Mohon tunggu...
Riyan Hidayat
Riyan Hidayat Mohon Tunggu... lainnya -

Arabic Languange and Literature, Faculty of Humanity, University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibu, Wanita Penuh Kasih Sayang

8 September 2012   14:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:45 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh raga merasa, hari itu masih gelap. Semua manusia yang bernyawa tak lebih darisekedar penonton yang tak sadarkan diri ketika bulan dan bintang saling berbincang dalam segmen cerita yang tersaji di panggung langit angkasa. Hening yang memborgol seluruh suasana, tiba-tiba terlepas tak lagi mengikat. Suara bayi mengubah semuanya menjadi lebih gusar dan riuh tak teredam. Sang Wanita lembut menghampirinya, mulai menjalarkan kasih sayangnya lewat lentik jarinya walaupun mata sedang tertimpa beban rasa kantuk yang sangat berat.

"Adik Haus ya? " Kata Ibu lembut kepada anaknya. sambil meramu susu yang terformulasi air kasih sayang.

Sang Ibu memberikan susu tadi kepada buah hatinya dengan penuh rasa sayag yang mendalam. kemudian, ketika susu mulai habis, dia menidurkan kembali anaknya dengan lemah lembutnya. Anaknya berhasil tidur. Ibu tadi, berusaha untuk tidur kembali. namun, sekuat apapun mata seorang ibu mencoba menutup kelopaknya, ia tak pernah bisa memutuskan untuk tertutup. Ia takkan pernah rela kenikmatan tidur anaknya terusik oleh sesuatu apapun hingga fajar tiba.

Ibu, takkan habis deskripsi narasi yang memuat kemuliaanmu tentang pengorbananmu. Pengorbanan akan menjaga kandungan buah hatimu selama berbulan-bulan, pengorbanan akan nyawa ketika melahirkan anakmu, pengorbanan akan kebutuhan ASI bagi anak-anakmu, dan terlebih pengorbanan akan menjaga anak-anakmu dari segala sesuatu yang buruk melebihi penjagaan terhadap dirinya sendiri.

Ibu, bagi anakmu takkan lepas dari ingatannya tentang sentuhan lembut hatimu dalam setiap detik perjalanan usia anakmu. Ketika kecil, didekapnya erat-erat olehmu. terlebih ketika malam tiba, kau lindungi ia dari kegelapan dan kedinginan. ketika siang kau menjaga dari apa-apa yang tak diinginkan.

"Jangan takut anakku, ada ibu disini. yang harus kamu takutkan adalah Allah tuhan seluruh alam, Ia menjaga kita dan melindungi kita dari hal apapun.

Ketika besar, dengan segala masalah kehidupan yang membelit yang mungkin membuat stress atau hingga membuat "Gila" Ibu selalu siap mendengarkan segala keluh kesahnya.

Begitulah Ibu, dengan deskripsi narasi yang tak mampu lagi terurai. bukan karena tak tahu, tapi karena terlalu indahh...

Untuk semua Ibu, Terima Kasih.

Terlebih Terima Kasih tak terhingga, untuk Ibuku Tercinta.

Jakarta, 8 September 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun