Mohon tunggu...
Slamet Riyadi
Slamet Riyadi Mohon Tunggu... -

JKW-JK, 2 orang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ke Manakah Peserta Konvensi PD Berlabuh?

21 Mei 2014   13:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400629972700034638

Keserasian antara Jokowi dan Gita Wiryawan ditunjukkan dengan pengakuannya kepada Jokowi yang memiliki ketegasan dan keberanian dalam mewujudkan kemandirian selain memiliki sifat jujur dan berkomitmen tinggi terhadap pemberantasan KKN. Sementara Jokowi menyatakan kekagumannya kepada Gita Wirywan yang memiliki pengalaman internasional yang tinggi ditunjang dengan penguasaan maslah ekonomi serta kemampuan negosiasi dan manajerial yang tinggi.

4. Dino Patti Djalal (Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat)

Pada suatu kesempatan Dino mengakui kesamaannya dengan Jokowi dalam hal idealisme. Sebagai tokoh yang malang-melintang di dunia internasional, tentunya Dino tahu persis arti etika dalam pergaulan internasional. Kesepahaman dan saling menghormati menjadi kunci utama diplomasi daripada sekedar memaksakan kehendak sendiri. Faktor inilah yang semakin menyulitkan Prabowo mendapatkan tokoh sekaliber Dino.

Beberapa wacana juga berkembang untuk menyandingkan Jokowi dengan Dino. Alasannya, kompetensi dan jaringan internasional yang dimiliki Dino mampu melengkapi Jokowi dalam mewujudkan kedaulatan politik. Garis politik Jokowi yang mengedepankan Trisakti akan lebih mudah diterima masyarakat internasional apabila dikemas denagn apik oleh Dino yang memiliki kemampuan diplomasi tinggi. Pola komunikasi yang efektif akan lebih diterima oleh pemimpin dunia lainnya daripada pernyataan-pernyataan yang berbau intimidasi seperti yang dilancarkan Prabowo dalam kampanyenya.

Melihat paparan di atas, sangat besar kemungkinan bergabungnya Anies Bawesdan, Dahlan Iskan, Gita Wiryawan dan Dino Patti Djalal kepada Jokowi. Kesamaan platformdan visi-misi menjadi kunci bagi kerjasama diantara mereka. Sementara, kerjasama dengan Prabowo memiliki peluang yang kecil dikarekan janji-janji kampanye Prabowo yang oleh SBY dikecam sebagai tidak rasional dan berpotensi membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kemungkinan besar kini kursi menteri telah habis diobral Prabowo kepada petinggi partai koalisi. Strategi Prabowo dengan koalisi tenda besar dengan sendirinya menutup kemungkinan bergabungnya tokoh-tokoh profesional ke dalam susunan kabinetnya. Kita, sebagai rakyat yang mempertaruhkan masa depan Indonesia setidaknya selama 5 tahun ke depan, tentunya tidak sudi menggantungkan harapan besar tersebut kepada petinggi partai yang minim keahlian nan sarat kolusi. Mari kita tanyakan pada hati nurani kita yang paling dalam.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun