“Kifani siapa Ben?”
Ben pun kaget, bagaimana Ayla bisa mengetahui keberadaan Kifani. Tetapi ia tetap tenang dan berperilaku seolah-olah tidak apa-apa, ia pun menghampiri trotoar jalan dan berhenti saat Ayla memaksanya untuk berbicara.
“Dia temen aku di AIESEC Ay, bukan siapa-siapa sumpah”
“Kenapa aku baru tau? Kamu selingkuh?”
“Lah kok main nge judge aja kalo aku selingkuh sih? Ga ada angin ga ada ujan tapi langsung banget bilang gitu?”
“Aku ga nge judge! Kenapa aku bisa tau?! Aku baca chat-chat kamu sama dia!” Balas Ayla dengan marah sambil menunjukan bukti-bukti percapakan Ben dan Kifani melalui handphone nya.
“Ay, kok gitu….” Ben pun kehabisan alasan untuk membela dirinya. “Kita bisa omongin ini baik-baik ya, tapi kayaknya jangan sekarang deh, kita lagi sama-sama panas dan gabisa berbicara dengan pikiran dingin, nanti malem aku telfon kamu ya”
“Ga perlu.” Ayla bergegas pergi keluar dari mobil Ben dengan membanting pintunya, dan berlari menghampiri angkutan umum yang biasa dinaiki nya untuk pulang ke rumah.
“Ay.. kok lo pergi gitu aja sih gue udah ngomong baik-baik! Tunggu!” Teriak Ben sambil berdiri di samping pintu mobilnya dan tidak melakukan apa-apa…
Ayla pun pergi tanpa lisan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H