzhou Evergrande di Liga China. Ia pun tidak dimasukkan ke dalam skuad oleh Jose Pekerman.

Namun hal itu jelas tidak akan mengurangi sektor penyerangan Kolombia. Nama-nama besar yang membela klub besar Eropa siap membuktikan kualitasnya untuk negaranya. Kehadiran Carlos Bacca yang membela AC Milan tentu merupakan jaminan kualitas sebagai seorang penyerang. Ia merupakan penyerang yang sangat aktif bergerak dan memiliki naluri mencetak gol diatas rata-rata. Saat ini merupakan pencetak gol terbanyak klubnya. Ia merupakan pahlawan bagi klub Los Rojiblancos, Sevilla. Ia berhasil memberikan dua gelar trofi Europa League bagi klub tersebut. Hal itulah yang membuat AC Milan yang memiliki tradisi mempunyai penyerang handal merekrutnya.

Sudah saatnya bagi Carlos Bacca untuk membuktikan kualitas dirinya dan menghilangkan sinar Falcao dan Martines yang selama menjadi nama besar bagi Kolombia. Apalagi pada Piala Dunia 2014 ia hanya menjadi pemain pelapis.

Selain itu masih ada nama-nama yang sarat pengalaman dan malang melintang membela klub di Eropa yang masuk skuad seperti Adrian Ramos yang membela Borussia Dortmund. Adrian Ramos merupakan penyerang yang selama ini menjadi andalan Jose Pekerman, terutama pada gelaran Piala Dunia 2014.

Tidak hanya komposisi pemain yang luar biasa, Kolombia juga memiliki juru racik jempolan. Tangan dingin Jose Pekerman membuat timnas Kolombia menjadi semakin baik dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Berkat kepiawaiannya meracik tim pelatih ini diberikan penghargaan sebagai pelatih terbaik Amerika Selatan tiga kali beruntun. Jelas bukan prestasi sembarangan.

Dengan komposisi skuad yang memiliki skill individu mumpuni serta diracik oleh pelatih jenius seperti Jose Pekerman, maka sudah saatnya Kolombia menjadi raja di Copa America Centenario 2016 yang disiarkan secara langsung oleh Kompas TV. Pada dua gelaran sebelumnya mereka hanya mampu mencapai babak perempat final. Ia kandas di tangan Argentina pada 2015 melalui adu penalti dan Peru pada 2011 dengan skor 2-0. Kolombia selalu lolos dari fase grup namun gagal di melaju ke semifinal jelas bukan prestasi terbaik Kolombia, namun hal tersebut cukup menunjukkan bahwa Kolombia merupakan tim yang kompetitif dan sulit untuk dikalahkan.

Generasi emas Kolombia ini sudah menunjukkan kejutan dan cukup menjanjikan di gelaran Piala Dunia 2014. Lolos dari fase grup dan 16 besar merupakan prestasi terbaik Kolombia selama gelaran Piala Dunia. Kolombia berhasil menundukkan Uruguay dengan skor meyakinkan 2-0 untuk melenggang ke babak delapan besar atau perempat final. Meskipun kemudian dikalahkan oleh tuan rumah, Brasil, dengan skor 2-1.

Puja-puji diberikan kepada para pemain Kolombia pada saat itu. James Rodrigues menunjukkan betapa hebatnya dirinya dengan gelontoran enam gol. Hal ini jelas merupakan prestasi yang luar biasa mengingat ia berposisi sebagai gelandang, bukan penyerang murni atau striker.

Kolombia berada satu grup dengan tuan rumah Amerika Serikat, Kosta Rika dan Paraguay di grup A. Pada grup ini jelas Kolombia merupakan favorit finis diurutan pertama klasemen. Selain diatas kertas komposisi pemain lebih unggul, Kolombia juga memiliki rekor yang bagus saat bertemu dengan ketiga tim tersebut. Kosta Rika tidak pernah menang melawan Kolombia selama seperempat abad, AS hanya sanggup menahan imbang sekali dan kalah dua kali pada tiga pertemuan terakhir sedangkan Paraguay tidak sekalipun menang pada tiga pertemuan terakhir. Hal ini seharusnya membuat Kolombia melenggang dengan mudah menuju perempat final.

Melihat komposisi skuad, pelatih serta pengalaman di ajang international yang saya paparkan diatas, sudah seharusnya generasi emas Timnas Kolombia menjadi juara Copa America pada gelaran kali ini. Saya memprediksikan Kolombia akan melenggang menuju final dan merengkuh trofi Copa America untuk kali kedua.

Permulaan yang bagus sudah dilakukan dengan baik oleh Timnas Kolombia. Hasil positif sudah ditunjukkan dengan mengalahkan Amerika Serikat dengan skor cukup meyakinkan, 2-0. Dengan kerja keras dan semangat tim maka pada gelaran kali ini saya yakin Kolombia akan menjadi Juara, minimal menjadi finalis.

Demikian analisa dan prediksi juara saya pada gelaran Copa America Centenario 2016 kali ini. Terima kasih kepada Kompas TV telah menayangkan Copa America Centenario 2016 yang merupakan tontonan sepak bola yang menghibur dan berkualitas.

Salam Olahraga. Salam Sepak Bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun