Setiap belajar matematika sering ditemukan siswa yang kurang aktif dan kurang respon terhadap materi yang diajarkan. Pelajaran juga lebih didominasi oleh anak yang memiliki kemampuan intelektual lebih tinggi, akibatnya siswa yang lemah dari sisi intelektual merasa terkalahkan, dalam hal ini sering menimbulkan masalah dalam pembelajaran matematika dikelas yang berdampak pada hasil pembelajaran yang tidak merata.
Model Pendekatan Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran kooperatif. Peserta didik belajar dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor. Setelah guru menjelaskan materi kemudian guru memberikan tugas dan masing- masing kelompok mengerjakan, kemudian kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja mereka. Dengan jawaban tersebut teman dari kelompok lain memberi tanggapan. Terakhir guru menyimpulkan jawaban dari peserta didik.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimanakah dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Matematika materi Matriks dapat meningkatkan aktivitas peserta didik di SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh kelas XI. (2) Bagaimanakah dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Matematika materi Matriks dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Bandar Negeri suoh kelas XI.
Tujuan makalah Best Practice dari ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika materi Matriks dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh. (2) Meningkatkan hasil belajar matematika materi Matriks dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Belajar
Sumadi Suryabrata (2004: 232), mengatakan bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun potensial) yang menghasilkan kecakapan baru karena adanya usaha. Schunk (2012: 3) menyebutkan bahwa,"learning is an enduring change in behavior, or in the capacity to behave in given fashion, which result from practice or other forms of experience". Belajar adalah perubahan perilaku, atau dalam kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk lain dari pengalaman.
Menurut Rusman (2014: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada suatu tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan perilaku dan proses memperoleh pengetahuan baru yang dibangun dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Kegiatan belajar tidak hanya mengenalkan pengetahuan baru tetapi juga memperkuat pengetahuan yang sudah ada.
Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 26).