Mohon tunggu...
Riyan Maulana
Riyan Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Melukis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membumikan Lima Pilar Kemalikussalehan: Tantangan dan Peluang di Era Modern

8 Desember 2024   20:02 Diperbarui: 8 Desember 2024   20:06 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membumikan Lima Pilar Kemalikussalehan: Tantangan dan Peluang di Era Modern

Kemalikussalehan, sebuah konsep nilai spiritual yang berpijak pada tradisi Islam Nusantara, tidak hanya mencerminkan kesalehan individu, tetapi juga menekankan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Lima pilarnya---zikir, ilmu, amal, akhlak, dan kebersamaan---membentuk inti ajaran ini, yang telah diterapkan secara turun-temurun melalui berbagai institusi tradisional, seperti pesantren dan masjid. Namun, bagaimana nilai-nilai ini diterapkan di era modern yang dinamis, kompleks, dan sering kali individualistik?

Jejak Sejarah Kemalikussalehan

Dalam sebuah kunjungan ke kompleks makam Sunan Kalijaga di Demak, terlihat bagaimana Kemalikussalehan telah menjadi bagian integral dari identitas masyarakat. Sunan Kalijaga, seorang wali yang dikenal dengan pendekatan dakwahnya yang adaptif dan inklusif, menyebarkan Islam dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam ajaran Islam. Tradisi ziarah dan berbagai ritual keagamaan yang dilakukan di sekitar makam Sunan Kalijaga menunjukkan bagaimana lima pilar Kemalikussalehan telah lama menjadi landasan kehidupan masyarakat.

Namun, warisan ini juga menunjukkan bahwa Kemalikussalehan dulu diterapkan dalam masyarakat yang relatif homogen, baik dari segi budaya maupun nilai. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana membumikan nilai-nilai tersebut di masyarakat yang beragam secara sosial, ekonomi, dan budaya, sambil tetap relevan dengan kebutuhan zaman.

Studi Kasus: Pesantren Darussalam, Malang

Pesantren Darussalam di Malang menjadi salah satu contoh penerapan lima pilar Kemalikussalehan dalam konteks modern. Pesantren ini mengintegrasikan pendidikan agama dan umum dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai bagian dari proses pembelajaran. Kegiatan seperti zikir berjamaah, pengajaran ilmu agama, pengabdian masyarakat, pembinaan akhlak, dan berbagai aktivitas kebersamaan menjadi program inti pesantren.

Namun, dalam wawancara dengan beberapa santri dan pengajar, ditemukan bahwa tantangan utama adalah menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Banyak santri yang merasa bahwa dunia luar menawarkan godaan yang sulit dihindari, sehingga nilai-nilai yang diajarkan sering kali sulit dipertahankan setelah mereka lulus dari pesantren.

Analisis Implementasi Lima Pilar

  1. Zikir: Zikir di pesantren Darussalam dilakukan secara rutin, baik secara kolektif maupun individu. Namun, dalam era serba cepat, praktik ini sering kali hanya menjadi rutinitas tanpa makna yang mendalam. Tantangannya adalah bagaimana memastikan zikir tetap menjadi momen refleksi yang bermakna bagi setiap individu.

  2. Ilmu: Pesantren ini berhasil mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum dengan pendekatan modern. Namun, masih ada keterbatasan dalam mengajarkan keterampilan berpikir kritis dan kewirausahaan, yang penting untuk menghadapi era globalisasi.

  3. Amal: Kegiatan amal di pesantren ini terstruktur dengan baik, tetapi sering kali bersifat temporer. Peluang untuk menciptakan program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan masih belum dimanfaatkan sepenuhnya.

  4. Akhlak: Pembinaan akhlak menjadi prioritas utama, namun godaan era digital, seperti media sosial, sering kali menjadi tantangan bagi santri untuk menjaga nilai-nilai akhlak yang diajarkan.

  5. Kebersamaan: Solidaritas di kalangan santri terjalin erat melalui berbagai kegiatan kolektif. Namun, ketika mereka kembali ke masyarakat, rasa kebersamaan ini sering kali tergerus oleh budaya individualisme yang kuat.

Tantangan dan Peluang di Era Modern

Era modern menawarkan peluang besar untuk membumikan Kemalikussalehan, terutama melalui teknologi. Media sosial, misalnya, dapat menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai ini ke khalayak yang lebih luas. Namun, di sisi lain, teknologi juga menjadi tantangan, karena sering kali menimbulkan distraksi dan konflik nilai, terutama bagi generasi muda.

Peluang lainnya adalah meningkatnya kesadaran global tentang pentingnya nilai spiritual dalam membangun kehidupan yang harmonis. Lima pilar Kemalikussalehan dapat menjadi model bagi masyarakat global, jika dikemas secara kontekstual dan relevan.

Kesimpulan

Membumikan lima pilar Kemalikussalehan di era modern membutuhkan upaya adaptasi tanpa kehilangan esensi. Studi kasus di Pesantren Darussalam menunjukkan bahwa meskipun nilai-nilai ini tetap relevan, pelaksanaannya menghadapi tantangan berupa pengaruh globalisasi, teknologi, dan individualisme.

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk menjadikan Kemalikussalehan sebagai solusi spiritual dan sosial di era modern. Dengan memanfaatkan teknologi, memperkuat kolaborasi dengan masyarakat, serta menciptakan program-program inovatif yang relevan, nilai-nilai Kemalikussalehan dapat menjadi fondasi yang kokoh untuk membangun generasi yang tidak hanya religius, tetapi juga berdaya saing dan berkontribusi pada kemaslahatan dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun