Menitpun berlalu dengan cepat, berganti dengan jam yang tidak kalah cepatnya dengan setiap balasan yang dikirimkan oleh Ben ke Kifani secara intens. Komunikasi yang terjalin diantara keduanya bahkan lebih erat dibandingkan sebelumnya, terutama setelah kejadian “hangat” yang dialami secara sengaja oleh mereka berdua saat di Bandung beberapa hari lalu. Setiap hari mereka tidak luput dari percakapan singkat— bahkan panjang dimulai dari terbitnya matahari hingga terbenam —dan telepon, layaknya sepasang calon pasangan yang akan menjalin hubungan percintaan.
“Ehiya Ben, btw, gue main yah ke Jakarta, kayaknya sih minggu depan, sekalian gue mau nengokin om gue yang tinggal dan kerja di daerah Harmoni situ” Tutur Kifani saat sedang berbincang-bincang via Facetime dari iPhone mereka masing-masing.
“Wiiiih asik, yaudah sini ya, nanti kabaran aja kalo emang beneran jadi ke sini Fan.” Jawab Ben dengan semangat. Padahal, pernyataan gugup dan bimbang menghantui dirinya; kabar dari Ayla yang tak kunjung ia terima dari tadi siang, niat Kifani yang ingin bertemunya di Jakarta minggu depan, kejelasan hubungan Ben dan Ayla yang Kifani tidak tahu, dipikirkan oleh Ben di dalam hati dan pikirannya. Hingga terdengar suara ketukan dari balik jendela kamar nya, Ayla pun memanggilnya dengan keras dari luar kamar Ben yang tepat berada di bagian paling depan rumah kos-kosan tempat nya tinggal.
“Ben, buka pintunya sekarang!”
Ben pun panik, ia pun langsung dengan sigap mematikan Facetime nya, tanpa lisan apapun yang ditinggalkan. “Iya Ay..” Jawab Ben seraya berjalan ke arah pintu kamar dan membuka kunci nya.
“Siapa tadi di telepon? Kenapa mesra banget?! Itu si Kifani-kifani itu? Bener-bener masih berhubungan Ben??! Kamu anggep aku ini apa sih, hah?! Sampah?!”
“Lah, toh kamu juga ga ngasih kejelasan apa-apa! Aku samperin kamu pun, kamu nya ga ada, aku chat kamu, kamu nya ngilang ga bales sama sekali, masih aja jual mahal! Dan karena ga ada kejelasan apapun ya aku anggep kita udahan!”
“Ya kamu gila apa gimana sih Ben! Masa lo yang udah ketauan jelas selingkuh dan salah, tapi gamau ngaku!! Gw ga ngerti lagi sama lo Ben! Gila lo!” Lontar Ayla dengan suara keras seraya membanting pintu kamar kos Ben dan pergi keluar tanpa meninggalkan pesan apapun.
“Ay aku sayang sama kamu Ay..” Teriak Ben sambil berlari menghampirinya.
Ayla pun berhenti dari langkahnya dan sontak membalikkan tubuhnya, melihat Ben dari kejauhan, “Kalo kamu sayang, kenapa kamu ngelakuin ini Yang? Aku gamau putus dari kamu tapi… entah mesti gimana lagi…” Jawab Ayla dengan tangis. Ia pun melanjutkan langkahnya sampai masuk ke mobil dan bergegas pergi.
Taurus. Sosok pribadi yang memiliki karakteristik dan sifat unik, keras kepala namun jika mereka sudah memantapkan prinsip, komitmen, dan hati nya kepada sesuatu, terutama seseorang, maka, tidaklah perlu khawatir. Taurus dikenal sebagai salah satu orang yang sangat setia, bahkan zodiak dengan rating paling tinggi perihal poling kesetiaan, bahkan untuk di bagian awal “PDKT” pun, jika mereka sudah memutuskan untuk dengan orang yang pintar mengambil hatinya, maka mereka pun akan menutup pintu hati dan mata untuk yang lainnya. Karakteristik dan sifatnya yang keras membuat mereka mahal di bagian awal, jika bertemu dengan sosok Libra yang ambisius, mereka akan saling cocok, di bagian awal. Mahalnya Taurus hanyalah sebagai ujian yang diberikan oleh mereka untuk orang-orang yang sedang diuji olehnya, apakah patut untuk mendapatkan hati mereka secara sepenuhnya, berbarengan dengan pintarnya Libra dalam membuat kenyamanan terhadap siapapun, yang membuat Taurus luluh secara bertahap dan perlahan. Keambisiusan seorang Libra yang erat kaitannya dengan Drama, sebetulnya dapat membuat sosok seorang Taurus pergi, mereka adalah orang-orang yang— jika bisa —menghindari drama, karakteristik dan sifatnya yang keras menjadikannya careless, terutama untuk hal-hal yang berbau drama, sehingga, dalam cerita ini, pertemuan Ben dan Kifani pertama kali dilakukan tanpa campur tangan drama, tetapi sex.