Mohon tunggu...
Riyani Amanda Putri
Riyani Amanda Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hubungan Manusia dengan Takdir dalam Perspektif Islam

21 Januari 2025   10:50 Diperbarui: 21 Januari 2025   10:54 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Masalah takdir merupakan salah satu keyakinan atau ‘itikad terpenting yang banyak mendapat perhatian baik ulama mutaqaddimin maupun ulama mutaakhirin. Berbagai pandangan mengenai takdir muncul, salah satunya adalah ajaran Islam yang mengandung pemahaman fatalisme, yaitu keyakinan bahwa manusia harus menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya tanpa berusaha mengubah kondisi tersebut menjadi lebih baik. Dalam pandangan ini, segala usaha dan ikhtiar dianggap tidak memiliki pengaruh apa pun. (Admizal, 2021).

Takdir merupakan kekuasaan Allah atas kehidupan yang dijalani oleh manusia saat ini. Keyakinan terhadap takdir wajib diyakini oleh setiap Muslim, karena beriman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman (Amiruddin, 2021). Konsep takdir ini menjadi bagian dari pokok ajaran akidah dalam Islam, dimana setiap kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, telah ditentukan oleh Allah sejak awal penciptaan. Namun, meskipun takdir sudah ditentukan, manusia tetap diberi kebebasan untuk berusaha dan memilih jalannya. Artikel ini akan membahas hubungan manusia dengan takdir dalam perspektif Islam, bagaimana manusia seharusnya menyikapi takdir, dan peran usaha serta doa dalam menghadapi takdir tersebut.

1. Takdir dalam Konsep Islam

Secara bahasa, takdir berasal dari kata "qadarra" yang berarti ketentuan, dan pengertiannya merujuk pada segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Menentukan. Maka secara istilah, takdir mencakup segala ketentuan yang telah terjadi, sedang berlangsung, maupun yang akan terjadi di masa depan, semuanya berada di bawah kehendak-Nya. Takdir juga merupakan bagian dari ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mencakup segala kejadian di alam semesta, termasuk kadar, ukuran, tempat, dan waktunya. Hal ini menjadi bukti nyata dari kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus diyakini oleh setiap Muslim (Rukmana & amalia, 2022). Takdir Allah mencakup segala aspek kehidupan, mulai dari kelahiran, kematian, rezeki, hingga segala peristiwa yang terjadi di dunia ini. Semua perkara tidak dapat terjadi melainkan atas kehendak juga pengetahuan Allah s.w.t. (Noor & Za’bah, 2024).

Takdir dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq. Takdir mubram adalah ketetapan yang bersifat mutlak dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Takdir ini tetap, tanpa perubahan, penambahan, atau pengurangan, seperti ketetapan Allah SWT mengenai kematian dan pergerakan bulan mengelilingi matahari. Sebaliknya, takdir mu’allaq adalah ketetapan yang bersifat tergantung dan dapat berubah. Perubahan pada takdir mu’allaq ini dapat terjadi melalui usaha manusia dan doa, misalnya dalam hal rezeki dan jodoh (Noor & Za’bah, 2024).

 Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut takdir yang telah ditentukan."  (QS. Al-Qamar: 49)

Ayat ini menunjukkan bahwa segala yang ada di dunia ini sudah ditentukan dalam takdir Allah. Takdir ini tidak bisa diubah atau diganggu gugat oleh siapapun, karena hanya Allah yang memiliki kehendak mutlak atas segala ciptaan-Nya. Namun, takdir ini bukan berarti manusia tidak memiliki pilihan. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk berusaha dan memilih dalam kehidupan mereka, meskipun pada akhirnya hasilnya sudah ditentukan oleh Allah.

2. Usaha dan Ikhtiar dalam Menghadapi Takdir

Walaupun takdir Allah sudah ditentukan, manusia tetap diberikan kebebasan untuk berusaha dan berikhtiar dalam kehidupan. Manusia hendaknya senantiasa berprasangka baik kepada Allah SWT dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya setelah berusaha semaksimal mungkin (Noor & Za’bah, 2024).Islam mengajarkan bahwa usaha adalah bagian dari tanggung jawab manusia. Allah memberikan kekuatan akal dan kemampuan kepada setiap individu untuk berusaha mengubah nasib mereka dengan cara yang baik dan sesuai dengan hukum syariat.

3. Doa dan Tawakal sebagai Sarana Menghadapi Takdir

Selain berusaha, doa juga menjadi sarana penting dalam menghadapi takdir. Doa adalah bentuk komunikasi antara manusia dengan Allah SWT, di mana seseorang memohon, meminta, dan menyampaikan segala keinginan serta harapan. Doa dilakukan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengabdikan diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari kemusyrikan, dan menunjukkan bahwa manusia sangat membutuhkan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupannya (Jannati & Hamandia, 2022). Dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan umat-Nya untuk berdoa dan memohon pertolongan-Nya:

"Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.'" (QS. Ghafir: 60)

Doa adalah bentuk pengharapan manusia untuk memperoleh kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka. Meskipun takdir sudah ditentukan, doa dapat menjadi cara untuk memohon kebaikan dan meminta perlindungan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, tawakal (berserah diri) kepada Allah juga merupakan kunci dalam menghadapi takdir. Tawakal adalah sikap penuh pengharapan dan kepercayaan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya, meskipun terkadang hal itu tidak sesuai dengan harapan manusia (Naldi et al., 2023). Nabi Muhammad SAW memberikan teladan dalam hal tawakal. Beliau selalu berusaha sebaik mungkin, namun tetap menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah.

4. Menghadapi Takdir yang Tidak Sesuai Harapan

Salah satu tantangan terbesar bagi manusia adalah menghadapi takdir yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan mereka. Kehilangan orang yang dikasihi, kegagalan dalam mencapai cita-cita, atau musibah yang datang tiba-tiba adalah contoh takdir yang seringkali sulit diterima oleh banyak orang. Menurut Naldi et al., (2023) Ketika menghadapi kegagalan, kita tidak boleh langsung menyerah atau menganggapnya sebagai akhir segalanya. Sebaliknya, kita perlu segera melakukan introspeksi untuk menemukan penyebab kegagalan dan memperbaikinya di masa depan. Kita juga harus menyadari bahwa setiap cobaan berasal dari Allah, dan di balik setiap kesulitan pasti terdapat hikmah atau pelajaran berharga. Masalah dan tekanan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Menghindari masalah bukanlah solusi yang bijak, karena hanya menunda masalah, bukan menyelesaikannya. Langkah yang cerdas adalah mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.

Islam mengajarkan bahwa setiap ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah adalah bagian dari takdir-Nya yang memiliki hikmah tertentu. Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."  (QS. Al-Baqarah: 286)

Hal ini menunjukkan bahwa setiap takdir yang menimpa umat manusia tidak akan melebihi batas kemampuan mereka. Dalam menghadapi takdir yang menyedihkan atau tidak diinginkan, Islam mengajarkan umatnya untuk tetap sabar dan tawakal, karena setiap cobaan memiliki hikmah yang hanya diketahui oleh Allah.

Takdir adalah bagian dari kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Meskipun demikian, manusia tetap diberi kebebasan untuk berusaha dan memilih dalam hidup mereka. Usaha yang dilakukan dengan ikhlas dan doa yang tulus menjadi bagian dari cara untuk menghadapinya. Selain itu, tawakal kepada Allah merupakan sikap yang sangat penting dalam menghadapi takdir, baik dalam kondisi senang maupun susah. Dalam Islam, hubungan manusia dengan takdir bukanlah hubungan pasif, melainkan aktif, di mana manusia tetap berusaha dengan maksimal, berdoa, dan berserah diri kepada Allah. Dengan begitu, manusia dapat menerima segala ketetapan-Nya dengan hati yang ikhlas dan sabar, serta meyakini bahwa takdir yang terjadi adalah yang terbaik bagi umat-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun