Selain berusaha, doa juga menjadi sarana penting dalam menghadapi takdir. Doa adalah bentuk komunikasi antara manusia dengan Allah SWT, di mana seseorang memohon, meminta, dan menyampaikan segala keinginan serta harapan. Doa dilakukan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengabdikan diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari kemusyrikan, dan menunjukkan bahwa manusia sangat membutuhkan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupannya (Jannati & Hamandia, 2022). Dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan umat-Nya untuk berdoa dan memohon pertolongan-Nya:
"Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.'" (QS. Ghafir: 60)
Doa adalah bentuk pengharapan manusia untuk memperoleh kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka. Meskipun takdir sudah ditentukan, doa dapat menjadi cara untuk memohon kebaikan dan meminta perlindungan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, tawakal (berserah diri) kepada Allah juga merupakan kunci dalam menghadapi takdir. Tawakal adalah sikap penuh pengharapan dan kepercayaan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya, meskipun terkadang hal itu tidak sesuai dengan harapan manusia (Naldi et al., 2023). Nabi Muhammad SAW memberikan teladan dalam hal tawakal. Beliau selalu berusaha sebaik mungkin, namun tetap menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah.
4. Menghadapi Takdir yang Tidak Sesuai Harapan
Salah satu tantangan terbesar bagi manusia adalah menghadapi takdir yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan mereka. Kehilangan orang yang dikasihi, kegagalan dalam mencapai cita-cita, atau musibah yang datang tiba-tiba adalah contoh takdir yang seringkali sulit diterima oleh banyak orang. Menurut Naldi et al., (2023) Ketika menghadapi kegagalan, kita tidak boleh langsung menyerah atau menganggapnya sebagai akhir segalanya. Sebaliknya, kita perlu segera melakukan introspeksi untuk menemukan penyebab kegagalan dan memperbaikinya di masa depan. Kita juga harus menyadari bahwa setiap cobaan berasal dari Allah, dan di balik setiap kesulitan pasti terdapat hikmah atau pelajaran berharga. Masalah dan tekanan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Menghindari masalah bukanlah solusi yang bijak, karena hanya menunda masalah, bukan menyelesaikannya. Langkah yang cerdas adalah mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
Islam mengajarkan bahwa setiap ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah adalah bagian dari takdir-Nya yang memiliki hikmah tertentu. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Â (QS. Al-Baqarah: 286)
Hal ini menunjukkan bahwa setiap takdir yang menimpa umat manusia tidak akan melebihi batas kemampuan mereka. Dalam menghadapi takdir yang menyedihkan atau tidak diinginkan, Islam mengajarkan umatnya untuk tetap sabar dan tawakal, karena setiap cobaan memiliki hikmah yang hanya diketahui oleh Allah.
Takdir adalah bagian dari kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Meskipun demikian, manusia tetap diberi kebebasan untuk berusaha dan memilih dalam hidup mereka. Usaha yang dilakukan dengan ikhlas dan doa yang tulus menjadi bagian dari cara untuk menghadapinya. Selain itu, tawakal kepada Allah merupakan sikap yang sangat penting dalam menghadapi takdir, baik dalam kondisi senang maupun susah. Dalam Islam, hubungan manusia dengan takdir bukanlah hubungan pasif, melainkan aktif, di mana manusia tetap berusaha dengan maksimal, berdoa, dan berserah diri kepada Allah. Dengan begitu, manusia dapat menerima segala ketetapan-Nya dengan hati yang ikhlas dan sabar, serta meyakini bahwa takdir yang terjadi adalah yang terbaik bagi umat-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H